131 Juta Netizen Bicarakan Tour de Flores 2016

  • Whatsapp
banner 468x60

PORTALNTT.COM, LABUANBAJO – Menpar Arief Yahya menegaskan kepada Gubernur NTT Frans Lebu Raya akan pentingnya membuat event internasional seperti Tour de Flores 2016. Ini adalah cara yang paling cepat dan mudah untuk memperkenalkan Pariwisata Flores ke seluruh penjuru dunia.

“Media sosial sudah menggemakan TDF 2016 ini menyebar ke secara luas,” kata Arief Yahya.

Begitu NTT dijadikan satu dari 10 top destinasi prioritas, maka semua harus dibuat standar internasional. Bandaranya akan dibangun internasional. Atraksinya sudah berkelas dunia. SDM nya pun harus disertifikasi internasional. “Event nya pun harus berkelas dunia,” jelas Arief Yahya menjelang peneriman

etape terakhir Tour de Flores.

Dijelaskan Arief Yahya, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, sedang menjadi sorotan dunia. Sejak digulirkan 19 Mei silam, Tour de Flores sudah digunjingkan 131 juta netizen di jagad maya. Twitter ramai, instagram heboh, Facebook juga ikut disapa topic Tour de Flores. Semua ramai memperbincangkan alam Larantuka, Maumere, Ende, Danau tiga warna, Ruteng dan  Labuan Bajo yang berpanorama eksotis.

“Amazing views of Flores #TdFlores @tourdeflores,” tulis akun @ProCyclingStats. “Great coastal road in the first kilometers of stage 3,” sahut akun @mick1_hayden. “Perfect Kelimitu. What a brilliant day,” timpal pemilik akun @KRDcycling. “Beautiful Indonesia,” tulis akun @xiaomeii.

Faustinus Wundu, Managing Tour de Flores, mengungkapkan, ajang balap sepeda ini berdampak luar biasa dalam melecut pengembangan pariwisata sebagai lokomotif utama pembangunan daerah di sekitar arena tour.

“Tour de Flores menjadi even milik Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang didukung penuh oleh Pemerintah Pusat dibawah koordinasi Menko Maritim dan Sumber Daya. Efeknya sangat luar biasa. Lihat saja boomingnya di jagad maya. Twitter, Facebook, YouTube, Instagram, semua ramai,” ujar Faustinus Wundu, Senin (23/5).

Meski persiapannya mepet dan baru dilaksanakan pada akhir 2015, para peserta asing tetap antusias mengikuti ajang balap sepeda berkala 2.2 itu. Hanya akomodasi saja yang masih menjadi PR pihak penyelanggara.

“Banyak peserta perlombaan yang tidak mendapatkan hotel untuk menginap. Mereka terpaksa beristirahat di rumah-rumah khalwat yang dikelola oleh para biarawati Katolik.” papar Wundu.

Didin Junaidi, Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia, ikut angkat suara. Ramainya perbincangan di dunia maya, menurutnya, merupakan cerminan keberhasilan gelaran suatau even.  Bagi Didin, ini merupakan sarana yang penting untuk mempromosikan wisata di suatu kawasan. Ajang seperti itu, diyakini punya potensi menarik wisatawan, baik dari para peserta, maupun wisatawan lain.
“Ada kemungkinan mereka-mereka yang mengikuti lomba akan datang secara individual. Peluang ini yang harus ditangkap pemerintah daerah serta sektor swasta di sana,” ujarnya.

Dia mengatakan tantangan terbesar pemerintah daerah di lokasi pelaksanaan sport tourism adalah mengemas suatu atraksi wisata yang melibatkan masyarakat lokal. Utamanya kelompok-kelompok usaha kecil hingga sektor pariwisata ini mampu memberi manfaat ekonomi.

“Sekarang ini promosi dan pemasaran wisata sudah tidak ada masalah lagi karena pemerintah pusat gencar melakukan. Yang penting pemerintah daerah dan swasta tentunya, harus menangkap peluang ini dengan menyiapkan akomodasi dan akses yang baik,” ucapnya.

Yupiter Marenos Lada, praktisi pariwsiata Nusa Tenggara Timur (NTT), mengamini apa yang dikatakan Didin Junaidi. Menurutnya, agar provinsi itu bisa merebut perhatian wisatawan lokal, domestik dan mancanegara, maka salah satu langkah yang harus dilakukan adalah menyiapkan destinasi yang terkonsep dan terintegrasi seperti Tour de Flores dan Visit Komodo.

“Agar destinasi tersebut bisa diakses oleh para wisatawan, Pemda mau tidak mau harus menyiapkan akses dan fasilitas transportasi menuju ke daerah tujuan wisata. Harus ada pula informasi destinasi pariwisata yang jelas di tiap kabupaten, kecamatan, bahkan desa. Langkah lainnya, bisa juga dengan membuat desa wisata. Potensi dan kapasitas masyarakat lokal harus diberdayakan di samping membangun based community tourism agar masyarakat siap menjadi tuan rumah yang baik bagi para wisatawan,” ujarnya.(*inilah.com)

 

Komentar Anda?

banner 300x250

Related posts

banner 468x60