Hakikat Evaluasi dan Umpan Balik di Bidang Pendidikan

  • Whatsapp
banner 468x60

Oleh: Drs. Fransiskus Sili, MPd, (SMK Negeri 5 Manado)

Pendahuluan

Kelangsungan hidup suatu organisasi ditentukan oleh keberhasilannya dalam mencapai tujuan organisasi. Setiap organisasi dengan demikian memiliki tujuan. Untuk mencapai tujuannya dilaksakanlah berbagai kegiatan, yang tak bisa dipisahkan dari tujuan organisasi itu.

Setiap kegiatan dalam organisasi merupakan jalan untuk mencapai tujuan utama organisasi tersebut. Evaluasi dalam setiap kegiatan berguna untuk mencari tahu sejauh mana tujuan-tujuan itu sudah dicapai. Hasil dari evaluasi sekaligus dirumuskan untuk perbaikan atau pengembangan organisasi itu. Di titik inilah, setiap evaluasi menghasilkan umpan balik, dan umpan balik itu sekaligus menjadi starting points baru untuk mencapai tujuan organisasi itu. Dengan demikian focus dalam kerta karya ini adalah memahami evaluasi dan umpan balik, dalam suatu kegiatan pembelajaran, pendidikan dan pelatihan.

1. Pengertian Evaluasi
Secara harfiah, kata evaluasi berasal dari kata bahasa Inggris evaluation, yang berarti penilaian atau penaksiran. Akar katanya adalah value, yang berarti nilai. Sehingga dapat diartikan bahwa evaluasi pendidikan dan pelatihan adalah penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Dari segi istilah, sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald Brown (1977): evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Evaluasi dalam konteks ini berarti suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Dari segi istilah, di atas, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Secara umum, evaluasi menurut Leonardo Nadler, evaluasi termasuk di dalamnya umpan balik. Bagaimanapun juga keduanya tak bisa dipisahkan, dan karena itu akan diterangkan secara khusus mengenai umpan balik itu.

Anne Anastasi mengartikan evaluasi sebagai a systematic process of determining the extent to which instructional objectives are achieved by pupils, evaluasi sebagai  kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.

Evaluasi yang dimaksudkan di sini sering dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, pendidikan, latihan, prestasi kerja atau penilaian kerja. Evaluasi kinerja misalnya,  dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap hasil kerja atau prestasi kerja yang diperoleh organisasi, tim atau individu, evaluasi kinerja akan memberikan umpan balik terhadap tujuan dan sasaran kinerja,  perencanaan dan proses pelaksanaan kinerja.  Evaluasi ini dapat dilakukan terhadap proses penilaian, review atau dan pengkuran kinerja.  Atas dasar evaluasi kinerja, dapat dilakukan langkah-langkah untuk melakukan perbaikan kinerja di masa yang akan datang.

Evaluasi menurut Kourilski adalah the act of determining the degree to which an individual or group possesses a certain attribute (tindakan tentang penetapan drajad penguasaan atribut tertentu oleh individu atau kelompok dalam suatu kegiatan pendidikan atau pelatihan. Evaluasi ini memang berpusat pada siswa/mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran atau para peserta dalam suatu pelatihan, tetapi juga dapat diterapkan pada aspek lain yang memungkinkan terselenggaranya suatu kegiatan.

Menurut Wibowo, evaluasi dalam arti luas, berarti pendapat yang bersifat evaluative atas sifat,  perilaku seseorang, pelaksanaan kegiatan pendidikan atau latihan tertentu dalam konteks pendidikan,  atau prestasi sebagai dasar untuk keputusan dan rencana pengembangan personil. Sementara itu, Newstroom dan Davis (1997),  memandang evaluasi sebagai suatu proses mengevaluasi kinerja atau kegiatan tertentu yang dilakukan oleh para pekerja, membagi informasi bagi mereka, dan mencari cara untuk memperbaikinya. Evaluasi seperti ini dapat digunakan dalam konteks kepentingan organisasi. Evaluasi juga mengidentifikasi kebutuhan kegiatan pendidikan atau pelatihan tertentu dalam rangka pengembangan. Evaluasi juga memiliki kepentingan untuk mendatangkan umpan balik.

