PORTALNTT.COM, LARANTUKA – Senja jingga mewarnai langit,mentaripun perlahan beranjak pergi.Terdengar tangisan pilu menusuk kalbu,hanyutkan hati ribuan para peziarah yang memadati stadion Ile Mandiri sore itu,Selasa (11/4/2017).
Bunda Maria menangis, Yesus termenung dengan salib berat di pundaknya, keduanya bertemu dalam perjumpaan Bunda dan Putra yang maha berat.Warna senja penuhi langit kota Reinha .Bunda Maria dalam adegan jalan salib hidup yang diperankan oleh OMK Katedral Reinha Rosari Larantuka sore itu berhasil menggiring emosi umat.
Pentasan Aktus Jalan Salib Hidup dalam rangkaian ibadat jalan salib ini sukses besar. Para pelakon berhasil menggiring emosi umat ke arah yang mereka mau. Penghayatan pada naskah berubah menjadi penjiwaan yang luar biasa. Algojo mencambuki Bedi yang berperan sebagai Yesus tanpa ampun. Tubuh Bedi benar-benar terluka, sementara kepalanya juga tertusuk duri. Mahkota Yesus “Bedi” memang dibuat dari tumbuhan berduri, asli, bukan tiruan.
Maka darah yang mengalirpun asli, bercampur efek buatan. Simpati umat yang mengikuti ibadah itupun tertuju pada Yesus dan caci maki sungguh mereka berikan pada algojo, prajurit dan para Yahudi, juga kepada Imam Agung dan Pilatus yang dianggap telah membuat Yesus menderita.
Ribuan umat terdiam dalam haru yang sesak, beberapa kali terdengar isak tertahan dari pinggir lapangan dan tribun stadion Ile Mandiri.
Mereka tak beranjak pergi, enggan bergeming dan larut dalam pedih yang perih. Di dalam lapangan pelataran, adegan itu terus berlangsung. Yesus diadili, Yesus disesah, Yesus diseret dan dipukuli, puluhan Yahudi menyorakinya dan para algojo semakin bertenaga mengayunkan cemeti mencambuki Yesus yang terengah menahan sakit, terseret beban salib besar, hingga beberapa kali terjatuh tertimpa salib nan berat.
Darah sebentar deras mengalir sebentar menetes perlahan, mahkota duri itu menancap pasti di kepala, seluruh badan telah habis dicambuki. Tapi jalan belum selesai, masih panjang salib itu harus dipikul. Beberapa kali terdengar erangan Yesus, seperti tak kuat menahan sakit. Sound system meneruskan nafas-nafas sengalnya pada mereka yang menyaksikannya dari pinggir dan tangis semakin tak tertahan.
Beberapa merutuki para Yahudi yang terus bersorak saat Yesus jatuh, beberapa lagi melenguh perlahan mengumpulkan nafas yang tersisa agar kembali berjalan sempurna saat Veronika mengusapi wajah Yesus.Suasana hening seketika pada saat ovos yang dilantunkan oleh Veronika yang mengusap wajah Yesus.
Pria malang itu terus dipaksa memikul salib berat-Nya, hingga sampai di bukit kecil, Pakaian Yesus ditanggalkan.Sekujur tubuh Yesus penuh memar dan luka, darah menetes di beberapa tempat. Algojo sejenak beristirahat, prajurit lainnya sibuk mengamankan para Yahudi yang terus bersorak girang atas derita itu.
Salib telah tegak berdiri, Yesus terpaku di sana bersama dua orang penyamun di kiri dan kanan-Nya.
Pentasan aktus jalan salib hidup oleh OMK Katedral Reinha Rosari Larantuka ini,menuai apresiasi dari peziarah yang datang.
“Ini kali kedua saya mengikuti Semana Santa di Larantuka,dan drama kisah sengsar Yesus yang ditampilkan tadi benar-benar luar biasa,” ungkap Erna salah seorang peziarah asal kabupaten Ende.
Hal yang sama juga diungkapkan Selviana mahasiswa asal Undana Kupang.
“Sungguh drama tadi membuat saya menangis.Jujur Saya sangat terharu mengikuti jalan salib hidup ini,” katanya.
Pantauan portalNTT di stadion Ile Mandiri,tampak hadir penjabat Bupati Flotim,Eman Kara dan Sekda,Anton Tonce Matutina yang mengambil posisi duduk paling depan tribun stadion.(Ola)