PORTALNTT.COM, AMANATUN – Dengan deraian air mata yang sulit terbendung, Nonci Pinis, seorang pendiri pendidikan usia dini (Paud) Mekar Sari Liman di Desa Mnelalete, Kecamatan Amanatun Barat, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan suara terbata-bata mengeluh nasib mereka para guru yang tidak mendapat perhatian pemerintah.
“Kami sudah 10 tahun mengabdi, tapi tidak pernah dapat insentif dari pemerintah, apalagi diperhatikan,” kata Nonci saat bertatapan muka dengan Tim Sukses Pasangan calon Benny K Harman- Benny A. Litelnoni (Harmoni), Senin, (6/3/2018).
Nonci mengaku, PAUD ini didirikan sejak 2016, namun tidak pernah diperhatikan oleh pemerintah. Justru mereka dipersulit saat hendak mengurus Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK), karena Dinas Pendidikan minta agar semua gurunya Sarjana.
“Karena semuanya hanya tamatan SMA, maka tidak diakomodir,” katanya yang telah mengajar selama 10 tahun sebagai guru TK, walau dengan gaji hanya Rp200 ribu per bulan. Namun dibayarkan selama setahun Rp 2,4 juta.
Selain itu, kata dia, sekolah itu dituntut mengajar menggunakan sistem pembelajaran k13, tapi hak mereka tidak pernah diperhatikan.
“Kami sama seperti kelompok lain di daerah ini,” katanya.
Karena itu, dia berharap ketika paket Harmoni terpilih, maka tolong perhatikan nasib yang selalu bekerja dengan tulus.
“Itu yang kami harapkan. Kami sudah berusaha ingin menyelamatkan generasi penerus bangsa dan negara kita ini,” ujarnya.
Salah satu tim sukses paket Harmoni yang juga sekretaris Demokrat NTT, Ferdi Leu mengatakan pengajar di PAUD memang harus S1, karena ini merupakan fondasi pendidikan.
“Guru yang menangani itu harus S1. Tetapi ada proses selanjutnya secara teknis akan diusahakan di kabupaten ini,” katanya.
Dia mengatakan jika paket Harmoni terpilih pasti akan perhatikan tenaga guru honor, bukan saja guru PAUD, tetapi semua guru berbagai jenjang pendidikan hingga SMA.
“Pendidikan menjadi salah satu program prioritas dari Paket Harmoni,” katanya. (Tim)