PORTALNTT.COM, KOTA KUPANG – Menjadi peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sangat bermanfaat bagi masyarakat, termasuk yang tinggal di daerah pelosok. Demikian diakui oleh Jemi Welkis Malafu (42), pria asal Fatukoa Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Sebagai peserta JKN segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang didaftarkan pemerintah pusat, ia merasakan betul besarnya manfaat Program JKN saat istrinya melahirkan anak kelimanya.
“Waktu itu istri saya dibawa ke rumah sakit, katanya harus dioperasi karena kondisinya tidak mungkin bisa menjalani persalinan normal. Waktu itu saya diminta untuk tunjukkan kartu BPJS Kesehatan saja untuk mengurus administrasi. Tidak lama kemudian petugas dan dokter menangani keluhan istri saya. Rasanya lega sekali istri saya ditangani dengan cepat tanpa bertele-tele tersendat urusan administrasi. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan dan paramedis karena istri dan anak saya bisa mendapatkan penanganan yang sangat baik,” kata Jemi, Kamis (08/09).
Lanjutnya, usai mendapatkan penanganan medis, istrinya melanjutkan perawatan rawat inap selama tujuh hari di rumah sakit tersebut. Menjelang hari kepulangan, lagi-lagi Jemi kaget karena ia tidak mendapat tagihan sepeser pun dari pihak rumah sakit.
“Saya sempat heran, kok tidak ada satu petugas pun yang menyampaikan terkait biaya. Akhirnya saya tanya kepada petugas, apakah ada yang harus saya bayar selama inap tujuh hari. Kata petugas tidak ada biaya, karena pasien menggunakan JKN,” tuturnya.
Mendengar kabar tersebut, Jemi pun merasa kian bahagia. Istir dan anaknya bisa pulang ke rumah dengan kondisi sehat, ditambah lagi tak ada satu rupiah pun yang harus dikeluarkannya.
“Saya sekeluarga tidak perlu khawatir di kala sakit karena telah terdaftar sebagai peserta JKN, sebab biaya pengobatan sepenuhnya dijamin oleh Program JKN tanpa ada tambah biaya satu peser pun. Saya jadi bisa fokus memikirkan biaya anak sekolah dan kebutuhan sehari-hari saja. Saya sangat bersyukur dan beruntung karena sudah menjadi peserta JKN yang ditanggung oleh pemerintah,” ungkap petani kebun ini. (ay/ov)