Saatnya Bank NTT Berbenah, Ayo Bangun NTT

PORTALNTT.COM, KUPANG – Proses seleksi Komisaris dan Direksi Bank NTT resmi ditutup hari ini, Rabu 7 Mei 2025.

Komite Remunerasi dan Nominasi (KRN) Bank NTT melakukan seleksi untuk sejumlah posisi strategis dalam tubuh Bank NTT, diantaranya;

  • Komisaris Utama
  • Komisaris Independen (1 orang)
  • Direktur Utama
  • Direktur Kredit
  • Direktur Informasi Teknologi dan Operasional
  • Direktur Dana dan Treasury dan
  • Direktur Kepatuhan

 

Proses seleksi ini menjadi penting agar apa yang menjadi kerinduan para pemegang saham, Bank NTT dapat menjadi stimulus pembangunan untuk menggerakkan ekonomi di NTT bisa diwujudkan dalam era kepemimpinan Komisaris dan Direksi yang baru dengan semangat Ayo Bangun NTT.

Gubernur selaku Pemegang Saham Pengendali (PSP) mengatakan Bank NTT mencatat total aset sebesar Rp 16,43 triliun namun deviden yang diberikan kepada pemerintah sangat kecil. Hal ini berbanding terbalik dengan beberapa BPD di Indonesia yang total asetnya di bawah Bank NTT tapi memiliki deviden yang lebih besar.

Fakta ini menjadi ironi dan mesti diselesaikan bersama dalam semangat Ayo Bangun NTT. Semua elemen harus digerakkan dalam semangat kolaborasi demi mewujudkan misi bersama.

Secara makro ekonomi, pertumbuhan ekonomi Indonesia lagi bagus-bagusnya termasuk NTT.  Pertumbuhan ekonomi bagus, inflasi bagus, ekspor impornya bagus, tapi di Bank NTT ada persoalan?

Dari data, ada sejumlah peningkatan baik dari kredit maupun aset. Dua variabel ini memiliki korelasi positif. Ketika ada kenaikan Kredit, Aset naik harusnya Laba juga ikut naik. Secara teknis hal itu tidak terjadi di Bank NTT, Kredit Naik, Aset naik tapi laba menurun. Ada apa?

Eddy Nganggus, mantan Kepala  Bank NTT cabang Kefamenanu, menilai jika secara teknis tidak ditemukan adanya persoalan yang mendasar terkait perolehan laba yang menurun, maka letak persoalannya ada pada masalah etis, tata kelola bankersnya yang lemah.

“Kalau kita bicara etis itu berarti masalah atitude. Attitude itu berarti bicara kejujuran, semangat, kerja sesuai dengan regulasi, kerja yang beretika. Apapun kecerdasan intelek yang dimiliki manajemen tapi basic etikanya minim, rendah, maka bisnis apapun akan anjlok,” ujar Eddy Nganggus pada media ini, Rabu (7/5/2025).

Menurutnya, pemegang saham harus cermat dalam menempatkan orang-orang dalam jabatan direksi sehingga dalam tata kelola bisnis perbankan mampu menjalankan roda bisnis demi mendapatkan keuntungan atau laba yang besar.

“Dengan adanya KUB dengan Bank Jatim, saham Pemda NTT terdelusi. Yang tadinya saham 100% milik Pemerintah NTT, sekarang sebagiannya menjadi milik Bank Jatim. Karena itu implikasinya besaran labanya harus berbagi. Konsekuensinya laba berbagi, deviden juga akan berbagi,” tandasnya.

Manajemen yang ada, kata Eddy Nganggus perlu dipertimbangkan kembali. Dan pemegang saham harus memiliki kemampuan membaca neraca. Yang ada di dalam neraca dan di luar neraca.

“Angka-angka ini yang harus berbicara bukan rumor. Selama ini keputusan-keputusan yang ada tidak base on data tapi base on rumor. Data itu ada di dua tempat, di neraca dan di luar neraca. Ketika mereka (pemegang saham) memiliki kemampuan baca neraca yang lemah maka mereka akan membaca rumor,” kata Eddy Nganggus.

Ia mengibaratkan bisnis bemo. Penumpang naik turun banyak. Tapi kenapa setor ke majikannya kecil?

