PORTALNTT.COM,LARANTUKA – Tiga kabupaten yang tergabung dalam rumpun Lamaholot (Flores Timur, Lembata dan Alor) menghadiri festival budaya 2017 yang digelar di taman Kota Larantuka Kabupaten Flores Timur (Flotim), Selasa (11/7/2017).
Acara tersebut merupakan acara tahunan yang sebelumnya pada tahun 2015 digelar di Kabupaten Alor, dan Kabupaten Lembata keluar sebagai juara satu. Acara tersebut resmi dibuka oleh Bupati Flotim Anton Hadjon. Sebelum dimulainya acara seremonial pembukaan festival, peserta melakukan parade kebudayaan.
Memasuki area taman kota Larantuka, peserta parade diiringi lagu-lagu daerah dari tiga kabupaten oleh Paduan Suara Santa Bernadeth Kabupaten Flotim. Upacara pembukaan Festival Lamaholot 2017 ini diikuti oleh 350 peserta, juga dihadiri puluhan ribu masyarakat dengan antusias menyaksikan seremonial dengan diawali ritus api oleh masyarakat adat Desa Bantala, Kecamatan Lewo Lema.
Tampak hadir dalam pembukaan festival budaya Lamaholot ditaman kota Larantuka, Wakil Bupati Flotim Agus Boli, Pimpinan DPRD Flores Timur, Kapolres Flores Timur, Dandim 1624 Flores Timur, Kajari Flores Timur, Kepala Pengadilan Larantuka, Raja Larantuka, Sekda Flores Timur, Kadis Pariwisata Kabupaten Lembata, Plt Kadis Pariwisata Flotim, dan pimpinan OPD Kabupaten Flotim.
Dalam sambutannya Anton Hadjon mengatakan, festival seni dan budaya Lamaholot yang dilakukan secara rutin diantara Kabupaten yang serumpun Lamaholot, adalah festival yang sangat bernilai ditengah hidup yang semakin individualistis.
“Sebagai saudara serumpun, apalagi kita menyebut kita orang Lamaholot maka ikatan batin dan perasaan sebagai kakan arin, kakan dike arin sare selalu ada dihati. Satu susah yang lain ikut susah, saling rasa saling bantu, adalah keutamaan kita sebagai orang lamaholot,” kata Anton Hadjon.
Disamping ekspresi dan ekspresif dalam seni lanjut Anton, pencapaian intelektual dan sejarah kerohanian menjadi bagian dalam kebudayaan. Kebudayaan berhubungan erat dengan konsep diri, etos kerja, daya saing yang mencerminkan martabat dan harga dari suatu masyarakat.
“Suatu saat nanti ketika hidup bergerak jauh kedepan mengikuti dinamika pembangunan dan perkembangan dunia global, anak cucu kita tidak kehilangan identitas dan jati diri kelamaholotannya,” ujar Anton (Ola)