Kegiatan evaluasi memerlukan penggunanaan informasi yang diperoleh melalui pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan pendidikan.

Ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk pengertian yang serupa dengan evaluasi,yaitu measurement, pengukuran, assessment, penelitian, penaksiran dan test.  Ketiga kata itu (evaluasi, pengukuran, penelitian) sering digunakan secara bergantian dan dianggap memiliki pengertian yang sama padahal ketiganya memiliki perbedaan. Tentang hal ini ada  yang berpendapat berbeda.

Sama seperti Nadler,  Anas Sudiyono memang membedakan antara evaluasi, pengukuran dan penelitian. Pengukuran atau measurement diartikan sebagai proses untuk menentukan luas atau kuantitas sesuatu. Dengan kata lain,  pengukuran adalah usaha untuk mengetahui keadaan sesuatu seperti adanya yang dapat dikuantitaskan, hal ini dapat diperoleh dengan jalan tes atau cara lain.  Dalam konteks pendidikan, menurut Masroen,  pada umumnya para pakar di bidang pendidikan sepakat bahwa evaluasi dalam pendidikan, khususnya evaluasi  terhadap prestasi belajar peserta didik, sebagian besar bersumber dari hasil pengukuran. Evaluasi mengenai proses pembelajaran di sekolah, misalnya, tidak mungkin dapat dilaksanakan secara baik apabila evaluasi itu tidak didasarkan pada hasil pengukuran. Itulah sebabnya, dalam praktek, masalah pengukuran memiliki kedudukan yang penting dalam proses evaluasi. Hasil pengukuran yang kurang cermat akan memberikan hasil evaluasi yang kurang cermat pula; sebaliknya, teknik pengukuran yang tepat dapat diharapkan akan memberikan landasan yang kokoh untuk mengadakan evaluasi yang tepat. Singkatnya, mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan ukuran, pengukuran selalu bersifat kuantitatif.
Tentang penilaian dan penelitian.  

Keduanya terdapat kesamaan atau setidak-tidaknya mendekati sama, yaitu dari segi tahapan, atau langkah-langkah pelaksanaannya, yaitu diawali dengan perencanaan yang sistematis, dilanjutkan dengan pengumpulan data, dan selanjutnya dilakukan pengolahan, analisis dan interpretasi terhadap apa yang telah berhasil dihimpun dalam dua jenis kegiatan itu. Tetapi antara keduanya pun ada perbedaan yang bersifat mendasar, seperti tampak pada uraian berikut. Secara singkat dapat dikatakan bahwa penilaian selalu mendasarkan diri pada kriteria tertentu (tolok ukur), dalam penelitian, belum tentu mendasarkan diri pada kriteria.

Dari segi tujuan, dalam penilaian, akan diperoleh data yang akan dibandingkan dengan kriteria yang ada; dalam penelitian, penelitian bertujuan untuk menemukan dalil atau teori, atau menarik kesimpulan yang sifatnya berlaku umum, generalisasi. Dari segi tema, tema dari penilaian adalah melakukan pengukuran untuk memperoleh data yang akan dibandingkan dengan kriteria, memberikan interpretasi terhadap data hasil pengukuran, apakah sesuai dengan kriteria yang ada, menentukan pendapat (judgement) dan mengambil keputusan sebagai tindak langsung dari hasil penelitian. Jadi evaluasi itu berorientasi pada pengambilan keputusan.

Dalam penelitian, melakukan pengkuran dalam rangka untuk menemukan dalil atau menarik kesimpulan yang bersifat umum, memberikan interpretasi terhadap data hasil pengukuran, menarik kesimpulan hasil penelitian dan membuat prediksi. Jadi penelitian lebih berorientasi kepada penyimpulan. Singkatnya, menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk, penilaian lebih bersifat kualitatif.

Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yaitu mengukur dan menilai. Dalam istilah asingnya, pengukuran adalah measurement, penilaian adalah evaluation.  Dari kata evaluation inilah diperoleh kata Indonesia, evaluasi yang berarti menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu). Dalam kertas kerja ini, mengikuti Nadler dan Sudijono , mengukur, menilai, mengadakan evaluasi digunakan bergantian tanpa mengubah makna. Karena bagaimanapun juga semuanya bermuara pada pengambilan keputusan tentang sesuatu.

