PORTALNTT.COM, ROTE NDAO – Seorang pemimpin itu yang dipegang omongannya, tutur katanya, konsisten, tidak ingkar janji.
Petuah bijak inilah nantinya yang akan diguguh dan ditiru. Karena hal ini juga menyangkut mentalitas, kewibawaan, ketauladanan, dan kredibiltas seorang pemimpin di mata rakyat.
Bagaimana rakyat akan respek, yang ada malah dibikin bingung, bimbang dan kehilangan kepercayaan, lantaran pemimpinnya inkonsistensi.
Karena seindah apapun taburan bunga-bunga pencitraan itu ditaburkan dan dilekatkan pada dirinya sebagai sosok yang merakyat, jujur dan sebagainya, pada akhirnya akan tiada artinya di mata rakyat bila ternyata omongannya inkonsisten, suka ingkar dan kata-kata tidak sesuai dengan perbuatan.
Dan sejatinya citra dari sosok seorang pemimpin itu ada diomongannya.
Sebuah pengalaman pahit harus dialami sejumlah kuli tinta, sebuah profesi mulia namun terkadang disepelekan oleh orang-orang yang mempunyai reputasi baik di mata masyarakat, apalagi orang tersebut adalah calon pemimpin rakyat.
Bagaimana tidak, sejumlah media ini menelan pil pahit lantaran janji indah tanpa realisasi, akibat saling lempar tanggung jawab. Adalah pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Rote Ndao (Paket Sasando) telah menorehkan kekecewaan yang mendalam, lantaran sebuah rancangan kerjasama yang dibangun untuk mempublikasikan sejumlah kegiatan Paslon ini dalam perhelatan pilkada Bupati Rote Ndao tahun 2018, rupanya tidak dihargai.
Calon wakil Bupati, Adolfina Elisabeth Koamesakh yang dihubungi media ini melalui media sosial WA (WhatsApp) terkait kerjasama dengan media, mengaku bersyukur karena dukungan rekan-rekan media. Bahkan salah satu tim media, Bernadus Saduk sangat aktif meliput setiap kegiatan paket Sasando sejak awal sebelum paket ini ditetapkan KPUD Rote Ndao.
“Mohon kesabaran bapak karena saya harus komunikasi dengan pak Lun (Calon Bupati paket Sasando) dan Kresna (anak dari Pak Lun) tentang komitmen dengan media bapak melalui Nadus (wartawan portalNTT), terima kasih,” ungkap Adolfina melalui WA tanggal 5 Juni 2018.
Komunikasi ini terus dibangun, dan ketika media ini berusaha menemui Ibu Adolfina, Ia sepertinya berkelit dengan serangkaian alasan sehingga akhirnya tidak ada pertemuan dan kejelasan.
Diberitakan sebelumnya, Archimes Mole yang ditunjuk sebagai ketua tim media, telah memaparkan secara detail rancangan kerjasama itu kepada Jonas C. Lun dan Adolfina Koamesakh selaku calon Bupati dan Wakil Bupati Rote Ndao.
Penjelasan detail itu akhirnya mendapat respon positif dari Paslon ini. Untuk menindaklanjuti kerjasama tersebut sejumlah media diminta untuk segera memasukkan kontrak kerjasama sebagai bentuk komitmen antara media dan paket Sasando.
Proses dan tahapan pilkada terus bergulir dan media yang menjalin kerjasama melaksanakan kewajibannya untuk meliput kegiatan yang dilakukan paket Sasando. Namun, fatalnya Paket Sasando seolah-olah tidak perduli dengan kerja yang telah dilakukan tim media.
Saling lempar tanggung jawab pun terjadi ketika tim media mempertanyakan apa yang seharusnya menjadi hak mereka, seperti yang telah disepakati.
