“Jurassic Island”: Visi Wisata Flores Abad 21

  • Whatsapp
banner 468x60

                    Oleh : Servas Pandur 

(Direktur Risk Consulting Group, Jakarta)

 

 

Awal abad 21, sejumlah ahli antropologi dan arkeologi asal Australia, Inggris, dan Amerika Serikat berupaya memetakan evolusi dan migrasi manusia dengan merujuk pada fosil Homo floresiensis di Liang Bua, Kabupaten Manggarai, Flores tahun 2003. Hasil riset dan analisa tengkorak dan rahang bawah menunjukkan bahwa spesimen di Liang Bua merupakan fosil perempuan tinggi 1,06 m dan usia 30 tahun (Nature, 2004).

April 2017, tim ahli Australian National University (ANU) yang dipimpin oleh Dr
Debbie Argue, merilis hasil riset dan kajian bahwa Homo floresiensis lebih tua dari Homo erectus yang tersebar di Afrika, Eurasia, India, Tiongkok, dan Indonesia kira-kira 1,9 juta – 143 ribu tahun silam (The Guardian, 2017; Manji Hazarika, 2007; Parth R. Chauhan, 2003).

Komodo.
Komodo.

Dari analisa 133 poin spesimen dari ANU menyimpulkan, Homo floresiensis (“Hobit” karena postur kecil) – mirip Homo habilis di Afrika sekitar 2,4 juta – 1,6 juta tahun silam.

Professor Mike Lee dari Flinders University dan South Australian Museum, yang menggunakan model statistik untuk menganalisis data spesimen Homo floresiensis juga menemukan bahwa “Hobit” merupakan “sister species” Homo habilis dan menempati posisi lebih primitif atau lebih tua dalam pohon evolusi manusia.

Flores dan sekitarnya juga menyimpan misteri alam seperti “Komodo dragon” yang pernah hidup di Australia sekitar 3,8 juta tahun silam. Namun, Komodo masih hidup dengan ukuran fisik stabil sampai hari ini di pulau Komodo dan Rinca (Claudio Ciofi, 2004: 197-2004). Maka zona Flores termasuk barometer atau dapat menyingkap evolusi kehidupan manusia, migrasi, dan kestabilan ekosistem global.

Kampung Adat Wae Rebo di Manggarai.
Kampung Adat Wae Rebo di Manggarai.

Perihal ini, Hocknull SA et al (2009) menulis bahwa Flores merupakan pulau di Negara Republik Indonesia selama 900 ribu tahun terakhir “a time marked by major faunal turnovers, extinction of the island’s megafauna, and the arrival of early hominids by 880 ka [kiloannums].”

Danau Tiga Warna di Ende.
Danau Tiga Warna di Ende.

Pesona alam dan budaya lain di Flores juga antara lain ada danau tiga warga Kelimutu (Ende), World Heritage arsitektur rumah adat Mbaru Niang Wae Rebo (Manggarai), rumah tradisional alang-alang Bena dari Megalith (Ngada), tradisi berburu ikan paus di Lamalera, Lembata (Flores), tradisi beragam tenun-ikat, dan tradisi spider rice field di Manggarai (Flores). Dari nilai sejarah, arkeologis, budaya, ekosistem, dan arsitektur Flores dan sekitarnya tersebut di atas, lahir ilham dan visi wisata Flores “Jurassic Tourism” di Pulau Jurasik.

Tradisi berburu ikan Paus di Lamalera - Lembata.
Tradisi berburu ikan Paus di Lamalera – Lembata.

Ilham ini muncul pada pikiran penulis saat duduk dalam pesawat Garuda dari Labuan Bajo ke Jakarta akhir Juli 2017. Bali dilabel “Pulau Dewata”. Wisata Flores dapat dilabel “Wisata Jurasik”.

Ilham dan visi wisata Flores tersebut di atas dikaji oleh Berty Fernandez (mantan
Dubes RI di negara Amerika Selatan), Alex Adu, SH (Lawyer dan Komandan Satgas Masyarakat Adat Manggarai Barat), Mathias Mboi (Event Director di Labuan Bajo, Manggarai), dan Heribertus Baben (praktisi bisnis di Jakarta).

Sawah jaring laba-laba di Manggarai.
Sawah jaring laba-laba di Manggarai.

Tujuan kajian tim ini antara lain merespons arah kebijakan Presiden RI Joko Widodo dan Pemerintah Daerah NTT untuk menjadikan wisata sebagai sektor unggulan, selain pertanian dan pertenakan sejak awal abad 21 di Provinsi NTT.

Kampung Bena di Ngada.
Kampung Bena di Ngada.

Tahap awal kerja tim ialah presentasi proposal filosofi, visi, misi, dan strategi wisata Jurassic Island Pulau Flores ke direktorat infrastruktur dan lingkungan Kementerian Pariwisata di Jakarta awal Agustus tahun 2017.

Tradisi menenun di Flores, setiap kabupaten memiliki ciri khas dan motif berbeda.
Tradisi menenun di Flores, setiap kabupaten memiliki ciri khas dan motif berbeda.

Tim kerja ini juga sudah mempersiapkan proposal program-program kerja yang melibatkan masyarakat daerah, Pemerintah Daerah, sektor perguruan tinggi, dan sektor operator wisata (triple helix nexus) guna membangun dan mengembangkan model sustainable tourism Flores sejak awal abad 21.

Model ini diharapkan memberi benefit bagi masyarakat Flores, profit dan manfaat ekonomi (untuk APBD, APBN
dan swasta), dan penyehatan-pelestarian lingkungan (triple bottom line).

Komentar Anda?

banner 300x250

Related posts

banner 468x60