PORTALNTT.COM, KOTA KUPANG – Minggu, 4 April 2021, akan selalu membekas di hati dan memberikan kenangan yang tak terlupakan bagi warga Kota Kupang dan NTT pada umumnya.
Tepat di hari raya Minggu Paskah yang dirayakan umat kristiani, sekira pukul 02.00 dini hari, wilayah Kota Kupang dan NTT pada umumnya terkena hantaman angin kencang dan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Hal ini membenarkan prediksi yang dikeluarkan BMKG, akan terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang. Badai itu dinamakan Seroja.

Bagi saya SEROJA itu Serangan Roh Jahat. Sangat jahat karena ia bagai pembunuh berdarah dingin yang tanpa ampun memporak porandakan seisi kota ini.
Atap bangunan dan rumah-rumah terlepas. Pohon-pohon yang usianya terbilang sangat tua harus ikhlas, tercabut dari akar-akarnya. Sangat mengerikan meskipun tak terlihat jelas oleh mataku, karena kejadian itu terjadi bersamaan padamnya listrik. Sementara diri dihantui ketakutan dan kecamasan yang tak berujung.
Di hampir seluruh wilayah Kota Kupang terlihat puing-puing bangunan hancur diterjang badai ekstrim, atap-atap rumah terbang diterjang badai. Pohon-pohon yang selama ini begitu indah berdiri dan memberikan kesejukan dan tempat berlindung di saat terik mentari begitu menyengat membakar kulit, seakan tak berdaya menahan kuatnya hantaman sang seroja.
Akses jalanan hampir lumpuh total, dipenuhi pohon-pohon yang menutup badan jalan. Ada yang menimpa bangunan dan badan rumah. Tragisnya lagi, bahkan merengut nyawa seorang anak di wilayah Kelurahan Bakunase II.
Teringat sepenggal syair lagu Ebiet G. Ade yg muncul puluhan tahun silam “Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita. Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita. Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang”.
Pengalan syair ini semacam isyarat bagi kita manusia, untuk mencoba merefleksi diri. Melihat lebih ke dalam, bagaimana hubungan kita manusia dengan alam? Apakah harus berbenah diri atau berdiam diri? Badai telah terjadi, mampukah kita bangkit atau hanya duduk terdiam merenungi nasib sambil menunggu pertolongan itu datang?
Layanan listrik dan jaringan telpon di Kota Kupang lumpuh total pasca badai. Kondisi ini perlahan mulai berangsur kembali pulih sejak hari kedua pasca badai. Berbagai upaya penanangan mulai dilakukan. Di sejumlah titik, orang secara swadaya memotong batang pohon yang menghalangi badan jalan. Sampah-sampah mulai diangkut. Meski hasilnya jauh dari maksimal karena hanya mengandalkan parang dan peralatan seadanya.
Di beberapa titik, jaringan listrik dan jaringan telpon mulai kembali normal, meskipun terkadang sedikit lambat. Untuk mengkses internet misalnya, orang harus berjalan jauh demi mendapatkan signal.
Di saat-saat krisis yang mendera seluruh warga Kota Kupang, sudah pasti orang butuh bantuan. Butuh campur tangan semua Steakholder untuk mengatasi berbagai persoalan akibat badai. Adakah yang rela membantu? Masihkah Tuhan itu maha Penolong? Ada….Tapi Tuhan selalu menolong atas cara manusiawi.
Melalui sebuah terobosan yang brilian dibarengi semangat melayani lebih Sungguh, Bank NTT hadir menjawab doa seluruh warga Kota Kupang. Menggandeng orang-orang muda yang tergabung dalam wadah Karang Taruna Kota Kupang, bank NTT peduli dan beri solusi dengan memberikan bantuan 10 buah alat sensor kayu.