Evaluasi Pendidikan dan Latihan

Dari definisi evaluasi yang dikemukakan oleh Edwind dan Gerald, dikaitkan dengan evaluasi pendidikan dan latihan, maka evaluasi (pendidikan dan pelatihan) dapat dilihat sebagai suatu tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk perbaikan/pengembangan, suatu proses, yang berlangsung dalam rangka menentukan nilai dari sesuatu dalam dunia pendidikan (yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan atau yang terjadi di lapangan pendidikan dalam arti luas. Singkatnya, evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasilnya.

Berbicara tentang pengertian istilah evaluasi pendidikan dan latihan, Lembaga Administrasi Negara mengemukakan batasan mengenai Evaluasi Pendidikan, sebagai berikut:

Evaluasi Pendidikan/pelatihan adalah, proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan/pelatihan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan; usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan/pelatihan tersebut.

Meskipun kini memiliki makna yang luas, pada pada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Definisi  yang pertama  dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Menurutnya, evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagian mana yang belum dan apa sebabnya. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang ahli lain, yakni Cronbach dan Stuffebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Yang menjadi focus perhatian dalam kertas kerja ini adalah evaluasi dalam pendidikan dan program latihan, biarpun tetap dalam konteks evaluasi program (latihan).

2. Latar Belakang Evaluasi

Ada tiga alasan utama mengapa dalam kegiatan pendidikan selalu memerlukan evaluasi. Pertama, apabila dilihat dari pendekatan proses, kegiatan pendidikan secara sederhana dapat digambarkan dalam segitiga.

Ada tiga alasan utama mengapa dalam kegiatan pendidikan selalu memerlukan evaluasi. Pertama,  apabila dilihat dari pendekatan proses, kegiatan pendidikan secara sederhana dapat digambarkan dalam segitiga.                               Tujuan
                                                                               
 
 

                          Proses pelaksanaan                                                     Evaluasi

Dari gambar tersebut nampak bahwa ada hubungan interdepedensi antara tujuan suatu kegiatan, proses pelaksanaan suatu kegiatan pendidikan dan proses evaluasinya. Tujuan akan mengarahkan bagaimana proses suatu kegiatan dilakukan, sekaligus merupakan kerangka acuan untuk melaksanakan suatu kegiatan evaluasi. Proses pelaksanaan berkaitan dengan perumusan tujuan yang baik, dan proses evaluasi haruslah memperhatikan pelaksanaan proses suatu kegiatan pendidikan. Kalau diterapkan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran maka evaluasi pendidikan  berkaitan dengan tujuan pembelajaran dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar itu sendiri, seperti ditunjukkan dalam gambar di bawah ini.
 
                                                                           Tujuan

                                                                               
 
 

                                                       KBM                                                       Evaluasi

Evaluasi memiliki dua kepentingan, yakni untuk mengetahui apakah tujuan suatu kegiatan sudah tercapai dengan baik, dan kedua, untuk memperbaiki serta mengarahkan proses kegiatan tertentu. Kegiatan mengevaluasi terhadap kegiatan pendidikan tertentu merupakan ciri-ciri dari pendidik professional. Suatu pekerjaan dipandang memerlukan kemampuan professional bila pekerjaan tersebut memerlukan pendidikan lanjut (advanced education) dan latihan khusus (special training). Dan bila dilihat dari pendekatan kelembagaan, kegiatan pendidikan adalah merupakan kegiatan managemen, yang meliputi kegiatan planning, programming, organizing, actuating, controlling dan evaluating. Dari alasan-alasan di atas, evaluasi sangat diperlukan dalam dunia kependidikan, baik ditinjau dari segi profesionalisme tugas kependidikan, proses dan manajemen pendidikan itu sendiri yang mengharuskan adanya aktivitas evaluasi.

3. Fungsi Evaluasi
Di atas sudah dikatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai, sampai dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan. Apabila tujuan yang telah dirumuskan itu direncanakan untuk dicapai, maka evaluasi yang berkesinambungan akan dapat dipantau, tahapan manakah yang sudah dapat diselesaikan, tahapan mana yang berjalan dengan mulus dan mana yang mengalami kendala dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, dengan evaluasi terbuka kemungkinan bagi evaluator untuk mengukur seberapa jauh atau seberapa besar kemajuan atau perkembangan program yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.

