DAWAI PENGEMBARA (Refleksi kecil Injil Lukas 21:12-19)

Oleh: John Bahy

Yesus itu Figur yang unik-menarik. Seandainya Ia Caleg di zaman sekarang, pasti tidak ada yang memilihnya. Bandingkan saja Caleg di zaman ini, ketika hendak mempromosikan dirinya, visi-misinya, mereka cenderung menjanjikan sesuatu yang enak, yang indah, dengan maksud memperoleh simpati serta dukungan dan dipilih.

Tetapi Yesus, Ia tidak menjanjikan sesuatu yang muluk-muluk bagi para pengikut-Nya. Ia ‘berani mengambil resiko’ atas apa yang menjadi misi-Nya. Bagi setiap orang yang mengikuti-Nya, malah diberi gambaran akan diperhadapkan dengan situasi-situasi sulit, yang tidak mengenakan.

_”Kalian ditangkap dan dianiaya. Karena nama-Ku kalian akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat, dimasukkan ke dalam penjara, dan dihadapkan kepada raja-raja dan para penguasa. Kalian akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu, dan beberapa orang di antaramu akan dibunuh; karena nama-Ku kalian akan dibenci semua orang.”_

“Kampanye” Yesus ini terlihat “lemah” dan diprediksi akan “gagal”. Tapi lihatlah, para murid rela meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti Orang Nazaret ini. Para murid rela melepaskan kehidupan mereka yang sebelumnya, dan mengikuti Yesus dengan segala konsekuensinya. Para Santo-santa, para Martir, dengan sukacita melepaskan hidup mereka dan masuk dalam hidup “Manusia Tersalib” ini.

Lantas kita bertanya, apa ‘upah’ bagi setiap orang yang mengikuti Yesus? Dalam perikop yang lain, dikisahkan tentang Petrus yang bertanya kepada Yesus tentang upah bagi mereka yang telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti Dia. Dan Yesus menjawab: _”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal” (bdk Mrk 10:28-30)._

Pengharapan dan sukacita terbesar para rasul adalah *hidup yang kekal*. Begitu juga dengan kita sekalian pengikut Kristus di zaman ini. Hal itu tak berarti tanpa perjuangan. Kita harus siap untuk masuk dalam cara hidup Yesus, dan menghidupi spiritualitas Yesus, diantaranya spiritualitas kasih, kurban, salib dan paskah.

Paus Fransiskus pernah berkata, _”Mengikuti Yesus itu bukanlah sebuah karir, tetapi jalan salib.”_ Hal ini mau mengingatkan kita bahwa jalan menuju hidup yang kekal itu adalah jalan salib. Dan Yesus sendiri telah menunjukannya melalui seluruh perjalanan hidupNya yang berpuncak pada wafat dan kebangkitan-Nya.

Sebagai para pengikut Kristus, kita hendaknya tetap memiliki sukacita iman di dalam Yesus. Banyak hal yang akan kita lewati sebagai seorang pengikut Kristus. Jika kita bertahan sampai akhir, kita akan memperoleh ‘hidup’. Jika saat ini Tuhan sedang menuntun kita melalui “jalan-jalan gelap” seperti salib, badai dan penyangkalan diri, biarlah Ia melakukannya. Tetaplah berpaut pada-Nya. Karena Ia lebih tahu cara terbaik untuk membawa kita kepada keselamatan. Dengan memikul salib, para pengikut Yesus diharapkan untuk menghayati makna “Imitation Christi” yaitu menderita seperti Yesus menderita.

Jangan mudah terkelabui dengan nilai-nilai dunia. Terlihat menawarkan kebahagiaan, tetapi bisa membunuh secara perlahan. Kelak, akan terbukti bahwa apa yang dikejar dan diagung-agungkan oleh orang-orang dunia ternyata tidak ada nilainya lagi dalam kekekalan.

“Jangan melepaskan Yesus untuk sesuatu, tetapi lepaskan sesuatu untuk Yesus. Ia akan kembali!”

Komentar Anda?

Related posts