Waktu itu, di saat malam hari, tepatnya hari Selasa (6/4/2021), Ketua Karang Taruna Kota Kupang, Stenly Boymau menelpon penulis dengan informasi bahwa esok hari (7/4), tim Brigade Lima diundang ke Bank NTT untuk menerima bantuan 10 buah alat sensor kayu untuk digunakan membuka akses-akses jalan yang tertutup dan membantu warga yang rumahnya tertimpa pohon yang tumbang.
“Ini rahmat Tuhan yang luar biasa, pasti ini akan sangat membantu usaha kita,” ujarku mengakhiri telpon dengannya.
Beruntunglah saya karena di saat, jaringan seluler masih dalam proses perbaikan tapi mampu mendapat pesan itu dari ketua Karang Taruna Kota Kupang.
Rabu (7/4/2021) kami anggota Tim Brigade Lima bersama ketua Karang Taruna menerima bantuan 10 alat sensor. Bantuan itu diserahkan oleh Direktur Umum Bank NTT, Johanis Umbu Landu Praing mewakili Bank NTT, diterima oleh ketua Karang Taruna Kota Kupang, Stenly Boymau disaksikan oleh Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, Direktur Kepatuhan, Hilarius Minggu, Direktur Pemasaran Kredit Paulus Stefen Messakh, serta Kadiv Rencorsec Endri Wardono.
Kuakui bahwa ada rasa bangga bercampur kuatir di sana, mau diapakan alat itu? Sementara kami semua sangat awam dengan Sensor itu. Mendengar suaranya saja, pasti akan memilih menghindar daripada mendekat karena bunyi bising dari mesin sensor sangat mengangu pendengaran. Akan tetapi berbekal semangat dan rasa percaya diri kami Tim Brigade Lima mulai merancang strategi dalam waktu sesingkat-singkatnya untuk memulai sebuah aksi sosial kemanusiaan demi kepentingan banyak orang.
Mungkin bagi segelintir orang, sensor bukan sebuah hal urgen yang dibutuhkan masyarakat pasca badai. Karena masyarakat Kota Kupang butuh seng, paku, kayu, dan bahan bangunan lainnya untuk memperbaiki puing-puing bangunan yang terdampak badai Seroja.
Karang Taruna hadir menjawab apa yang di luar ekspektasi orang banyak. Bermodalkan semangat dan percaya diri dilandasi doa tulus ikhlas kami ingin menjadi berkat bagi banyak orang, di saat kesusahan menimpa orang banyak.
Berkat strategi yang dirancang sedemikian rupa dalam tempo singkat, Tim Brigade Lima harus mencari relawan-relawan yang mau bersama-sama melakukan pembersihan area-area jalan umum, jalan lingkungan dan rumah-rumah warga.
Sesuatu yang direncanakan dengan tulus pasti akan diberkati Tuhan. Itulah keyakinan dan kenyataan yang kami hadapi. Kami pun akhirnya dipertemukan dengan orang-orang hebat yang mau dan rela mengoperasikan alat, menghabiskan kan waktu dan tenaga untuk turun ke jalan membantu persoalan yang dihadapi.
Tim Brigade Lima di bagi menjadi 2 tim. Tim 1 di bawah koordinator lapangan (Korlap) Jefri Tapobali (ketua karang Taruna Adisucipto Penfui) dan tim 2 di bawah Korlap Valen Haning (ketua karang Taruna Oebufu) dengan masing-masing 5 orang operator sensor.
Tim 1 melayani wilayah kecamatan Maulafa, Kelapa Lima dan Kota Lama. Sedangkan tim 2 melayani wilayah kecamatan Alak, Kota Raja dan Oebobo.
Hari Pertama, saat tim turun ke lapangan langsung dihadapkan dengan kondisi jalanan yang masih dipenuhi pohon-pohon yang tumbang dan menutup akses jalan.