Sekurang-kurangnya ada dua macam kemungkinan hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi:
• Hasil evaluasi itu ternyata menggembirakan, sehingga dapat memberikan kelegaan bagi evaluator, sebab tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang direncanakan.
• Hasil evaluasi ternyata tidak menggembirakan atau bahkan mengkuatirkan, dengan alasan bahwa berdasarkan hasil evaluasi ternyata dijumpai adanya penyimpangan, hambatan atan kendala, sehingga mengharuskan evaluator bersikap waspada, memikirkan dan melakukan pengkajian ulang atas rencana yang telah disusun, atau mengubah atau memperbaiki cara pelaksanaannya.

Berdasarkan data hasil evaluasi itu selanjutnya dicari metode-metode lain yang dipandang lebih tepat sesuai dengan keadaan dan kebutuhan. Bisa jadi perubahan itu membawa konsekuensi berupa perencanaan ulang (re-planning) atau perencanaan baru. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa evaluasi itu memiliki fungsi menunjang penyusunan rencana.

Evaluasi yang dilaksanakan secara berkesinambungan akan membuka peluang bagi evaluator untuk membuat perkiraan (estimations), apakah tujuan yang telah dirumuskan akan dapat dicapai pada waktu yang telah ditentukan, atau tidak. Apabila berdasarkan data hasil evaluasi itu diperkirakan bahwa tujuan tidak akan dapat dicapai sesuai dengan rencana,maka evaluator akan berusaha mencari dan menemukan factor penyebabnya, mencari dan menemukan jalan keluar atau cara pemecahannya. Bukan tidak mungkin atas dasar data hasil evaluasi, evaluator akan mengadakan perubahan atau perbaikan, baik perbaikan menyangkut organisasi, tata kerja atau juga perbaikan terhadap tujuan organisasi itu sendiri. Jadi kegiatan evaluasi pada dasarnya juga dimaksudkan untuk melakukan perbaikan atau penyempurnaan usaha. Perbaikan usaha tanpa didahului oleh kegiatan evaluasi adalah tidak mungkin, sebab untuk mengadakan perbaikan terlebih dahulu harus diketahui apa yang harus diperbaiki, dan mengapa hal itu harus diperbaiki. Kegiatan evaluasi yang tidak menghasilkan titik tolak untuk perbaikan adalah hampa dan tidak ada artinya.
Menurut Anas Sudijono, adapun secara khusus fungsi evaluasi kegiatan apa saja dalam dunia pendidikan dapat dilihat dari tiga segi: yaitu (1) segi psikologis, (2) segi didaktik, dan (3) segi administrative. Secara psikologis, kegiatan evaluasi terhadap kegiatan pendidikan dapat disoroti dari dua sisi, yaitu dari peserta kegiatan pendidikan dan sisi pelaksana. Bagi para peserta, evaluasi secara psikologis akan memberikan pedoman atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas dan kemampuan dirinya di tengah kelompok.

Dan bagi pelaksana kegiatan, evaluasi pendidikan akan memberikan kepastian atau ketepatan hati kepada diri pendidik/pelaksana, sudah sejauh mana kiranya usaha yang telah dilakukannya selama ini dan membawa hasil, sehingga secara psikologis memiliki pedoman atau pegangan batin guna menentukan langkah yang perlu dilakukan selanjutnya, terutama atas hasil yang tidak menggembirakan, maka pelaksana suatu kegiatan itu akan berusaha melakukan perbaikan dan penyempurnaan demi pencapaian tujuan yang lebih baik.
Bagi para peserta, secara didaktik, evaluasi akan dapat memberikan dorongan atau motivasi kepada para peserta untuk dapat memperbaiki, meningkatkan atau mempertahankan prestasi/hasil tertentu. Bagi pendidik/pelaksana suatu kegiatan pendidikan, evaluasi  mempunyai fungsi diagnostik. Maksudnya, dengan evaluasi dapat ditemukan bagian mana dari tujuan yang telah dicapai, mana yang belum, dan terhadap yang belum, manakah cara pemecahannya.

