PORTALNTT.COM, LEMBATA – BUMDes Kalikasa, desa Katakeja, kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur melakukan studi banding di BUMDes 7 Maret Hadakewa, Kamis (25/2/2021).
Pj. Kepala Desa Katakeja, Yohanes Kara, SH kepada media ini mengatakan, BUMDes Kalikasa memilih studi banding di BUMDes 7 Maret Hadakewa karena dinilai BUMDes 7 Maret Hadakewa merupakan salah satu BUMDes berhasil di NTT.
“Kita memilih desa Hadakewa untuk menjadi studi banding karena Bumdes 7 Maret merupakan salah satu bumdes yang berhasil di NTT yang di komandoi bapak kepala desa Hadakewa. Pak desa adalah salah satu kepala desa utusan ke India.
Berdasarkan pengalaman rakor bersama gubernur.
Sehingga sangat berkaitan dengan pembentukan BUMDes desa Katakeja,” katanya.
Dikatakannya, rencana pertama BUMDes Kalikasa melakukan studi banding yang pertama di Maumere (Sikka), kedua Soe (TTS) yang di anggap BUMDes maju.
“Dan ternyata saat kita rapat dengan gubernur, BUMDes yang maju di NTT salah satunya adalah BUMDes 7 Maret Hadakewa (Lembata).
Sehingga kita memilih untuk studi banding di Hadakewa,” ungkapnya.
Berkaitan dengan studi banding ini, jelasnya, lebih fokus kepada bagaimana mengetahui BUMDes Hadakewa mengelola BUMDesnya dan bisa maju seperti ini.
“Yang di lihat masyarakat Hadakewa dan masyarakat umum. Itu pertimbangan kita untuk memilih Hadakewa sebagai tempat studi banding,” tegasnya.
Dia menjelaskan, BUMDes Hadakewa ini ada di pesisir dan bumdes Kalikasa ada di gunung.
“Jadi menjadi pertimbangan saya bahwa, pengelola BUMDes ini datang untuk melihat bagaimana sehingga pengelola BUMDes 7 Maret ini bisa di utus NTT ke luar negeri. Itu pertimbangan kita,” jelasnya.
Setelah bertemu kepala desa Hadakewa dan direktur BUMDes 7 Maret, Direktur BUMDes Kalikasa menjelaskan, BUMDes yang ada di desa Katakeja itu adalah sembako.
“Namun bukan saja sembako melainkan komoditi unggulan. Komoditi-komoditi unggulan di desa Katakeja seperti advokad, nenas dan buah naga. Saat musimnya, kita buang-buang. Di desa Katakeja itu hampir setiap rumah buah-buahan ini ada,” terangnya.
Sementara, kepala desa Hadakewa, Klemens Kwaman bersyukur dan berterima kasih karena BUMDes Kalikasa telah memilih BUMDes 7 Maret Hadakewa untuk melakukan studi banding.
“Kami bersyukur dan berterima kasih karena BUMDes Kalikasa telah memilih Bumdes 7 Maret Hadakewa untuk kami berdiskusi bagaimana mendirikan dan menjalankan BUMDes sehingga bisa membantu desa,” tandasnya.
Klemens mengatakan, Bumdes Katakeja itu baru dibentuk dan belum ada unit usaha.
“Sehingga mereka turun ke sini meminta masukan kira-kira kondisi di Katakeja dan potensi-potensi yang ada itu apa yang dilakukan di sana. Sehingga dalam arahan saya tadi, saya sampaikan bahwa, potensi sekecil apapun di desa, bisa kita kembangkan. Potensi banyak di Kalikasa, itu yang di manfaatkan. Di ending terakhir tadi, kita sepakat mau MoU sehingga ada barter prodak dari BUMDes Kalikasa dengan BUMDes 7 Maret Hadakewa. Hari ini mereka senang bisa hadir di Hadakewa mendapatkan informasi-informasi tambahan dan referensi bagaimana mengembangkan. Usaha ke depannya,” pinta Kepdes Hadakewa.
Kepada bumdes Kalikasa, Kepdes Hadakewa menjelaskan, untuk menjalankan BUMDes, proses tidak mudah.
“Ada masyarakat yang support ada yang tidak, tetapi Kita buktikan dengan kerja nyata seperti apa. Saya berharap, pengurus-pengurus yang ada itu bisa bertahan waktu untuk mencapai sebuah hasil yang membutuhkan waktu. Waktu cepat atau lambat, kita yang tentukan. Menjadi pertanyaan saya mereka bertahan atau tidak, namun saya yakin mereka bertahan,” tukas Klemens.
Lebih jauh, kata Klemens, Bicara bumdes, bicara terkait teknologi.
“Usahakan digitalisasi itu penting kalau dia mau bicara lebih jauh. Tapi kalau dia tidak menggunakan digital, saya pikir mau dorong seperti apa juga akan susah. Karena merekalah yang jadi penentu. Jadi saya katakan bahwa, jejak-jejak digital dari Katakeja itu harus di tinggalkan. Begitu juga yang saya lakukan di Hadakewa selama ini kan bicara mengenai digital. Pakai media sosial semaksimal mungkin sehingga prodak-prodak kalian, bisa di bicara banyak di luar, bisa dikenal,” tutup Kades Klemens.
Penulis: Wilibaldus Kali
Editor: Jefri Tapobali