Tim 1 yang memulai menyisir sepanjang jalan Timor Raya, menemukan ada 8 titik yang dihiasi pohon-pohon besar yang tumbang. Meski terik mentari terasa begitu menyengat kulit. Keringat membasahi sekujur tubuh tapi itu tidak sedikit pun mengoyak semangat kami para relawan jasa sensor gratis. Semua pekerjaan berhasil diselesaikan dengan penuh sukacita.
Di saat bersamaan, aksi di hari pertama pun disampaikan ke khalayak umum melalui jaringan media sosial Facebook dan WhatsApp. Di sini layanan jasa sensor gratis diberikan ke semua warga Kota Kupang. Kami menerima banyak apresiasi. Tapi itu tidak membuat kami lupa diri, kami sadar banyak masyarakat membutuhkan bantuan dan pertolongan dari kami.
Tak berselang lama, nomor-nomor kontak tim Brigade Lima, bagai gayung bersambut, berdering seakan-akan berburu dengan leletnya jaringan seluler ketika itu. Antusias masyarakat begitu sulit terbendung. Bagaikan mujizat setelah badai itu pergi, masyarakat merindukan kehadiran jasa sensor gratis untuk membantu mereka mengatasi pohon-pohon yang tumbang menimpa rumah-rumah mereka. Apalagi jasa ini diberikan secara cuma-cuma alias gratis.
Kesigapan dari tim, mendata semua pengaduan yang disampaikan tanpa melewatkan satu pun.
Melalui brifing singkat, Tim pun mulai memetakan bagaimana pelayanan terhadap semua pangaduan tersebut. Tim brigade Lima turun ke lapangan melayani pengaduan-pengaduan warga.
Tim 1 memulai menyisir wilayah Kecamatan Maulafa karena di wilayah ini banyak sekali pengaduan warga yang diterima. Kesulitan akses jaringan telpon, membuat pencarian lokasi rumah warga yang mengadu sedikit terhambat.
Sesuai list yang tertera di daftar pengaduan, ada sebuah rumah warga milik Oktovianus Laning di RT 13 RW 05 kelurahan Maulafa yang tertimpa pohon. Namun susahnya akses jaringan telpon menyebabkan tim kesulitan berkoordinasi dengan pemilik rumah yang memberikan pengaduan.
Tim 1 yang kesulitan mencari lokasi, berhenti di sebuah rumah di wilayah yang sama persis di depan Gereja Tamariska Maulafa. Di situ ada sebuah rumah warga yang tertimpa pohon asam besar. Atap sebagaian rumah itu hancur dan batang pohon itu masih bersandar indah di atap seng.
Pemilik rumah itu seorang janda yang sudah lanjut usia (lansia) bernama Maria Ndun. Melihat kedatangan tim brigade Lima dengan perlatan sensor yang lengkap, wanita tua itu sedikit kebingungan dan seolah terlintas dari raut wajahnya ingin bertanya siapakah orang-orang yang datang ke rumahnya?
Tanpa meminta penjelasan dari pemilik rumah, Korlap tim 1 langsung meminta ijin untuk membantu menebang pohon yang jatuh dan menimpa atap rumah itu. Hanya dengan sebuah kata singkat wanita itu berkata terima kasih banyak.
“Terima kasih banyak anak dong,” ungkap wanita tua itu dengan suara terbata-bata.
Ungkapan itu begitu mendalam dan seakan-akan menjadi pembakar semangat tim untuk segera menuntaskan pekerjaan yang ada di depan mata. Kurang lebih 6 jam tim berhasil mengamankan rumah milik Maria Ndun.
Wanita tua yang saat ini hanya duduk di kursi roda itu menyaksikan aksi kami ini menetaskan air mata bahagia karena pohon asam besar yang menimpa rumahnya berhasil dievakuasi oleh Tim Brigade Lima Karang Taruna Kota Kupang.
Ia hanya mampu menitip pesan kepada tim terima kasih dan Tuhan memberkati seluruh Anggota Tim. Sebuah ungkapan tulus dan ikhlas dari seorang janda lansia yang tak pernah menyangka akan ada bala bantuan di saat kesulitan menimpa rumahnya.
