DAWAI PENGEMBARA (Refleksi kecil Injil Yohanes 6:35-40)

  • Whatsapp
banner 468x60

PORTALNTT.COM – Bunda Teresa dari Kalkuta pernah menerima Nobel Perdamaian di tahun 1979 karena karyanya membantu orang-orang miskin yang sekarat di Kalkuta. Ia disebut sebagai simbol kemanusiaan dan penolong orang-orang paling miskin di antara yang miskin.

Pada hari Minggu, 4 September 1996, beliau mendapatkan gelar Santa, melalui proses kanonisasi dalam Gereja Katolik. Dalam misa kanonisasi yang dihadiri sekitar 120.000 orang, Paus Fransiskus berkata, “Bagi Bunda Teresa, kasih adalah garam yang memberi rasa pada baktinya, cahaya yang bersinar di kegelapan bagi banyak orang yang tidak lagi punya tangisan untuk ditumpahkan, karena kemiskinan dan penderitaan mereka.”

Warisan semangat pelayanan Santa Teresa telah menginspirasi banyak orang. Kisah hidupnya mendorong munculnya banyak gerakan untuk semakin menghormati dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan memperjuangkannya di tengah masyarakat modern.

Lantas kita mungkin bertanya, “Darimanakah sumber kekuatan karya pelayanannya? Apa dan siapa yang menginspirasinya wanita yang menghabiskan hampir 40 tahun sisa hidupnya di kawasan paling kumuh di Kalkuta-India ini?

Seorang Pribadi telah menginspirasinya, dan menjadi sumber kekuatan pemberian dirinya. Dia adalah Yesus Kristus, Tuhan dan juru selamatnya. Yesus yang berkata “Akulah roti hidup” telah memberi semangat tersendiri baginya dalam melayani sesama, terlebih yang paling miskin dan malang.

Dalam kesaksian hidup-Nya, Yesus telah menunjukan wajah Allah kepada dunia. Yesus tidak hanya berkata-kata, Ia telah memberi diri sehabis-habisnya untuk menebus umat manusia. Yesus adalah roti hidup yang memberi makan kelaparan kita, bukan saja kelaparan jasmani tetapi juga kelaparan rohani. Barang siapa datang kepada-Nya ia tidak akan lapar lagi, dan barang siapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan haus lagi.

Di dalam setiap kurban Ekaristi, kita diundang untuk datang ke perjamuan Tuhan, makan Tubuh-Nya dan minum darah-Nya, mereguk rahmat ilahi untuk setiap pelayanan kita. Ekaristi adalah tanda kehadiran Tuhan yang menyertai kita sampai kepada akhir zaman. Dengan merayakan Ekaristi, kita pun diutus ke tengah-tengah dunia untuk menjadi “roti” yang siap dipecah-pecahkan bagi sesama.

Santa Teresa dari Kalkuta mengidentikan dirinya sebagai sebuah pensil di tangan Tuhan. Ia hanyalah alat yang dipakai Tuhan untuk menuliskan apa saja seturut kehendak-Nya. Pemberian dirinya demi pelayanan bagi kaum kusam dan terpinggirkan adalah bentuk Ekaristi yang hidup. Ia berkarya memberi makan orang-orang yang sekarat di jalanan kota. Tidak hanya kelaparan jasmani, ia juga peduli kepada kelaparan batin orang-orang malang, yang baginya jenis kelaparan ini yang paling mengerikan; kelaparan akan perhatian dan kasih sayang. Ia telah berjuang melaksanakan kehendak Tuhan yang mengutusnya.

Siapkah kita meneladani Yesus dan Santa Teresa untuk menjadi roti hidup bagi sesama? (John Bahy)

Komentar Anda?

banner 300x250

Related posts

banner 468x60