PORTALNTT.COM, MAUMERE – Veronika Ende (67) adalah seorangpeserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari segmenPenerima Bantuan Iuran (PBI) APBN. Ia ditemani cucunyaMaria Rastiana Weli (19) menjalani kontrol mata di Rumah Sakit St Elisabeth Lela setelah operasi mata seharisebelumnya. Sang cucu yang akrab disapa Rasti menceritakanpengalaman saat sang nenek mendapatkan pelayanankesehatan dengan menggunakan Program JKN.
“Oma saya kemarin baru saja melakukan operasi katarakkarena penglihatannya kabur dan sulit beraktivitas karena itu. Operasinya berjalan sekitar tiga jam lamanya. Masuk kamaroperasi jam satu siang dan selesai jam empat sore,” ujar Rasti pada, Rabu (05/06).
Rasti menambahkan bahwa pada hari Jumat sebelumnyaneneknya datang ke Puskesmas Paga untuk memeriksakanmata. Dokter di Puskesmas memberikan rujukan ke Rumah Sakit St Elisabeth Lela agar segera dilakukan operasi mata. Keesokan harinya Rasti menemani nenek ke rumah sakittetapi pihak rumah sakit menyuruh pulang karena kondisisang nenek yang tidak memungkinkan untuk dioperasi karenagula darahnya tinggi. Dokter pun lantas memberikan obat penurun gula darah. Rasti menceritakan bahwa gula darahsang nenek normal kembali setelah minum obat beberapa hari dari dokter.
“Pada Selasa operasi dilakukan oleh dokter spesialis mata dan berjalan lancar. Setelah operasi dokter langsung mengarahkanuntuk pulang dan melakukan kontrol secara rutin. Saya sangat bersyukur karena operasi mata oma saya berjalan lancar. Selama berobat baik di Puskesmas maupun di rumah sakit kami tidak keluar biaya sama sekali, semua sudah ditanggung Program JKN,” ungkap Rasti.
Rasti mengatakan pelayanan di fasilitas kesehatan sangat baik. Semua tenaga medis memperhatikan kondisi pasiennya. Iajuga mengatakan tidak merasakan diskriminasi ketika berobat. Rasti merasa sangat puas dengan pelayanan kesehatan yang diperoleh oleh neneknya.
“Selama berobat pelayanan dokter dan perawat baik, merekasangat telaten merawat pasien. Dokter benar-benar mengecek kondisi pasien, mereka juga mengarahkan untuk kontrolsecara rutin untuk mengecek kondisi pasien. Selama berobattidak pernah dibeda-bedakan dengan pasien lainnya. Oma saya merasa aman dan nyaman ketika berobat,” tutur Rasti.
Rasti juga menceritakan kalau ia hanya tinggal bertiga dengannenek dan adiknya. Ia hanya membantu urusan rumah tanggadan mencari kayu bakar untuk digunakan sendiri. Sedangkan untuk sehari-hari neneknya hanya mengharap kiriman uang dari anak-anaknya yang pergi merantau. Menjadi peserta JKN sangat membantu ketika neneknya sakit. Apalagi biayaoperasi mata tidak sedikit, Rasti pun sangat berterima kasihdengan adanya Program JKN.
“Saya benar-benar bersyukur karena oma saya sudah jadipeserta JKN. Biaya berobat sampai operasi mata pastimemerlukan biaya yang cukup besar jika tidak menggunakanProgram JKN. Saya tidak tau biayanya dari mana karena Oma hanya ibu rumah tangga, sedangkan saya dan adik hanyamembantu pekerjaan rumah. Untuk biaya sehari-hari omamendapat kiriman dari anak-anaknya yang merantau. Jadi peserta JKN sangat membantu sekali,” tutur Rasti.
Menutup perbincangan, Rasti mengungkapkan bahwa iamenyadari Program JKN ini memiliki sistem gotong royong, sehingga penting sekali untuk menjadi peserta JKN. PesertaJKN yang sehat membantu peserta JKN yang sakit. Ia pun berharap Program JKN ini terus ada dan berkesinambungan karena manfaatnya sangat besar untuk menjamin kesehatan masyarakat.
“Saya berterima kasih kepada pemerintah yang telahmendaftarkan nenek saya menjadi peserta JKN. Nenek sayaberobat di Puskesmas sampai operasi di rumah sakit tidak mengeluarkan biaya sepeserpun. Masyarakat wajib menjadipeserta JKN karena sangat membantu kalau tiba-tiba sakit. Semoga Program JKN ini tetap ada dan memberikan manfaat terus menerus untuk masyarakat,” ucap Rasti. (ak/SI)