Berkat doa tulus si janda lansia itu, saya merasakan seluruh pekerjaan tim Brigade Lima selama 7 hari dapat terselesaikan dengan baik dan aman.
Total ada 150 titik yang berhasil terlayani dari 367 pengaduan yang diterima tim brigade Lima Karang Taruna Kota Kupang.
Ada Pujian dan cemoohan
Aksi sosial kemanusiaan yang Karang Taruna Kota Kupang lakukan mendapatkan pujian dan apresiasi dari warga yang mendapatkan pelayanan jasa gratis.
Bagi mereka, karang Taruna sungguh memberikan pertolongan di saat kesusahan menerpa usai diterpa badai. Bisa dibayangkan mahalnya biaya sensor pohon menyebabkan masyarakat yang masih dalam kesulitan akibat pandemi Covid harus dibebani tambah dengan penderitaan akibat badai. Sungguh ujian yang butuh keteguhan hati dan iman.
“Ini langkah yang baik, Puji Tuhan di tengah efek badai seroja yang begini besar, ada teman-teman yang masih peduli, masih mau membantu sesama dengan gratis. Ini semua punya kerja, kita berharap tidak hanya Karang Taruna yang bekerja sendiri ataupun pemerintah lerja sendiri. Mari kita semua saling bantu, walaupun sedikit minimal kita tetap saling bantu agar Kupang lebih cepat bersih dan bangun kembali yang rusak-rusak. Terima kasih Karang Taruna dan Bank NTT,” ungkap Chris Hitarihun warga RT 002/RW 001, kel. Maulafa yang mendapatkan pelayanan jasa sensor gratis, Sabtu (10/4/2021).
Di balik pujian yang bertubi-tubi, ada moment menarik yang sempat memacu adrenalin. Tepatnya di wilayah kelurahan Oeba, ada warga yang ngamuk dan mengusir tim karena tidak melayani rumahnya.
“Basong kenapa lari lewat beta pung rumah. Ini ada pohon su mau tumbang, kalau jatuh tendes rumah bagaimana? Siapa yang harus bertangungjawab,” teriak pria bertato dengan wajah emosi kepada beberapa anggota tim.
Sebagai koordinator lapangan, saya menjelaskan prosedur pelayanan kasa sensor gratis itu diberikan bagi warga yang memberikan pengaduan dan fokus pada pembersihan akses jalan-jalan yang tertutup karena pohon yang tumbang dan rumah warga yang tertimpa pohon yang tumbang.
“Bapak jangan marah-marah begitu, kami ini relawan yang melayani jasa sensor gratis bagi warga yang mengadu dan rumahnya tertimpa pohon yang tumbang sehingga butuh bantuan agar mereka bisa memperbaiki rumah yang rusak,” ungkapku pada pria bertato yang marah-marah pada anggota tim kami. Mendengar penjelasan itu, pria bertato kemudia pergi dan berlaku dari hadapan kami.
Sungguh melelahkan menghadapi warga dengan karakter seperti itu. Tapi kami seluruh anggota tim menyadari itu sebagai bagian dari dinamika yang perlu ditanggapi dengan kepala dingin.
Karang Taruna Mantap
Direktur utama Bank NTT, Hari Aleksander Riwu Kaho memberikan apresiasi luar biasa atas capaian kerja dari tim Brigade Lima Kota Kupang yang dalam waktu 7 hari mampu membuka kembali akses-akses jalan umum, jalan lingkungan dan rumah warga yang tertimpa pohon.
“Hari ini Kota Kupang boleh berbangga dan bersyukur karena di tengah-tengah situasi yang sulit karena badai ada benih-benih sahabat yang Tuhan pakai yang bukan dari orang-orang yang punya kuasa, harta, tapi apa adanya dan bermanfaat bagi banyak orang,” ungkap Dirut Bank NTT yang akrab disapa Alex Riwu Kaho saat acara makan bersama dengan seluruh Tim Brigade Lima bersama operator sensor di rumah makan Bambu Kuning, Jumat, 16 April 2021.
