Kisah Sukses Rozali Hussein, Membangun Yayasan Tanaoba Lais Manekat dan TLM Group Dengan Bermodalkan Rp 2,5 juta Uang Koin

  • Whatsapp

PORTALNTT.COM, KOTA KUPANG – Yayasan Tanaoba Lais Manekat (YTLM) saat ini telah memasuki usia 25 tahun (1 November 2019). Untuk sampai pada angka ini bukan perkara gampang, karena ada sejuta kisah yang mewarnai perjuangan panjang dalam bentangan waktu, namun ada hal yang pasti, banyak jiwa yang senantiasa bersyukur karena kuasa Tuhan bekerja melalui tangan-tangan yang tulus hati melayani masyarakat miskin sesuai dengan motonya “melayani dengan kasih”.

Dengan visi menjadi lembaga yang terpercaya, professional dan tangguh yang perduli pada orang miskin menghantarkan YTLM telah meraih kesuksesan dengan total aset saat ini mencapai Rp 650 miliar dan didukung oleh kurang lebih 700 karyawan yang melayani hampir 150 ribu orang yang tersebar di 4 provinsi yaitu di seluruh wilayah NTT (kecuali Sumba Barat dan Sumba Barat Daya), Provinsi Bali (Buleleng), dan Provinsi Sulawesi Barat dan Sulawesi Utara.

Kerja keras Yayasan TLM dengan sejumlah unit produksinya (KSU talenta, BPR TLM, KSP TLM, Koperasi Konsumen TLM) bukan hasil dari sebuah mimpi semalam.

Dibalik kesuksesan YTLM hingga saat ini, ada sosok pria sederhana berwajah tampan, penuh dedikasi dan komitmen kuat, yang selalu memancarkan senyuman manis penuh kasih pada siapa saja yang ditemui.

Dialah Rozali Hussein, pria berdarah Palembang kelahiran 10 Agustus 1961, menjadi tokoh penting dalam sejarah perkembangan YTLM hingga saat ini. Berkat tangan dingin Rozali, dia mampu mewujudkan gagasan beberapa tokoh gereja untuk meningkatkan perekonomian jemaat Gereja Masehi Injili di Timor. Pada tahun 1994, Sinode GMIT mendirikan sebuah Yayasan yang bernama Tanaoba Lais Manekat, diambil dari bahasa Timor yang berarti “Melayani Dengan Kasih”.

Rozali Hussein, Direktur Eksekutif Yayasan TLM.

“Pada waktu itu GMIT punya program namanya diakonia atau melayani, tidak hanya di atas mimbar saja tapi juga ingin membantu masyarakat secara langsung, makanya gereja mendirikan satu lembaga yang namanya Yayasan TLM. Saya waktu itu kerja di Alfa Omega dan diminta jadi Direktur Eksekutif,” kata Rozali pada media ini, Rabu (4/12/2019) di kantor KSP TLM.

Rozali mengisahkan perjalanan awal mula YTLM yang ketika itu menempati gedung milik gereja di jalan Soekarno No 14, LLBK, Kota Kupang, dimulai pada awal Januari tahun 1995 dan dibantu 1 orang staf yaitu Ibu Semaya Nalle yang saat ini menjabat sebagai auditor pada KSP TLM.

“Untuk operasional, pada waktu itu saya diberi dana Rp 2,5 juta dan uang itu dalam bentuk uang koin yang merupakan hasil dari uang kolekte,” kata Rozali.

Dengan uang yang terbatas Rozali mengaku diberi tanggung jawab besar untuk mengembangkan uang itu. Pada intinya membantu masyarakat yang adalah para jemaat GMIT yang memiliki kesulitan dan perlu dibantu.

“Saya pecah otak setengah mati mau diapakan uang itu? Awalnya saya memiliki ide untuk memberikan pinjaman pagi, dan sore harinya dikembalikan namun tidak jadi. Sehingga akhirnya kami buat produk harian, hari ini pinjam besok kasih kembali dengan jangka waktu pinjaman sampai 100 hari. Nah waktu itu pinjaman harian yang ada di masyarakat itu bunganya 20 % setelah kita kalkulasi dengan bunga 5 %, kita sudah bisa hidup, jadi kami jalankan,” kata Rozali mengingat kala itu.

