PORTALNTT.COM, LARANTUKA – Buruh pelabuhan laut Larantuka (Porter) lagi-lagi bertindak anarkis terhadap para penumpang kapal PELNI. Kali ini para Porter melakukan tindakan tidak terpuji tersebut terhadap salah seorang penumpang asal pulau Solor yang menumpangi KM. Lambelu dari Balikpapan.
Penumpang yang adalah seorang ibu dengan usia 60-an tersebut tidak terima karena diminta membayar jasa buruh dengan kisaran harga Rp 1 juta oleh para Porter. Padahal barang-barang bawaannya tersebut mampu dibawa oleh keluarga yang sudah menunggu menjemputnya di Pelabuhan.
Pantauan media ini pada, Selasa (15/08/2017), sekitar pukul 17.52 Wita, terjadi adu mulut antara para porter dan penumpang tersebut. Para Porter meminta dengan cara membentak agar jasa mereka dibayar sesuai permintaan mereka.
“Kau diam. Kau tau apa,” bentak seorang Porter kepada salah seorang keluarga penumpang karena protes akan harga yang diminta para Porter.
Adu mulu dan tawar menawar harga pun terus terjadi, merasa tawaran mereka ditolak mereka (Porter-red) memanggil Porter-porter lainnya untuk meyakinkan kepada para penumpang tersebut bahwa harga yang mereka minta sudah sesuai dengan peraturan di Pelabuhan Larantuka.
“Teman-teman Saya minta dibayar Rp 1 juta, kalian harus bersyukur barang-barang kalian kami sudah turunkan dari atas kapal. Itu harga pas karena teman saya ada dua orang, jadi Rp 1 juta untuk mereka dua orang,” ungkap salah seorang Porter yang diminta untuk menjadi juru bicara dari kedua porter tersebut, sembari menunjuk jarinya kesalah seorang keluarga dari penumpang tersebut karena menolak harga yang diminta para Porter.
Penumpang asal Solor tersebut berulang-ulang kali meminta agar harga yang diminta diturunkan lagi, karena Ia tidak menyanggupi untuk membayarnya.Merasa takut dengan ancaman para Porter tersebut, merekapun akhirnya membayar Rp 1 juta dari hasil patungan.
“Barang bawaan kami ringan dan tidak banyak, itupun kami bisa membawanya sendiri. Kok sampai Rp 1 juta,? Kami naik di Balikpapan mau pulang kampung ke Solor. Jujur Saya kecewa sekali dengan sifat para Porter ini,” ungkap salah seorang penumpang sembari menunjukkan isi dompetnya setelah membayar patungan harga jasa buruh yang diminta oleh Porter tersebut.
Sepertinya ada pembiaran oleh oknum-oknum yang berkepentingan atas aksi kejahatan di Kota yang dijuluki “ Kota Reinha” ini. Aparat keamanan seperti pantauan media ini, hanya menjaga pada pintu masuk pelabuhan PELNI dan tangga ke KM. Lambelu yang sedang bersandar. Sangat disayangkan karena aparat keamanan yang seharusnya menjadi perlindungan keamanan bagi para penumpang dari dan ke Larantuka tidak mengawasi secara khusus aksi-aksi para Porter terhadap penumpang. Sehingga aksi premanisme dan kejahatan-kejahatan lainnya di Pelabuhan laut Larantuka tumbuh subur di Pelabuhan Larantuka. (Ola)