Menurut Riwu Kaho, sahabat itu adalah orang yang hadir di saat kita mengalami ketidak berdayaan dan tidak mampu berbuat apa-apa. Di situ hadir orang yang menolong, yang melebihi apa yang kita harapkan, apa yang kita pikirkan.
“Karang Taruna hadir dengan gerakan pemulihan yang luar biasa. Kami bank NTT bangga dan bersukacita di kasih kesempatan bisa bersama-sama dengan Karang Taruna yang sudah berjuang menolong Kota Kupang. Tidak saja menolong manusia tapi menolong alam dan sekitarnya untuk kembali bangkit dan pulih. Ini suatu gerakan yang manfaatnya luar biasa,” puji Riwu Kaho pada Karang Taruna Kota Kupang.
Diakuinya ada banyak orang diberikan pengetahuan untuk membangun Kota Kupang. Akan tetapi sebagai orang beriman ia percaya bahwa pengetahuan saja tidak cukup, diperlukan hikmat yang luar biasa dari Tuhan.
“Mohon maaf, mungkin dari segi pengetahuan teman-teman ada yang terbatas tapi teman-teman diberikan hikmat yang luar biasa oleh Tuhan karena mampu mengunakan cara-cara untuk menyelamatkan banyak orang. Kita memiliki pengetahuan yang mungkin untuk teori tetapi hikmat untuk melakukan cara-cara yang diajarkan itu dimiliki oleh teman-teman Karang Taruna dan tim. Kami dari bank NTT mengucapkan rasa haru, terima kasih dan bangga kepada Karang Taruna Kota Kupang,” ujar mantan direktur pemasaran kredit Bank NTT ini. Apreasiasi yang sama datang dari Direktur Pemasaran Kredit Paulus Stefen Messakh, serta Kadiv Rencorsec Endri Wardono, dan Kadiv mikro kecil dan konsumer Johanis Tadoe.
Ketua Karang Taruna Kota Kupang, Stenly Boymau menegaskan, pihaknya berterimakasih kepada manajemen Bank NTT yang sudah ikut peduli terhadap bencana yang menimpa masyarakat Kota Kupang.
“Ini bukti nyata bahwa Bank NTT dalam mengemban mottonya, benar-benar terimpelementasi dengan baik. Karena, manajemen sangat peduli dengan masalah kemanusiaan di Kota Kupang,” tegasnya.
Jurnalis senior Jawa Pos Group ini menjelaskan, kesepuluh unit mesin sensor telah dipakai untuk membuka akses jalan umum, jalan lingkungan dan memotong pohon-pohon yang menimpa rumah warga.
“Dalam waktu selama satu minggu kami berhasil menyelesaikan 150 titik dari 367 pengaduan yang kami terima. Kami mohon maaf bagi warga yang belum terlayani. Jika masih dimungkinkan kami akan melanjutkan kembali titik-titik yang belum terlayani,” ujarnya Stenly Boymau merendah. Kiranya bencana itu makin menjauh namun sahabat dan para penolong, kianlah mendekat.
Kisah sederhana ini membuktikan bahwa Karang Taruna Kota Kupang dan Bank NTT adalah sahabat bukanlah teman biasa. Ia selalu hadir ketika kita membutuhkan dukungan, bantuan, motivasi, bahkan kritikan yang perlu dalam rangka membangun dan mengembangkan diri. Ialah yang setia di sampingmu dengan seluruh kekuatannya ketika semua teman lari menjauh, terutama kita di jalan sulit, entah karena memikul bebannya sendiri atau tak mau peduli…
Terima kasih bank NTT. Terima kasih para relawan…
Jefri Tapobali (Koordinator Lapangan Tim Brigade Lima Karang Taruna Kota Kupang)