Rozali mengakui motifasi terbesarnya sehingga berani menerima tanggung jawab sebagai Direktur Eksekutif dengan operasional yang sangat minim kala itu karena ia memiliki keyakinan segala berkat itu dari Tuhan.

David Mileham (Uniting World Volunteer), Zesly Pah (manager KSP TLM), Simon Lynch (Indonesia and Commnunity Development Director of opportunity Australia) dan Rozali Hussein. (Ket. foto: kiri-kanan)

“Saya percaya bahwa segala berkat itu dari Tuhan, kita tidak bisa melakukan sesuatu kalau belum ada berkat Tuhan dan untuk mendapatkan berkat itu kita harus membangun relasi dengan Tuhan, memperbaiki relasi dengan Tuhan. Tuhan bilang carilah dulu kerajaan surga maka semua akan ditambahkan bagimu. Inilah yang selalu saya tekankan kepada seluruh karyawan, puji Tuhan semua berjalan sampai saat ini,” tandas Rozali yang selalu mengajarkan semua karyawan untuk selalu berserah kepada Tuhan, memulai dan mengakhiri pekerjaan dengan berdoa.

Menurut Rozali untuk menjalankan suatu usaha harus dilandasi dengan komitmen yang kuat, mau berkembang dan harus nekat. Hal inilah yang jadi prinsipnya dan diajarkan pada semua karyawan.

“Semua mulai dari awal seleksi kita bangun komitmen untuk kembangkan lembaga ini karena kalau komitmen kita kuat, masalah atau rintangan itu tidak terlalu mempengaruhi kita. Dan kita selalu tekankan kepada anak-anak semua bahwa kita harus selalu memikirkan orang lain karena selama kita memikirkan orang lain maka Tuhan memikirkan kita. Dan karena dulu saya orang luar anak-anak selalu puas dengan hasil kerja saya. Salah satu visi kita yang penting adalah mau berkembang, setiap staf harus mau berkembang. Dia punya komitmen tapi mau berkembang dan tidak cepat puas,” ungkap suami dari Chahyaning I Djamaludin ini.

Lebih lanjut ayah 4 anak ini berkisah dalam seluruh pergumulan dan perjuangan yang dilaluinya, ada hal tersulit yang dihadapinya pada masa-masa awal berdirinya yayasan. Dimana ada kesepakatan dengan Alfa Omega yang memberikan kepercayaan pada Yayasan TLM untuk menagih hutang milik Alfa Omega sebanyak Rp 40 juta dan kesepakatan yang kedua, kompensasi untuk menagih hutang itu, Alfa Omega memberikan 5 orang staf yang akan bekerja membantu di Yayasan TLM.

“Alfa Omega memberikan kami 5 orang karyawan dengan kesepakatan gaji di 3 bulan pertama akan dibayar oleh Alfa Omega, sedangkan memasuki bulan keempat gaji kelima karyawan menjadi tanggung jawab YTLM. Masa itu saya pikir paling nekat. Kita punya uang sedikit tapi harus mengaji 5 orang karyawan. Tapi puji Tuhan sampai mereka pensiun kami selalu membayarkan gaji mereka,” ungkap lulusan sarjana ekonomi ini seolah tak percaya hal tersulit itu mampu dilaluinya.

Menurut Rozali, berkat kegigihannya bersama para karyawan Yayasan TLM berhasil mengmbangkan unit usaha, KSU Talenta didirikan pada tanggal 28 January 1996, pada tahun 2008 didirikan BPR TLM, lalu pada tahun 2011 didirikan KSP TLM dan pada tahun 2014 didirikan Koperasi Konsumen TLM. Setiap unit usaha yang dibentuk YTLM untuk melayani kebutuhan masyarakat yang tidak terlayani oleh orang lain yang kedua kita akan mencari keuntungan. Hal itu sejalan dengan dua program Yayasan yaitu pengembangan ekonomi dan Comuniti development.

“Di NTT ini kebanyakan bicara tentang produksi di berbagai aspek tapi jarang sekali yang bicara tentang marketing padahal kalau mau bicara pengentasan kemiskinan harusnya ada nilai ekonominya. Contoh kita bicara program menambah produksi bawang tidak membuat petani kaya atau banyak uang. Bawang itu kalau sudah dijual baru petani dapat uang, baru bisa mengurangi kemiskinan, jadi apa yang dibutuhkan masyarakat dan belum disentuh akan kita kembangkan. Kita akan buka unit usaha yang dibutuhkan terlebih masyarakat miskin,” tegas Rozali yang telah memiliki 2 orang cucu.