Akhirnya, secara administrative, evaluasi suatu kegiatan pendidikan, sekurang-kurangnya memiliki tiga fungsi:

• Memberikan laporan. Dengan melakukan evaluasi,akan dapat disusun dan disajikan laporan mengenai kemajuan suatu kegiatan, khususnya para peserta setelah mengikuti suatu kegiatan dalam jangka waktu tertentu.

• Memberikan bahan keterangan (data). Setiap keputusan pendidikan atau latihan harus didasarkan pada data yang lengkap dan akurat. Dalam kaitan dengan hal ini, hasil evaluasi yang telah diperoleh adalah data yang sangat penting untuk pelaksanaan pengambilan keputusan dalam suatu lembaga atau organisasi.

• Memberikan gambaran. Gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam proses pelaksanaan suatu kegiatan pendidikan atau latihan tercermin antara lain dari hasil-hasil belajar dari para peserta setelah dilakukan suatu kegiatan evaluasi.
 
Kegunaan Evaluasi
 
Di antara kegunaan yang dapat dipetik dari kegiatan evaluasi pendidikan dan pelatihan di bidang pendidikan, Anas Sudiyono menyebutkan:

• Terbentuknya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam suatu program pelatihan.
• Terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi antara program pelatihan yang telah dirumuskan, dengan tujuan yang hendak dicapai.
• Terbukanya kemungkinan untuk dapat dilakukannya usaha perbaikan, penyesuaian dan penyempurnaan program pelatihan yang dipandang lebih berdaya guna dan berhasil guna, sehingga tujuan yang dicita-citakan, akan dapat dicapai dengan hasil yang sebaik-baiknya.
 
4. Evaluasi dan Tujuan

Telah dikatakan di atas bahwa Evaluasi Pendidikan/latihan adalah, proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan atau program latihan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan; usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan/pengembangan  pendidikan dan latihan itu. Setiap kegiatan pendidikan atau latihan tertentu selalu mengandaikan telah ditetapkannya terlebih dahulu tujuannya.
 
 
Pengertian Tujuan

Tujuan merupakan suatu keadaan berbeda yang secara aktif dicari oleh seorang individu atau organisasi untuk dicapai. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa  tujuan bukanlah merupakan persyaratan, juga bukan merupakan suatu keinginan. Tujuan merupakan suatu keadaan yang lebih baik yang ingin dicapai di waktu yang akan datang. Dengan demikian dalam suatu kegiatan pelatihan, tujuan menunjukkan arah, kemana kinerja suatu organisasi diarahkan.

Atas dasar arah tersebut, dilakukan kinerja untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan diperlukan kinerja atau keterlibatan semua komponen dalam suatu kegiatan pendidikan atau latihan itu, kelompok atau organisasi secara keseluruhan. Kinerja atau keterlibatan setiap komponen organisasi atau kegiatan itu berhasil apabila dapat mencapai tujuan yang diiginkan.

Kriteria tujuan

Dalam konteks penentuan tujuan suatu kegiatan itu, Wibowo, mengikuti Armstrong dan Baron (1998:290):
• Consistence (konsisten): artinya, terdapat konsistensi antara nilai-nilai organisasi dengan tujuan departemen, korporasi atau komponen lain yang lebih kecil dalam suatu kegiatan pendidkan dan pelatihan. Setiap komponen dalam suatu pelatihan harus mengintegarasikan kinerjanya dengan tujuan umum organisasi atau tujuan khusus dalam suatu pelatihan.

• Prestice (tepat): artinya, dinyatakan dengan jelas, dirumuskan dengan baik, menggunakan kata positif sehingga menghindari terjadi tafsiran berganda.
• Challenging (menantang):, penentuan tujuan cukup memberikan tantangan sehingga bersifat merangsang semua komponen untuk terlibat dalam bagian tugasnya.

• Measurable (dapat diukur):  artinya tujuan dapat dihubungkan dengan ukuran kinerja dalam suatu kegiatan secara kuantitatif dan kualitatif.
• Achieveable (dapat dicapai), artinya dapat dijangkau dalam kapasitas individual setiap komponen dalam kegiatan itu, tetap dengan memperhitungkan setiap hambatan yang mempengaruhi kapasitas individu dalam mencapai tujuan, termasuk kekurangan sumber daya, pengalaman atau training, atau factor eksternal lainnya.

