PORTALNTT.COM – Yesus dan pengajaranNya selalu mengagumkan. Dalam Injil hari ini Yesus mengajarkan hal yang bisa dikatakan cukup radikal. Frase “mata ganti mata” adalah salah satu hal yang ada dalam Hukum Taurat (bdk Kel 21:24). Hukum ini diterapkan sebagai upaya mencegah atau mengurangi aksi balas dendam yang seringkali tidak sebanding dengan kejahatan yang telah dilakukan. Penerapan hukum ini juga mau menunjukan bahwa semua manusia memiliki martabat yang sama, oleh karena itu prinsip keadilan adalah saat hukuman sesuai dengan pelanggaran.
Yesus mengajarkan para muridNya untuk hidup melebihi standar Hukum Taurat ini. Hal itu dapat dilihat dari empat hal sebagai ilustrasinya. Jika orang menampar pipi kananmu, berikan juga pipi kirimu; Jika orang mengadukanmu karena menginginkan bajumu, berikanlah juga jubahmu; jika engkau dipaksakan berjalan satu mil, berjalanlah bersamanya sejauh dua mil; berikanlah kepada orang yang meminjamkan sesuatu darimu dan janganlah menolaknya. Bukankah ini mengagumkan?
Ada hal yang menarik dari pernyataan Yesus. Yesus bisa saja langsung berkata, “Jika seseorang menampar pipi kananmu, janganlah membalasnya.” Tetapi yang Yesus katakan berikanlah juga pipi kirimu. Mungkinkah ada hal lain yang lebih dalam yang hendak diajarkan Yesus?
Mari kita coba membayangkan ini. Jika seseorang berdiri dihadapan kita dan hendak menampar kita, maka yang ia tampar adalah pipi kiri kita. Jika ia menampar pipi kanan kita, maka yang ia gunakan adalah punggung/belakang tangannya (diandaikan orang yang bukan kidal).
Dalam budaya masyarakat pada zaman itu, memukul/menampar dengan punggung tangan adalah suatu penghinaan yang serius. Menampar pipi kanan adalah pelanggaran yang serius karena kemungkinan orang menggunakan punggung tangannya, dan ini tindakan yang memalukan. Sakit yang dirasakan lebih kepada emosionalnya karena berkaitan dengan harga diri dan martabat yang direndahkan.
Yesus tidak hanya mengajarkan untuk tidak membalas, tetapi ada hal yang melampaui itu, seperti yang diilustrasikan dalam memberi juga pipi kiri; satu hal yang bertentangan dengan semangat hidup dalam budaya kita di zaman ini. Yesus tidak ingin kita membalas kejahatan dengan kejahatan. Yesus mau mengajarkan kita semua bagaimana meresponnya, bagaimana kita bersikap. Kita memang memiliki hak untuk melawan/membalas, tetapi hak itu tidak kita gunakan.
Ajaran Yesus ini mengingatkan kita semua pengikutNya, bahwa senjata terkuat kita adalah kasih. Hanya kasih yang mampu mengobati luka hati kita dan berdaya mengubah orang yang telah menyakiti kita. Kejahatan tidak akan pernah menghentikan kejahatan. Jika kita tidak terseret oleh arus balas dendam, niscaya kejahatan itu akan lumpuh dengan sendirinya. Lawanlah kejahatan dengan kebaikan.
Kejahatan merangsang ‘kematian’, kasih merangsang ‘kehidupan’. (John Bahy)