Selain itu Rozali mengakui motifasi yang tertanam dalam dirinya untuk selalu membantu orang miskin karena baginya masalah kemiskinan itu karena ada sesuatu yang salah dan banyak orang miskin yang dia tidak suka miskin.

“Dalam Yohanes 10: 10b ‘Aku datang memberi hidup dan hidup itu penuh dengan kelimpahan’ itu motifasi saya. Tetapi kalau kita melihat orang miskin itu artinya tidak sama dengan apa yang dikatakan Tuhan, nah itulah tugas kita, sampai sekarang saya selalu berpikir orang miskin itu ada sesuatu yang salah karena saya percaya firman Tuhan itu pasti benar karena banyak orang miskin yang dia tidak suka miskin,” tegasnya.

Ditanya tentang apa mimpi yang belum dicapai hingga perjalanan Yayasan TLM telah mencapai usia 25 tahun, menurut Rozali, YTLM selalu memikirkan untuk membantu mengatasi persoalan orang lain yang tidak dilakukan orang lain. Sehingga ada banyak kemungkinan yang bisa dilakukan YTLM untuk mengembangkan unit usahanya, selama usaha itu bertujuan membantu masyarakat terlebih masyarakat miskin.

“Kami ingin membantu semua orang terlebih orang miskin. Dan untuk para staf mereka harus punya komitmen dan mau berkembang. Harus kita bekali agar mereka anak-anak NTT berpikir tidak sama seperti anak NTT, out of the box. Dan anak-anak TLM harus nekat,” tegasnya.

Dalam seluruh sepak terjangnya menahkodai YTLM hingga mencapai kesuksesan, Rozali sadar betul bahwa ia tidak berjalan sendiri. Dia mengakui ada orang lain yang sangat memberikan dampak besar bagi perjalanan YTLM. Adalah Simon Lynch (Indonesia and Community Development Director of opportunity Australia).

“Simon sangat memberikan pengaruh yang luar biasa bagi perkembangan yayasan. Bantuan yang diberikan tidak saja dalam bentuk dukungan dana pada awal-awal yayasan ini terbentuk, tapi jauh lebih dari itu yaitu motivasi dan ide-ide cemerlang yang tidak pernah kami pikirkan. Saya yang tidak pernah jadi direktur tiba-tiba jadi direktur. Saya contohkan orang saat ini baru booming system online. Nah, kami sudah memulai ini dari 10 tahun lalu, jadi seluruh kantor cabang kami terhubung dengan system langsung ke satelit. Ini semua berkat Simon yang senantiasa mendorong kami untuk terus berkembang, out of the box,” katanya.

Sementara itu Simon Lynch mengaku sangat kagum dengan kepribadian yang ada dalam diri Rozali Hussein. Hal itu dirasakannya ketika mereka pertama kali bertemu dan dalam percakapan ia yakin benar Rozali Hussein memiliki kemauan yang kuat untuk melayani, selain itu diberikan talenta dari Tuhan untuk menjadi pengusaha.

“Saya sangat kagum pada kepribadiannya, sehingga ketika pak Rozali mampu meyakinkan saya datang ke NTT untuk membantu Yayasan TLM. Kami bekerja menjadi patner yang saling melengkapi. Pada waktu saya datang dan melihat ia bekerja dengan para stafnya, dalam diri Rozali ada karakter yang mau melayani sepenuh hati,” kata Simon warga negara Australia ini.

Simon menyadari pak Rozali merupkan orang yang dianugerahkan Tuhan untuk menjadi pemimpin, hal itu sangat nampak dalam kesehariannya bekerja bersama para staf yang selalu puas dengan hasil kerja yang ada.

Untuk diketahui, selain memberikan pinjaman Yayasan TLM juga memberikan pelatihan-pelatihan kepada nasabah agar dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menjalankan usahanya.

Semua unit usaha yang ada, membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen kepada Yayasan TLM untuk membiayai operasional yayasan dan pelayanan sosialnya di bidang pertanian, air bersih, advokasi desa, pelatihan masyarakat, pelatihan klien, pendidikan dan pendampingan disabilitas. (Jefri Tapobali)

Komentar Anda?

Related posts