PORTALNTT.COM, KOTA KUPANG – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) NTT menggelar kegiatan ”Ngobrol Perempuan TOP”, Kamis (12/7/2021).
Kegiatan yang mengusung Tema ”Inspirasi Perempuan : Teladan, Optimis dan Produktif (TOP)” ini dgelar secara virtual.
Kegiatan menghadirkan narasumber Alfrida Heanity Panjaitan, SAB (Kasi Lembaga Non Pemerintah Subdit Kerjasama Regional), Prof Dr Mintje Ratoe Oedjoe. MPd (Guru besar Di Universitas Nusa Cendana dan Pakar Gender, perempuan dan anak Bidang Pendidikan) dan Mila Viendyasari, S.Sos, MSi (Pengajar dan Peneliti Program Vokasi UI) serta moderator Dr Reny Rebecca Masu, SH, MH (Kabid Perempuan dan Anak FKPT Nusa Tenggara Timur yang juga Dekan Fakultas Hukum Undana Kupang).
Kegiatan ini membahas tentang apa dan bagaimana terorisme, ketrampilan komunikasi di dunia offline dan online untuk membangun daya tangkal dari virus terorisme dan tips menjadi perempuan TOP.
Peserta dan warga masyarakat juga berpeluang memperoleh hadiah total Rp 32 juta dengan menuliskan “kisah insipiratif perempuan TOP”.
Karya tulis adalah bunga rampai tema inspirasi perempuan TOP berhadiah Rp 32 juta.
Peserta bisa mengikuti kegiatan ini melalui live streaming di youtube chanel Ngobrol Perempuan TOP dan zoom dgn webinar ID 874 9902 8466 dan passcode BNPT
Ketua FKPT NTT, Johanna E. lisapaly, SH MSi ketika membuka kegiatan ini mengemukakan kalau Indonesia memiliki beragam suku dan budaya yang salah satunya adalah budaya “Ngobrol”.
“Ngobrol” merupakan bercakap-cakap atau berbincang-bincang secara santai dan dapat dilakukan ditempat umum atau khusus.
Kegiatan “Ngobrol Perempuan TOP (Inspirasi Perempuan Teladan, Optimis dan Produktif)” merupakan perwujudan dari upaya Indonesia untuk menyuarakan peran dan kontribusi perempuan dalam pencegahan radikalisme dan terorisme serta menggugah para perempuan untuk terus menjadi perempuan “TOP” (Teladan, Optimis dan Produktif) juga menyadarkan para perempuan bahwa mereka adalah “Juru Damai dan Juru Rawat” bagi lingkungan sosial, bangsa dan dunia.
Disebutkan kalau paham radikalisme dan aksi terorisme saat ini sudah merupakan masalah global yang tidak lagi memandang garis batas internasional.
Terorisme, ujarnya merupakan kejahatan luar biasa yang memerlukan keterlibatan semua pihak termasuk perempuan untuk menanggulanginya.
Maraknya aksi kelompok radikal yang berujung pada aksi-aksi terorisme secara langsung maupun tidak langsung, telah menimbulkan keresahan dan ketidaknyamanan di tengah masyarakat.
Hasil survei yang dilakukan BNPT tahun 2020 bahwa Indeks potensi radikalisme cenderung lebih tinggi di kalangan perempuan, urban, generasi muda (gen Z dan milenial), serta mereka yang aktif di internet dan media sosial.
Indeks potensi radikalisme pada perempuan mencapai 12.3, pada masyarakat urban mencapai 12.3, pada gen Z mencapai 12.7, pada milenial mencapai 12.4, pada mereka yang mencari konten keagamaan di internet mencapai 12.6 dan mereka yang menyebar konten keagamaan mencapai 13.3.
“Artinya keempat entitas tersebut harus diwaspadai dan terus menjadi sasaran utama dalam melakukan kontra radikalisme dan peningkatan daya tangkal, karena mereka cukup rentan terhadap terpaan radikalisme,” tambahnya.
Bukan hanya tentang radikal terorisme di masa pandemi Covid-19 ini Presiden Joko Widodo juga kembali menegaskan bahwa masyarakat harus tetap melawan penyebaran Covid-19 sambil beraktivitas seperti sediakala dengan menggunakan protokol kesehatan yang sudah disosialisasikan pemerintah.
Pola kehidupan baru ini kemudian banyak disebut sebagai new normal.
“Kita mesti waspada agar paham radikal tidak masuk dalam komunitas-komunitas kita, juga di wilayah NTT,” tandas mantan kepala Kesbangpol Provinsi NTT ini.
Oleh karena itu, pencegahan terhadap berkembangannya paham radikal terorisme merupakan suatu keniscayaan untuk dilakukan, dengan mengandalkan kekuatan-kekuatan yang ada di masyarakat termasuk kaum perempuan NTT.
Disebutkan pula bahwa BNPT sebagai lembaga pemerintah non kementerian yang diamanatkan menangani terorisme, memandang penting aspek pencegahan yang bersifat lunak dalam upaya mewaspadai berkembangnya radikalisme dan terorisme yang membajak kepercayaan tertentu di masyarakat.
“Diyakini pendekatan lunak dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya para perempuan sebagai teladan yang mengispirasi perempuan-perempuan seluruh Indonesia melalui transformasi pengetahuan, sehingga metode ini dinilai efektif meningkatkan daya tangkal masyarakat khususnya perempuan yang memiliki pengaruh kuat pada lingkungan keluarga dan lingkungan sosial dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme,” tambah Kepala Dinas Peternakan NTT ini.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran secara jelas kepada masyarakat khususnya perempuan mengenai terorisme di Indonesia, meliputi ancaman, kerawanan, hingga pertumbuhannya, sebagai bagian dari kewaspadaan bersama dalam upaya pencegahan terorisme.
“Meningkatkan sinergi antara FKPT sebagai bagian terdepan di masyarakat dalam upaya pencegahan terorisme dengan Tokoh Perempuan, Organisasi Masyarakat Perempuan dan Perkumpulan Perempuan di lingkungan TNI/POLRI,” tambah Asisten III Pemerintah provinsi NTT ini.
Selain itu, mantan Kepala Dinas Pendidikan ini menyebutkan kalau kegiatan ini juga mendorong masyarakat khususnya para perempuan untuk lebih bijaksana dalam memahami kondisi terkini dan fakta di lingkungan sekitar, sehingga dapat mengaplikasikan pemahamannya kepada keluarga dan lingkungan terdekat sebagai daya cegah dan tangkal terhadap penyebarluasan paham radikalisme dan terorisme.
“Menggugah peserta untuk terus menjadi Perempuan “TOP (Teladan, Optimis dan Produktif)” dan menyadarkan para peserta betapa mereka adalah manusia yang insipiratif bagi lingkungan sosial dan bangsa,” ujar mantan Kepala Biro Hukum Setda NTT ini.