“Ada 3 kemungkinan. Yang pertama bemonya boros. Kemungkinan yang kedua penumpang yang naik tidak bayar atau dengan kata lain kredit macet. Dan kemungkinan yang ketiga sopirnya seok. Nah sekarang tinggal kecermatan dari pemegang saham untuk menilai persoalan yang terjadi di Bank NTT,” jelasnya.

Saat ini di dalam Bank NTT ada 2 kubu. Kubu yang pro dan kontra terhadap kebijakan. Cenderung orang yang kontra sering dibaca sebagai pembangkang.

“Ini keliru. Mestinya harus duduk satu meja dan biar data yang berbicara. Nah pemegang saham harus pintar atau mengerti neraca. Tidak mesti sepintar para pengurus tetapi paling tidak harus tahu. Dan untuk tahu mereka perlu didampingi oleh bankers-bankers senior untuk mendapatkan informasi,” ujarnya.

Problem yang dialami Bank NTT, lanjut Eddy Nganggus mendapat kritikan-kritikan. Orang-orang yang mengeritik kebijakan yang ada harus dirangkul karena baginya tidak mungkin saham yang mencapai Rp 16 triliun akan hancur karena sau dua kritikan.

“Tidak mungkin satu dua orang yang kritik lalu mau menjatuhkan Bank NTT yang begitu kaya. Rp 16 triliun itu akan runtuh. Yang ada kita mau menguatkan yang Rp 16 triliun itu sehingga makin kuat,” tegas Edi Ganggus.

Selain itu kata Eddy Nganggus, dari sisi regulator, dalam hal ini OJK harus fair dan bertindak sebagai wasit yang netral.

“OJK beberapa kali tidak bertindak sebagai wasit yang netral, selalu berpihak kepada Bank NTT tapi tidak berpihak kepada nasabah. Dana pihak ketiga di Bank NTT yang nilainya sekitar Rp 13 triliun itu milik nasabah sehingga OJK harus berpihak kepada Nasabah,” pintanya.

Sejumlah Kepala Divisi Daftar Calon Dirut dan Direksi

Gubernur selaku PSP mengatakan proses seleksi di Bank NTT terbuka dan inklusif.

“Siapa saja boleh ikut. Baik anak-anak kita yang ada di NTT maupun yang di luar NTT, asal punya komitmen mengabdi untuk kemajuan Bank NTT,” ujar Gubernur Melki usai menghadiri rapat paripurna DPRD NTT, Senin (5/5/2025).

Meskipun proses seleksi telah ditutup, Ketua Komite Remunerasi dan Nominasi (KRN) Bank NTT, Frans Gana yang dimintai keterangannya terkait sejumlah calon yang telah mendaftar enggan berkomentar.

“Masih menunggu konsultasi dengan PSP,” jawab Frans Gana singkat melalui pesan WhatsApp.

“Beliau (Gubernur) masih sangat sibuk,” tambah Frans Gana menjawab pertanyaan media.

Dari beberapa sumber yang diterima media ini, para Kepala-kepala Divisi Bank NTT ikut mendaftarkan diri dalam proses seleksi jabatan Direktur Utama, Direktur Kredit, Direktur Informasi Teknologi dan Operasional, Direktur Dana dan Treasury dan Direktur Kepatuhan.

Berikut beberapa kepala Divisi saat ini di Bank NTT:

  1. Divisi umum: Rahmat Saleh
  2. Divisi operasional: Sandri Bara Lay
  3. Divisi suporting: Jefri Corputy
  4. Divisi mikro: Endri Wardono
  5. Divisi komersil: Anto Bisilisin
  6. Divisi penyelamatan: Domi Messah
  7. Divisi manajemen resiko: Ratna Touor
  8. Divisi SKAI: Max Siokain
  9. Divisi dana: Salmon Teru
  10. Divisi Corsec: Frans Boli Tobi
  11. Divisi SDM: Alo Geong
  12. Divisi IT: Fransiska Tamu Ina
  13. Divisi Rispeng: Yuan Taneo
  14. Divisi Kepatuhan: Nur Tahir
  15. Divisi treasury: Zet Lamu

Belum diketahui secara pasti berapa Kepala Divisi yang melamar posisi Direktur Utama dan Direksi. Ada juga pihak luar yang telah mengajukan lamaran untuk mengisi posisi Direktur Utama.

Komentar Anda?

Related posts