PORTALNTT.COM, WAITABULA – Menjadi pemimpin di daerah mayoritas itu memang bukanlah sebuah kebetulan. Pasalnya realita yang ada menunjukkan banyak pemimpin di Dunia maupun di Indonesia yang berhasil menjadi pemimpin sukses meskipun berlatar belakang penduduk minoritas.
Di Ibu Kota Negara DKI Jakarta misalnya, Basuki Tjahya Purnama atau akrab disapa Ahok (Kristen Protestan) menjadi gubernur diantara sekian puluh ribu warga Jakarta yang nota bene hampir seluruhnya beragama Islam.
Seperti halnya Ahok di DKI, di Desa Waimakaha, Kecamatan Kodi Blagar, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) memiliki sosok seorang kepala Desa berlatar belakang agama Islam dengan dedikasi tinggi.
Waimakaha, seperti diketahui merupakan sebuah Desa yang mayoritas penduduknya beragama Katolik yang pada akhirnya dipimpin oleh seorang Muslim.
Ini menjadi sebuah sejarah baru untuk pemerintah Desa Waimakaha. Walau menjadi seorang Muslim, Khan menyatakan dengan tegas kalau Ia adalah milik dari seluruh warga Desa.
Bicara prestasi mungkin seorang Abdul Haris tentu tidak bisa disejajarkan dengan Ahok ataupun pemimpin-pemimpin lainhya yang telah sukses memimpin di daerah mayoritas. Dari kariernya, Haris sapaannya sehari-hari terbilang masih dini karena baru menjabat kepala Desa kurang lebih tiga tahun. Akan tetapi bagi warga desa, Sosok Haris memiliki dedikasi tinggi dengan segudang inovasi memanfaatkan program-program pemerintah secara baik dan tepat guna.
“Masyarakat desa Waimakaha 99% beragama Katolik. Pada saat pemilihan kepala desa, ada 3 kandidat dan saya bersaing dengan 2 calon kepala desa yang nota bene beragama Katolik. Waktu isu yang dihembuskan untuk menjegal saya yaitu karena saya beragama islam maka tidak akan ada lagi daging babi dalam setiap perayaan termasuk upacara adat sekalipun. Alhamdulilah, pada saat penghitungan saya berhasil mendapat suara terbanyak dengan empat ratus lebih suara, dari total pemilih sekitar tujuh ratusan,” ungkapnya pada PortalNTT, Senin (17/10/2016).
Menurutnya menjadi pemimpin itu sejatinya harus mengedepankan kepentingan masyarakat di atas segala-galanya.
“Masyarakat desa Waimakaha sekarang sudah terbebas dari kegelapan yang menghantui daerah ini sejak Indonesia merdeka, bisa bayangkan sekina lama tahunnya! Saya baru-baru ini telah mengadakan lampu solar sehen 200 buah kepada masing-masing kepala keluarga, jadi saat ini seratus persen masyarakat sudah bisa menikmati penerangan pada malam hari karena sebelumnya sudah ada pengadaan seratus lebih buah lampu, dengan memanfaatkan Anggaran Dana Desa (ADD),” ujar pria berdarah Sumba Nagekeo ini.
Selanjutnya pada pencairan dana ADD tahap dua saya ingin memfokuskan pada pengadaan mesin giling padi dan penyelesaian pembanggunan kantor desa.
“Tahun depan saya akan mengadakan mobil mesin giling padi untuk melayani seluruh warga desa. Karena saya melihat masyarakat sangat kesulitan untuk menggiling pagi dengan menempuh perjalanan yang cukup jauh, ada juga yang harus terpaksa membayar ojek, sehingga saya berpikir mereka (masyarakat) membuang waktu, tenaga dan biaya hanya untuk mengiling padi,” tandasnya.
Menurutnya system kerja yang nantinya diterapkan adalah dengan menyiapkan tenaga operator untuk melayani seluruh masyarakat dari rumah ke rumah dengan pembagian jadwal yang jelas sehingga mencegah adanya kecumburuan ataupun hal-hal yang tidak diinginkan.
“Terkait honor operator, bisa diupayakan lewat dana desa yang ada sehingga masyarakat tidak perlu membayar tapi gratis. Kalau pun nanti ada masyarakat yang mau memberikan biaya perawatan dan pengertian untuk tenagaoperator itu bisa saja tapi saya tekankan tdak boleh dipunggut biaya apapun, dan masyarkat harus segera melaporkan jika di lapangan ada terjadi hal-hal seperti itu,” katanya.
Selain itu dirinya juga berkeinginan untuk menyiapkan jamban bagi masyarakat, karena diakuinya hampir sebagian masyarakat di sini belum memliki jamban yang layak. Hal ini tentu akan sangat berdampak pada kesehatan lingkungan dan masyarakat.
Lebih lanjut Haris mengatakan jika permasalahan penerangan dan kesehatan sudah selesai, masalah lainnya yang harus diselesaikan yaitu ketersidaan air.
“Saya berkeinginan sebelum masa tugas saya selesai beberapa persoalan di masyarakat ini akan segera tuntas, tentunya dengan pengelolaan dan pemanfaatan program-program pemerintah secara baik,” pungkasnya. (Jefri)