“Saya selaku orang yang ditunjuk sebagai ketua tim media sudah menjelaskan secara rinci tentang biaya yang harus dikeluarkan bagi tim media. Jumlahnya sekitar Rp.110 juta untuk 5 media. Kedua calon menyetujui itu. Namun ketika teman-teman meminta apa yang menjadi hak mereka terjadi saling lempar tanggung jawab, bahkan teman-teman media disuruh ke sana ke sini tanpa ada kepastian yang jelas,” ungkap Archimes Mole, Selasa (19/6/2018).
Melihat kondisi ini, sebagai ketua tim media, Archimes Mole tidak bisa berbuat banyak, segala upaya pendekatan dan penjelasan kepada kedua calon telah dilakukan namun hasilnya nihil.
“Teman-teman mengadu kepada saya tapi saya jelaskan ke mereka kondisi real yang terjadi. Adapun yang menyalakan saya ketika itu, tapi saya menyarankan agar mereka menghubungi langsung kepada yang bersangkutan biar jelas, jangan ada dusta diantara kita,” kata Archimes dengan nada kecewa.
Hal senada juga diungkapkan seorang anggota tim media, Bernadus Saduk. Menurutnya, Ia adalah orang yang sejak awal sebelum paket Sasando ini ditetapkan jadi peserta pilkada Rote Ndao 2018, karena Ia secara pribadi mengagumi sosok calon Bupati, Jonas C Lun. Namun karena berkelit-kelitnya urusan pembayaran honor tim media, Ia merasa kecewa.
“Saya mendukung paket Sasando karena mengangumi pak Lun sebagai calon Bupati tetapi saya kecewa dengan Ibu Adolfina Koamesakh selaku calon Wakil Bupati,” ungkap Bernadus Saduk yang akrab disapa Nadus.
Ditanya alasan mengapa Ia kecewa dengan Ibu Adolfina Koamesakh, Nadus menjelaskan karena calon wakil bupati Ibu Adolfina kurang menghargai dan memberikan respon yang tidak bagus.
“Saya selalu WA hanya dibaca tapi sonde (tidak,red) balas sedikitpun. Kemarin ketemu di sekretariat saja Dia sonde tegur lalu berlalu pergi begitu saja,” jelasnya.
Nadus menambahkan kekecewaannya memuncak karena setiap kali ditanyakan tentang pembayaran honor tim media, Ibu Adolfina selalu berkelit dengan sejumlah alasan tanpa ada kepastian.
“Saya ditelepon dan ditanya terus menerus oleh pimpinan tentang bagaimana realisasi pembayaran tim media dan saya menjawab apa adanya bahwa belum ada pembayaran karena urusan tim media sudah dilimpahkan ke ibu Adolfina, tapi tidak ada tanggapan apapun, sampai saat ini,” jelas Nadus menambahkan.
Puncak kekesalan Nadus ini dituangkan dalam sebuah postingan di group ARAK (Anak Rote Anti Korupsi) yang banyak dikunjungi warganet dari Rote Ndao.
“Belum jadi wakil Bupati tapi Dr.Adolfina Elisabeth Koamesakh selaku calon Wakil Bupati dari paket Sasando sudah melakukan pembohongan publik terhadap saya apalagi rakyat Rote Ndao,” tulis Nadus dalam postingan di group ARAK yang mendapat respon beragam dari warganet.
Terpisah calon wakil Bupati dari paket Sasando Adolfina Koamesakh yang dihubungi terpisah mengaku tidak pernah ada kontrak apapun dengan media manapun.
“Saya tidak pernah ditugaskan untuk membayar apapun sehubungan dengan media,” pungkasnya.
Informasi yang berhasil dihimpun media ini, ada salah satu dari lima media yang menjalin kerjasama dengan paket Sasando telah mendapatkan pembayaran, meskipun tidak sesuai besaran kontrak yang diajukan. Sementara empat media lainnya belum mendapatkan pembayaran. Belum diketahui alasan yang jelas kenapa hanya satu media yang mendapatkan pembayaran itu. (Tim)