PORTALNTT.COM, KUPANG – Indonesia adalah benua maritim. Kearifan lokal modal utama mendongkrak pembangunan ekonomi masyarakat lokal. Lembata termasuk benua kecil maritim bertaraf intetnasional.
Paulus Doni Ruing alias Polce Ruing memandang secara konsep, Benua Maritim Indonesia (BMI) adalah wilayah perairan dengan hamparan pulau–pulau di dalamnya, sebagai satu kesatuan alamiah antara darat, laut dan udara di atasnya tertata unik dengan sudut pandang iklim dan cuaca keadaan airnya, tatanan kerak bumi, keragaman biota serta tatanan sosial budaya.
“Di sini perairan laut harus dilihat sebagai peluang ekonomi terutama sumber ekonomi yang dapat diperbaharui (renewable resources) seperti: (1) pengembangan potensi perikanan laut, (2) pengembangan hutan mangrove untuk mendukung kehidupan di pesisir, (3) Padang lamun dan rumput laut, (4) pemeliharaan terumbu karang,” kata Polce.
Dikatakan Polce, NTT memiliki Laut yang luasnya mencapai 200.000 km2 atau kurang lebih empat kali luas daratan yang hanya mencapai sekitar 47.000 Km2. Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan ini dipandang sebagai suatu kekuatan ekonomi sehingga harus menjadi prioritas dalam kebijakan pembangunan. Selain itu, perlu adanya penguatan kawasankonservasi perairan yang ada di NTT seperti: Taman Nasional Komodo, Taman Wisata Alam Teluk Maumere, Taman Wisata Alam Teluk Kupang, Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung, Kawasan Konservasi perairan Daerah Alor, Kawasan Konservasi Perairan Daerah Sikka, dan Taman Naional Perairan Laut Sawu. Lembata secara proaktif mengembangkan kawasan Sawu.
“Banyak program wacana bangun NTT dari kearifan lokal dalam hal ini Gerakan Masuk Laut, Anggur Merah dan lainnya. Apakah ini sudah dilakukan – dipraktekkan? Bisa sebutkan salah satu buktinya?,” tanya Polce.
Oleh karena itu, Gerakan Masuk Laut (GEMALA), Penetapan PERDA Nomor 4 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan laut, PERDA Nomor 1 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah darat dan laut, PERDA nomor 3 tahun 2011 tentang pengendalian usaha perikanan dan Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2010 tentang pengelolaan ekosistem terumbu karang meruapakan gerakan nyata yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah Propinsi NTT. Kendalanya adalah pesisir dan laut luas maka maka kewenangan pengelolaan wilayah laut pada radius 0-12 mil laut diyakini menjadi tantangan tersendiri bilamana tidak dikoordinasikan secara tepat dengan pemerintah di tingkat kabupaten/kota.
“Hal ini didasari fakta bahwa provinsi NTT merupakan provinsi kepulauan sehingga rentang kendali dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut menjadi sangat luas dan kompleks. Perayaan Hari Nusantara (Harnus) yang akan berpusat di Lembata NTT, merupakan momen untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara maritim dengan mempunyai sumber daya alam yang melimpah baik di darat maupun laut,” ujarnya.
Dijelaskan Polce, Ada 3 pulau besar di NTT, Flores, Sumba dan Timor. Gugusan pulau itu terbentang dengan dibingkai oleh lautan kurang lebih 200.000 km persegi, Sementara itu, Implementasi Program Pembangunan Desa Mandiri Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera (Anggur Merah) sangat positif. Sayangnya, program ini lebih identik sebagai program Gubernur untuk membangun desa. Kabupaten sebagai penanggungjawab langsung belum dimaksimalkan. Akibatnya banyak program yang tidak maksimal.
Sedangkan, Nawacita dalam bingkai Pembangunan Kearifan Lokal. Polce berpandngan bahwa, sebagai ‘daerah pinggiran’ telah mendapatkan perhatian dalam pembangunan. Program Anggur merah yang dilaksanakan pemerintah provinsi mestinya dapat lebih efektif lagi dengan memberikan koordinasi kepada kabupaten. Sementara itu pengembangan kemaritiman dan kelautan perlu mendapatkan perhatian yang besar. Sebawai wujud koordinasi maka tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, merupakan prioritas. Kenyataan, di level nasional, NTT masih ‘identik’ dengan KKN yang merajalela. (3) Perlu pengembangan kualitas sumber daya manusia.
NTT yang di era 60an adalah gudang pendidik perlu diberi prioritas dalam mengembangkan tenaga pendidik berkualitas. Hal itu akan menjadi langkah penting dalam menciptakan revolusi mental. (Tim)