Spensa Nubatukan Gunakan Radio Sebagai Media Belajar di Tengah Pandemi Covid-19

  • Whatsapp
banner 468x60

PORTALNTT.COM, LEMBATA – Di tengah pandemi covid-19, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 atau biasa di kenal dengan singkatan Spensa Nubatukan kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), menggunakan radio sebagai media belajar.

“Belajar menggunakan radio melibatkan peran orang tua siswa dalam mendampingi anaknya di rumah. Maka perlu ada komunikasi yang intens antara guru dan orang tua siswa dalam pembelajaran gunakan radio,” ungkap kepsek SMPN 1 Nubatukan, Melkior Muda Making di ruang kerjanya, Rabu (25/11/2020).

Dijelaskannya, selama masa pandemi covid-19, proses belajar tatap muka di SMPN 1 Nubatukan berlangsung 30 menit per mata pelajaran.

“Dengan jam pelajaran di mulai pukul 8.00-10.30 Wita dan tetap mengikuti protokol kesehatan,” tuturnya.

Sementara, lanjutnya, Kurikulum mandiri di SMPN 1 Nubatukan memberlakukan dua sistem pembelajaran tatap muka (PTM) di kelas dan pembelajaran dari rumah (BDR).

“Tetap memperhatikan struktur dan muatan kurikulum dengan rujukan SK Kabalitbang No.18 tahun 2020 tentang kompetensi inti (ki) dan kompetensi dasar (kd) pelajaran pada kurikulum 2013 (k-13) pada pendidikan anak usia dini (paud), pendidikan dasar, dan pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas untuk kondisi khusus,” jelasnya.

Dikatakannya, menjadi kepala sekolah di tengah pandemi covid-19 di tuntut tiga hal, yakni adaptif, inovatif dan inspiratif.

“Pertama Adaptif. Adaptif berarti harus bisa menyesuikan diri dengan semua situasi yang berkembang, serta regulasi yang diberikan pemerintah atas satuan pendidikan yang dipimpinnya,” tegasnya.

Kedua, Kepala sekolah harus inovatif dalam membangun manajamen sekolah dengan tetap memasukan unsur pembelajaran aktif.

“Waktu kerja kepala sekolah dan guru di tengah pandemi covid-19, maka kepala sekolah dan guru dituntut untuk berinovasi untuk mendukung pembelajaran,” ungkapnya.

Ketiga, Kepala sekolah dituntut untuk inspiratif, sesuatu yang dilakukan harus berkesinambungan dan berdampak bagi siswa dan guru.

“Inspiratif berarti alat ukur yang dipakai adalah siswa. Yang kita lakukan itu tanya ke siswa, siswa yang menerima itu berapa persen, berapa siswa yang merasa puas. Itu bisa menjadi tolok ukur kesuksesan dari sisi inspirasi kita sebagai kepala sekolah,” pungkasnya.

 

Penulis: Wilibaldus Kali

Editor: Jefri Tapobali

Komentar Anda?

banner 300x250

Related posts

banner 468x60