• Agreed (disetujui): artinya disetujui bersama oleh manajer (perancang) dan individu, meskipun sering individu harus dipaksa untuk menerima standar yang sudah ditentukan itu.
• Time-related (dihubungkan dengan waktu):  artinya tujuan yang ditentukan dapat dicapai dalam waktu yang ditentukan. Waktu dapat menjadi indicator keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan.

• Team-work oriented (berorientasi pada kerja sama), artinya tujuan menitip-beratkan pada prestasi yang diperoleh melalui kerja sama tim dalam pelaksanaan suatu kegiatan pelatihan.
 
 
 
5. Evaluasi sebagai Proses
 
Dari uraian di atas, terutama berkaitan dengan pengertian evaluasi, tampaklah bagi kita bahwa evaluasi  bukan suatu aktivitas tunggal, melainkan merupakan suatu proses, juga dalam model E &FB. Proses ini dimulai dengan merancang, melaksanakan suatu kegiatan pelatihan dan akhirnya mengadakan evaluasi atasnya, dengan memperhatikan pertanyaan dasar, siapa yang akan diminta untuk membuat keputusan, atas hasil evaluasi itu, siapa yang harus menerima umpan balik sehingga mereka dapat membuat keputusan, dan siapa yang harus mengadakan analisis atasnya.

Pemahaman tentang evaluasi sebagai suatu proses, juga nampak dari rumusan evaluasi yang diberikan oleh Percival, seperti dicatat oleh Oemar Hamalik. Menurutnya, evaluation… a series of activities that are designed to measure the effevectiveness of teaching, learning or training system as a whole (Evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefekfian system mengajar, belajar atau latihan tertentu sebagai suatu keseluruhan). Evaluasi justru dimaksudkan juga untuk menemukan jawaban atas tiga pertanyaan di atas.

Dalam model ini, seorang perancang kegiatan pelatihan mulai menemukan jenis kegiatan pelatihan apa yang akan dilaksanakan. Apa saja tujuannya. Siapa saja yang terlibat. Bagaimana merancang jalannya kegiatan pokok dan kegiatan pendukung, apa saja yang harus dipelajari para peserta, adakah pihak luar yang terlibat, dana atau berapa biaya yang diperlukan dan sebagainya. Semuanya ini harus dijawab seorang perancang, sebagai jalan masuk ke pelaksanaan kegiatan itu. Karena evaluasi adalah proses, maka sudah pasti bahwa ia tidak melibatkan seorang perancang seorang diri melainkan merupakan jaringan kerja sama dengan berbagai komponen lain yang terkait.
 
6. Feed Back (Umpan Balik)
Pelaksanaan kinerja dalam suatu kegiatan apa pun dalam proses pencapaian tujuan organisasi perlu dimonitor dan dikendalikan, untuk dapat mengetahui secara lebih dini apabila terjadi penyimpangan dari rencana kegiatan itu. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan suatu umpan balik dalam proses pelaksanaan kegiatan itu sehingga perancang dapat  membuat pertimbangan dan  langkah yang diperlukan untuk mengoreksi penyimpangan agar tujuan organisasi dan tujuan kegiatan pelatihan itu dapat dicapai pada waktunya.

Menurut Kambey, feed back adalah elemen yang memberikan response atas berjalannya suatu system, elemen ini dapat berupa kegiatan seperti perbaikan dan pemeliharaan system. Suharsini memandang umpan balik atau balikan adalah segala informasi baik yang menyangkut output maupun transformasi.
Umpan balik menurut Wibowo dapat didefinisikan sebagai  informasi tentang perilaku masa lalu, disampaikan sekarang, yang mungkin mempengaruhi perilaku di waktu yang akan datang. Umpan balik dalam konteks ini adalah tanggungjawab manajer atau perancang dengan pekerja atau peserta, karena keduanya pasti akan memperoleh manfaat dari komunikasi yang jelas dan sedang berlangsung.

Pandangan lain seperti dicatat oleh Wibowo,  adalah bahwa umpan balik merupakan informasi obyektif tentang kinerja individual dan kolektif dalam suatu kegiatan. Kinerja dan keterlibatan semua komponen dimonitor, didata dan dilaporkan kepada atasan/perancang atau pelaksana sebagai umpan balik.

