Penulis dan Editor: Jefri Tapobali
PORTALNTT.COM, KOTA KUPANG – Postur tubuhnya tinggi. Sangat ideal untuk anak-anak seusianya. Dia adalah Fendi Bani (11). Salah satu dari sekian banyak anak-anak yang kini bernaung di Panti Bina Netra Hitbia Kupang.
Hari ini, Jumat (27/1/2022), Fendi tampak rapih, menggunkan kameja kuning, celana panjang berwarna coklat dan sepatu biru, berkumpul di aula. Bersama 40 teman-temannya mereka duduk dengan sopan mendengarkan setiap arahan dari pada instruktur mereka di Panti Bina Netra Hitbia Kupang.
Fendi berada pada deretan kursi paling depan. Dia begitu terlihat ceria, sembari bercanda dengan seorang teman yang persis berada di sampingnya.
“Kamu nanya. Kamu bertanya-tanya,” itulah sekilas candaan antara Fendi dan temannya. Rupanya aksi Alif Cepmek, yang begitu viral terasa sampai kemana-kemana, sehingga anak-anak seusia Fendi pun ikut-ikutan menirukan kata-kata yang diungkap Dilan dalam Film yang diperankan.
Fendi Bani, memang terkenal humoris. Ia begitu menikmati keadaanya. Memiliki keterbatasan penglihatan, tak pernah sedikitpun melunturkan semangat dan daya juangnya.
Menjadi salah satu penghuni Panti Bina Netra Hitbia, Fendi Bani begitu gigih berjuang meraih impian dan cita-citanya. Ia kini tengah mengasa ketrampilannya menjadi seorang pemain drum.
Bisa dibayangkan, perjuangan Fendi. Banyak proses yang harus Ia lalui untuk menjadi seorang penabuh drum yang baik. Kepastian itu hanya isntruktur Fendi yang lebih tahu.
Namun Fendi memiliki suatu cita-cita mulia, kelak Ia ingin menjadi seorang pemain drum profesional. Fendi ingin cita-citanya itu bisa membawa berkah dan rejeki baginya dan terlebih kedua orangtuanya yang telah menghadirkannya ke dunia. Sungguh sebuah cita-cita mulia dari seorang Fendi, Disabilitas Tuna Netra.
Lain halnya dengan Fendi. Ada Agustinus Dilak (40). Dia juga merupakan seorang disabilitas Tuna Netra.
Sebagai seorang alumni Panti Bina Netra Hitbia, berbekal ketrampilan yang dimiliki, Agustinus kini telah menjadi seorang instruktur yang melatih anak-anak mengenal dan mengetahui huruf Braille sejak tahun 2008.
Pria kelahiran Takari, Kabupaten Kupang ini mengakui ada banyak suka duka yang dialaminya selama menjadi seorang instruktur. Hal paling berkesan yang membuat setiap anak didiknya maupun mereka yang telah keluar Panti adalah kesabarannya dalam memahami karakter anak didik.
“Anak-anak ini kan ada yang datang dari kampung tidak bisa bahasa Indonesia. Ada yang tidak sekolah sama sekali. Kadang menyebalkan ketika menghadapi mereka. Tapi saya selalu belajar karakter anak-anak, apa yang mereka mau, ikuti gaya mereka, agar mereka mau belajar. Mereka kalau tidak mendengar suara saya, seperti ada yang kurang dalam diri mereka. Selalu ada kerinduan untuk terus bersama-sama saya,” ungkap Agus sapaan akrabanya.
Kurang lebih 15 tahun sudah, Agus mengabdikan diri menjadi seorang instruktur Braille. Selain itu Agus juga menjadi Guru Agama Kristen Protestan. Agus tak punya mimpi yang muluk-muluk, dia hanya ingin diangkat menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara).
“Cita-cita saya hanya satu yaitu ingin diangkat menjadi PNS. Hanya itu saja,” ungkap Agus yang ingin mendedikasikan seluruh hidupnya di Panti Bina Netra Hitbia Kupang.
Bank NTT Anjangsana dan Berikan Bantuan Sembako dan Bingkisan Menarik Untuk Anak-anak Panti Bina Netra Hitbia
Masih dalam hari yang sama, rombongan Bank NTT yang dipimpin langsung kepala Divisi Umum Bank NTT, Mathius J. Mangi, Kasubdiv administrasi umum dan logistik, Jemmy M. Toelle, Kasubdiv manajemen aset, Haznah Kulle, dan diikuti seluruh karyawan Bank NTT dari Divisi Umum melakukan anjangsana ke Panti Bina Netra Hitbia Kupang.
Kehadiran Bank NTT ini menegaskan komitmen mereka sebagai Bank kebanggan masyarakat NTT dengan Motto Melayani Lebih Sungguh tidak hanya fokus menjalankan roda bisnisnya, namun segenap pimpinan dan karyawan Bank NTT peduli dengan kondisi-kondisi sosial yang terjadi di tengah masyarakat.
Haznah Kulle, Kasubdiv Manajemen Aset dalam kesempatan penuh kasih itu, menyampaikan kehadiran Bank NTT di tengah-tengah anak-anak Panti Bina Netra Hitbia Kupang untuk melihat lebih dekat kondisi dan kehidupan mereka.
Dalam kunjungan itu, ada bantuan uang tunai, sembako dan bingkisan menarik yang diserahkan untuk anak-anak Panti.
“Bantuan yang kami berikan ini memang tidak seberapa tapi kami mau menunjukkan bahwa kami Bank NTT sangat peduli dan prihatin terhadap kondisi anak-anak Panti di sini,” ungkap Haznah.
Dalam kunjungan itu, mewakili rombongan, Haznah mengakui mendapatkan pelajaran berarti dan berkesan tentang bagaimana mensyukuri hikmat Tuhan dalam kehidupan.
“Setelah melihat keadaan mereka kami akhirnya sadar bahwa hidup ini wajib untuk disyukuri. Dan Tuhan begitu luar biasa, karena anak-anak dengan keterbatasan mereka tapi mereka tetap tersenyum bahagia dan menikmati kehidupan mereka. Kita belajar dari mereka bagaimana mensyukuri keadaan yang ada,” ungkap Haznah.
Selain penyaluran bantuan, Haznah mengaku pihaknya juga akan menindaklanjuti terkait kondisi Panti Hitbia yang membutuhkan perbaikan akibat diterjang badai seroja lalu.
“Pastinya kami akan tindaklanjuti, namun sebelum itu kami laporkan dulu kondisi ini ke pimpinan,” tutup Haznah.
Sementara itu, Kepala UPTD Kesejahteraan Sosial Tuna Netra dan Karya Wanita Kupang, dr. Yusi T. Kusumawardani mengaku bersyukur dan berterima kasih kepada Bank NTT.
Baginya kunjungan perdana Bank NTT menjadi awal kemitraan yang terus berlanjut. Hal itu diakuinya karena Panti Bina Netra Hitbia Kupang memang membutuhkan sentuhan-sentuhan pihak-pihak yang memiliki kepedulian tinggi, termasuk Bank NTT.
“Yang paling urgen itu adalah menyangkut kenyamanan anak-anak. Jadi itu meliputi kamar mandinya, kamar tidur mereka. Kasur mereka itu sudah bertahun-tahun. Kalau bisa juga ada sirkulasi udara yang enak, jadi perlu ada kipas anginnya. Semoga Bank NTT bisa ambil bagian membantu kondisi yang ada,” ungkap dr. Yusi penuh harap.