DAWAI PENGEMBARA (Refleksi kecil Injil Matius 5:20-26)

  • Whatsapp

PORTALNTT.COM – Dari warta Injil yang kita dengar pada hari ini, ada banyak mutiara iman yang dapat kita ambil, dan saya coba membagikan satu dua pokok pikiran untuk kita renungkan bersama.

Sebagai pengikut Kristus, nilai ibadat kita sangat tergantung pada disposisi batin kita; keadaan hati kita. Kalau di dalam hati kita masih tersimpan perasaan iri, dendam, kejengkelan, permusuhan dengan orang lain, maka di mata Tuhan ibadat kita itu menjadi sia-sia. Seringkali hal ini luput dari permenungan kita. Di satu sisi kita melakukan ritual-ritual keagamaan secara ketat, tetapi di sisi lain hati kita penuh dengan sampah.

Salah satu simbol kekristenan adalah Salib. Salib terdiri atas dua palang: vertikal dan horisontal. Vertikal melambangkan relasi manusia dengan Allah, dan horisontal melambangkan relasi manusia dengan sesama manusia dan alam ciptaan. Hal ini mau mengajarkan juga kepada kita bahwa keduanya adalah satu bagian utuh yang tak terpisahkan. Kita tidak bisa menjadi baik di satu sisi, dan mengabaikan yang lain.

Yesus memberi awasan bagi kita supaya hidup keagamaan kita jangan seperti orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat, karena pada kenyataannya mereka begitu disiplin dan tertib menjalankan ritual-ritual keagaaman mereka, menjaga tradisi nenek moyang mereka secara ketat, tetapi hati mereka penuh dengan kemunafikan dan tipu daya.

Berkaitan dengan dosa membunuh, kita cenderung mengartikan dosa membunuh sebagai suatu tindakan menghilangkan nyawa orang lain. Tetapi Yesus menerangkan kepada kita bahwa kemarahan, kebencian terhadap sesama juga termasuk dalam dosa membunuh. Dosa bermula dari sikap hati, maka orang yang membenci saudaranya, secara tak langsung ia sedang menyingkirkan saudaranya itu dari hidupnya.

Kita memang tak membunuh secara fisik, tetapi seringkali kita membunuh secara batin manakala kita membenci orang lain, mendendam, dan itu meluap dalam kekerasan verbal. Kata-kata makian, hinaan, gosip, hoax, fitnah, menghakimi, bisa melukai batin orang lain dan luka yang kita goreskan itu berpotensi membunuh karakter orang dan merenggut kedamaiannya.

Marilah kita berusaha menyembah Tuhan tidak hanya dengan melaksanakan ritual-ritual keagamaan, tetapi juga menyembah-Nya dalam kemanusiaan. Bahwasanya Tuhan juga ada dalam diri sesama. Seberdosa apa pun seseorang, pasti ada kebaikan dalam dirinya. Dari pada menghakimi dan berusaha menyingkirkannya, lebih baik merangkulnya, mendoakannya, menjadi terang baginya. Jika kita tak mampu menolongnya, setidaknya tidak ikut melukainya. Kepedulianmu terhadap sesama adalah ibadahmu! (John Bahy)

Komentar Anda?

Related posts