PORTALNTT.COM, KUPANG – Suasana depan Mapolda Nusa Tenggara Timur sore tadi memanas ketika massa aksi dari BEM Nusantara NTT bersama sejumlah elemen mahasiswa dan masyarakat menggelar tuntutan keadilan untuk kasus kematian tragis dua pemuda, Lucky dan Delfi.
Dalam wawancara dengan awak media seusai aksi, Koordinator Daerah BEM Nusantara NTT, Andhy Sanjaya, dengan tegas menyampaikan kekecewaan dan kemarahan terhadap lambannya proses hukum yang hingga kini belum menetapkan satu pun tersangka, meski kasus tersebut sudah dinyatakan naik ke tahap penyidikan.
“Ini bukan lagi soal dugaan, ini soal bukti yang sudah jelas. Kalau penyidik sudah menyatakan masuk tahap sidik, artinya sudah ada cukup bukti. Lalu apa yang ditunggu? Jangan sampai penegakan hukum di NTT ini kehilangan keberanian karena tekanan dari pihak-pihak tertentu,” tegas Andhy dengan nada penuh emosi pada wartawan, Kamis (13/11/2025).
Ia menilai bahwa kelambanan ini bukan hanya bentuk kelalaian, melainkan mencerminkan adanya krisis moral dan keberpihakan dalam tubuh penegak hukum.
“Kami melihat ada ketimpangan yang nyata. Ketika rakyat kecil jadi korban, proses hukum berjalan lambat. Tapi kalau menyentuh pihak berkuasa, semua jadi rumit. Ini bukan lagi sekadar perkara hukum, ini sudah menyentuh nurani dan akal sehat kita sebagai manusia,” lanjutnya.
Andhy menegaskan bahwa BEM Nusantara NTT tidak akan berhenti hanya pada satu atau dua kali aksi. Ia menyebut bahwa perjuangan mahasiswa akan terus digelorakan sampai para pelaku benar-benar ditetapkan sebagai tersangka dan diproses hukum secara terbuka.
“Kami tidak sedang mencari sensasi. Kami menuntut keadilan yang seharusnya diberikan oleh negara. Bila Polda NTT tidak segera ambil langkah tegas, kami akan konsolidasi lebih besar. Kami siap turun lagi, dengan massa yang lebih banyak, karena ini bukan lagi isu keluarga ini isu kemanusiaan,” ungkapnya di hadapan sejumlah wartawan.
Selain mendesak penetapan tersangka, BEM Nusantara NTT juga meminta Kapolda NTT dan Kapolri turun langsung mengawal proses hukum agar tidak ada permainan di balik meja.
“Kami ingin memastikan tidak ada satu pun oknum yang mencoba mengaburkan kebenaran. Kalau aparat serius, maka dalam waktu dekat harus ada tersangka. Kalau tidak, maka kami anggap penegakan hukum di daerah ini telah lumpuh,” kata Andhy.
Ia pun mengajak seluruh organisasi mahasiswa, lembaga kemanusiaan, dan masyarakat sipil untuk bersatu mengawal kasus ini hingga akhir. Menurutnya, perjuangan untuk Lucky dan Delfi adalah simbol perjuangan untuk rakyat kecil yang kerap dibungkam oleh ketidakadilan sistemik.
“Kita tidak boleh diam. Karena kalau hari ini kita diam untuk Lucky dan Delfi, besok bisa jadi giliran anak-anak kita sendiri. Keadilan bukan milik orang kuat, tapi milik semua yang memperjuangkannya,” ujarnya menutup wawancara dengan suara bergetar namun penuh keyakinan.
Andhy menegaskan bahwa mahasiswa akan tetap berdiri di garis depan bersama keluarga korban.
“Kami akan terus bersuara. Karena bagi kami, keadilan tidak boleh dikubur bersama korban. Keadilan harus hidup, meski di atas penderitaan rakyat,” pungkasnya.