Dari data seperti jumlah peserta yang diundang dan yang hadir, waktu efektif untuk tiap komponen kegiatan yang direncankaan dan waktu yang terpakai, dana yang seharusnya dipakai dan yang dihemat, komponen kegiatan yang diselesaikan, pelanggan terpuaskan, materi (kurikulum) yang diterima dan yang ditolak adalah contoh umpan balik yang obyektif.

Dari pandangan-pandangan di atas, dapat dikatakan bahwa umpan balik pada dasarnya adalah informasi tentang proses pelaksanaan kinerja individu, kelompok, atau organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Umpan balik pada tingkat organisasi yang berkaitan dengan suatu pelatihan, misalnya, selalu berkenaan dengan monitoring apakah terjadi deviasi antara rencana setiap tahap dalam suatu keseluruhan kegiatan, dan memprediksi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila terjadi deviasi, perlu ditetapkan tindakan/aksi yang harus dilakukan untuk  mengoreksinya  sehingga tujuan tetap tercapai dan atas cara ini meminimalisir kegagalan yang berarti.

7. Fungsi Umpan Balik
 
Dalam kinerja, pembelajaran atau pelatihan tertentu, umpan balik memainkan dua fungsi bagi mereka yang menerimanya, yaitu fungsi instruksional dan fungsi motivasional. Umpan balik bersifat instruksional berarti mengklarifikasi atau memperjelas peran atau aktivitas tertentu dan mengajarkan perilaku baru. Dalam suatu pelatihan misalnya, jika seorang narasumber mengungkapkan kesalahan salah seorang peserta pelatihan, maka narasumber tersebut perlu memberikan petunjuk praktis bagaimana memperbaikinya.

Sebaliknya, umpan balik dapat bersifat memotivasi. Maksudnya apabila digunakan sebagai alat untuk memberikan reward atau menjanjikan reward. Fungsi umpan balik  dapat meningkatkan secara signifikan dengan menyandingkan tujuan spesifik yang menantang dengan tujuan yang spesifik. Sering terjadi misalnya, peserta yang mendapatkan hasil terbaik dapat diberikan bonus atau menjanjikan dan memberikan pelatihan serupa ke tingkat yang lebih tinggi.

Apabila umpan balik secara positif dihargai, akan meningkatkan motivasi pekerja/peserta untuk lebih berprestasi. Memberi dan menerima umpan balik dalam suatu kegiatan pendidikan atau pelatihan sudah merupakan gagasan biasa dalam dunia organisasi dewasa ini. Semakin banyak umpan balik diterima, anggota suatu organisasi atau peserta suatu kegiatan pelatihanatau peserta didik semakin baik. Pada umumnya umpan balik akan berjalan dengan sendirinya, manajer atau penanggunjawab kegiatan hanya perlu memotivasi untuk memberikannya.
 
 
 
 
Penutup
 
Dalam melaksanakam suatu kegiatan, setiap organisasi memiliki tujuan yang ingin dicapai dan indicator pencapaiannya. Untuk menemukan apakah tujuan yang ditetapkan pada awal itu tercapai atau tidak maka perlu dibuat penilaian/evaluasi, yang di dalamnya ada pelbagai hal atau aspek yang dapat diukur.

Dengan demikian evaluasi membantu organisasi untuk mendapatkan gambaran, sampai sejauh mana tujuan dicapai, mana yang belum, mengapa demikian, bagaimana jalan pemecahannya. Inilah pentingnya evaluasi. Evaluasi yang dilakukan itu pada gilirannya akan mendatangkan umpan balik. Umpan balik membantu untuk merumuskan perbaikan atau pengembangan.
 
Daftar Bacaan:
Arikunto, Suharsini,  Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2005
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2004
Kambey, Daniel C. , Dalam Sistem Informasi Manajemen, Yayasan Tri Ganseha Nusantara, Manado, 2010
Nadler, Leonard,  Designing Training Programs, The Ciritical Events Model, Addision-Wesley Publisihing Company, 1982
Toha, M. Chabib Thoha,  Teknik Evaluasi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003
Sudiyono, Anas,   Pengantar Evaluasi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995
Wibowo,  Manajemen Kinerja, Rajawali Pers, Jakarta, 2007.

Komentar Anda?

banner 300x250

Related posts

banner 468x60