PORTALNTT.COM, KUPANG – Kepala dinas Pariwisata dan ekonmi kreatif NTT, Marianus Jelamu, mengatakan kegiatan parade 1001 kuda dan festifal tenun ikat yang direncanakan bulan Mei 2017 ditunda ke bulan Juli 2017. Dan dipastkan Presiden RI Joko Widodo akan hadir.
“Kenapa bulan Juli, karena ada beberapa pertimbangan, Mei itu kan puasa (Idul Fitri), Juni akan ada bulan Soekarno di Ende, Bapak Gubernur minta supaya di bulan Juli. Bapak Gubernur juga menyampaikan bahwa ada permintaa dari Bapak Presiden sendiri agar dibuat dalam skala besar dan Dia akan hadir,” kata Marianus pada PortalNTT.com, di ruang kerjanya, Kamis (9/3).
Menurut Marianus, dalam waktu dekat akan ada rapat para Bupati sedaratan Sumba dengan Bapak Gubernur di Waitabula untuk menentukan tempat pelaksanaanya, di Sumba Timur ataukah di Sumba Barat Daya.
Ditanya tentang siapa-siapa saja tamu yang akan diundang, kata Dia, yang jelas Bapak Presiden dan Ibu, para menteri-menteri, Duta besar dari Negara sahabat dan para pelaku usaha.
“Kita juga akan mengundang Timor Leste. Dan dari Belanda, karena Ibu Lusia (Istri Gubernur) punya mitra di sana untuk tenun ikat. Saya sudah bersurat ke pak Mensesneg (menteri sekertaris negara) untuk kita beraudiensi tapi belum ada balasan, untuk kita menjelaskan kepada pak menteri rencana ini supaya nanti diatur kapan Bapak Presiden datang ke NTT khususnya ke Sumba,” jelas pria Manggarai ini.
Lanjut Dia, kegiatan ini bermaksud untuk menciptakan brending untuk Sumba itu parade Kuda, jadi selain Pasola sebagai atraksi budaya yang terpopuler yang divote secara nasional dan internasional, di balik Pasola itu ada suatu budaya berkuda orang Sumba atau NTT pada umumnya tapi kuda Sandel itu lebih terkenal ada di Sumba, Indonesia.
“Kita mau menunjukkan pada dunia, pusat kuda sandel itu ada di Indonesia, khususnya di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Jadi Pasola yang selama ini dikenal di dunia internasional sebagai atraksi budaya yang dimulai dengan ritusritus merapu, ada cerita yang lain yaitu ada suatu parade kuda untuk mendukung Pasola ini sebagai atraksi budaya sehingga parade ini juga bisa menjadi suatu atraksi budaya orang NTT khusunya orang Sumba. Ketika orang menyebut Sumba maka dalam benak wisatawan tidak hanya mengenal Pasolanya, megalitiknya, tapi juga ada parade ribuan kudanya dan juga ada festifal tenun ikat. Bapak Gubernur sudah minta pada saya supaya brending tenun ikat Sumba ini dilengkapi dengan parade 1001 kuda,” tandasnya.
Terkait model kegiatannya itu, Marianus menjelaskan, nanti akan diawali dengan parade 1001 kuda dari kota ke kota kemudian akan ditutup dengan puncak festifal tenun ikat Sumba.
Sebagai pencetus ide ini, Marianus sangat yakin kalau kegiatan tersebut akan memiliki dampak yang sangat luar biasa terhadap kemajuan di Sumba dan NTT secara umumnya.
“Nanti yang akan menjadi penunggang kuda itu bukan saja dari orang Sumba tapi bisa juga wisatawan yang datang bisa ikut dan Bapak Presiden juga kalau bisa kita minta untuk ikut menunggang kuda dengan menggunakan pakian adat sumba dan bisa juga pakian adat dari seluruh Indonesia. Jadi tujuan kita ciptakan kegiatan ini yaitu kita mau jual ke dunia luar bahwa ada sebuah brending begitu. Sehingga bila nanti masuk dalam kalender of event orang akan tahu, parede 1001 kuda di sumba itu seperti ini,” tegasnya.
“Dan juga nanti dengan yel-yel seni budaya di atas kuda, karena kan dibagi dalam beberapa kelompok, sehingga orang dengan kreasi masing-masing yang dinilai oleh juri nanti mana yang kompak, bagus, itu yang nanti akan keluar sebagai kelompok berkuda terbaik, sama seperti karnaval. Kalau karnaval orang berjalan dengan pakian adat segala macam, nah ini orang dengan berkuda,” tambah Dia.
Dia juga mengharapkan peran Pers untuk mendukung kegiatan ini.
“Saya minta ya teman-teman pers mendukung kegiatan ini, supaya semakin banyak orang yang tahu tentang kegiatan ini dan menjadi brending,” Pungkasnya. (Jefri)