PORTALNTT.COM, KOTA KUPANG – Kepala SNVT ATAB Nusa Tenggara II Provinsi NTT, Pahlawan Perang, ST, MT, menjelaskan progres pekerjaan fisik bidang Air Tanah Air Baku (ATAB) NT II Provinsi NTT yang membawahi PPK ATAB I, ATAB II dan ATAB III, hingga akhir Juli 2018 mencapai 70 persen sementara untuk biaya keuangannya mencapai 55 persen.
Menurut Pahlawan, dalam kegiatan Air Tanah Air Baku itu ada kegiatan yang terkontrak dan swakelolah (Pemboran sumur) tetapi dalam pelaksanaan swakelolah baru sebagian yang di kerjakan karena tujuannya untuk penanggulangan kekeringan sehingga itu dipending sampai menunggu ada isu kekeringan maka akan dilakukan pekerjaan di situ, sehingga langsung menyentuh masyarakat.
“Tujuan sumur bor untuk penanggulangan kekeringan sehingga masih dipending dan ketika masuk bulan september oktober ada isu kekeringan langsung kita lakukan kegiatan di situ agar langsung bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat sehingga fleksibel,” ungkap Pahlawan saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (16/08/2018).
Terkait lokasi penyebaran, Pahlawan menyampaikan ada beberapa wilayah yang menjadi pusat penyebaran Air Tanah Air Baku di antaranya Timor, Sumba, Flores dan Kepulauan.
“Kita utamakan untuk daerah-daerah yang sejak mereka bermukim tidak pernah merasakan air baku dan pemerintah pusat menganjurkan kita harus membantu pulau-pulau terluar contohnya daerah Palue di kabupaten Sikka,” ungkap Pahlawan.
Diakuinya hingga saat ini ada sejumlah pekerjaan sumur bor yang jaringannya belum dibawa ke masyarakat.
“Hal ini karena kita menunggu jika ada isu kekeringan akan dilihat di lokasi mana dan ada berapa sumur bor di sana, nah itu yang akan kita bawa airnya ke masyarakat,” tegas Pahlawan, putra asal Alor ini.
Pahlawan juga mengutarakan bahwa, ketersediaan air di Kota Kupang sudah mulai berkurang dan salah satu solusi yang diberikan kata Dia adalah dengan membangun bendungan Kolhua dan rencana pembangunan lainnya meskipun hingga saat ini belum terealisasi dengan baik karena masalah sosial.
“Biaya yang digunakan lebih kecil karena Kolhua sistem revitasi sehingga tidak lagi membutuhkan pompa air saat disalurkan, sehingga biayanya tidak dobel,” ujar Pa Wan sapaan akrabnya mengakhiri wawancara dengan media ini. (Jefri Tapobali)