Oleh: Drs. Fransiskus Sili, MPd, (SMK Negeri 5 Manado)
Memenuhi ajakan Paus Fransiskus untuk ujud khusus doa rosario di tahun 2021, saat ini umat Katolik sedunia sedang berdoa rosario dengan ujud khusus untuk pemulihan dunia dan manusia dan berakhirnya bahaya virus corona 19.
“Di dalam bulan Mei ini, marilah kita mengarahkan pandangan kita kepada Bunda Maria, Bunda Allah, simbol penghiburan dan harapan yang pasti.Kita berdoa rosiario bersama-sama agar bisa menghadapi tantangan-tantangan masa kini, dan boleh merasa bersatu sebagai satu keluarga rohani…”, ajak Sri Paus.
Di dalam ajakan Paus Fransiskus di atas, sesungguhnya termaktub dua pesan utama: Pertama, dengan memupuk dan mengembangkan relasi personal kita dengan Bunda Maria, dan padanya kita mencari perlindungan. Kedua, dengan mengarahkan pandangan dan memusatkan perhatian kita secara bersama-sama kepada Bunda Maria, kita diperteguh dan dipersatukan di dalam sebuah keluarga rohani, di mana Bunda Maria sendiri menjadi “Jalan” yang menghantar kita kepada Yesus. Doanya pun khusus.
Doa Pembuka untuk Rosario di bulan Mei 2021
“Di bulan yang didedikasikan untuk Bunda Maria, kami bergabung dalam doa di semua Gereja yang dipersembahkan kepada Maria yang tersebar di seluruh dunia, dengan umat beriman dan dengan semua orang yang berkehendak baik, untuk mempercayakan ke dalam tangan Bunda yang suci, seluruh umat manusia, yang begitu sangat dicobai oleh masa pandemi ini.
Setiap hari di bulan Mei ini kami akan mempercayakan kepadamu, O Bunda Pengasih, banyak orang yang telah terinfeksi oleh virus corona dan terus menerus merasakan akibat-akibatnya: mulai dari saudara-saudara kami yang telah meninggal hingga keluarga yang mengalami kepedihan dan ketidakpastian akan hari esok ; dari para pasien hingga mereka yang berdiri di garis depan dari perjuangan ini; dari para relawan hingga semua kaum profesional yang telah memberikan pelayanan mereka yang begitu berharga demi kepentingan orang lain; dari mereka yang berduka dan menderita hingga mereka yang, dengan senyum sederhana dan kata-kata yang baik, menghibur mereka yang benar-benar menderita; dari mereka – terutama kaum wanita – yang mengalami kekerasan di antara dinding-dinding rumah karena penutupan dan pembatasan ketat hingga hingga mereka yang ingin memulaikan kembali irama kehidupan sehari-hari dengan penuh antusiasme.
Ya, Bunda Penolong, rangkulah kami di bawah jubahmu dan lindungilah kami, dukunglah kami di saat-saat pencobaan ini dan nyalakanlah di hati kami cahaya harapan akan masa depan. Amin”.
Mengapa doa rosario? Tulisan ini dimaksudkan untuk menjelaskan doa rosario, istilah dan maknanya dan diakhiri dengan mendalami lagi makna rosario versi baru.
Doa Rosario: Istilah dan Maknanya
Kata “Rosario” berasal dari bahasa Latin, rosarium, dari akar kata Latin yang artinya bunga mawar, yang berarti karangan bunga mawar. Rosario kita dewasa ini memang tidak dibuat dari karangan bunga mawar. Ia terbuat dari serangkaian manik-manik. Manik-manik itu dirangkai sedemikian rupa sehingga menyerupai sebuah karangan bunga mawar. Tetapi bentuk karangan bunga mawar itu lebih berarti simbolis daripada menunjuk pada bahan yang dipakai untuk membuat rosario.
Dalam Litani Santa Perawan Maria, Maria disebut sebagai ‘bunga mawar yang ajaib’, gelar ini mengingatkan kita akan lagu terkenal yang mengartikan Yes. 11: 1 begitu rupa sehingga berkaitan dengan Maria. Teks itu berbunyi: “Suatu tunas akan keluar dari tunggal Isai dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah”. Tunas, yaitu keturunan baru dari Isai, dan taruk itu melambangkan Maria, buah itu melambangkan Yesus yang lahir dari Maria. Anna, ibu Maria, semula adalah wanita mandul, tetapi kemudian secara ajaib mengandung Maria. Sedang Maria adalah seorang perawan tetapi secara ajaib melahirkan Yesus. Maria mengandung secara ajaib dan juga melahirkan secara ajaib. Masuk akal, Maria lalu digambarkan sebagai ‘pokok mawar yang ajaib’
Santo Louis de Montfort, seorang pewarta Rosario ulung, bahkan menjelaskan makna perlambangan itu demikian rinci. Ia mengatakan bahwa mawar itu melambangkan Yesus dan Maria dalam kehidupan, kematian dan keabadian.
Daun mawar hijau adalah misteri-misteri gembira. Durinya adalah mister-misteri sengsara. Bunga-bungannya adalah misteri-misteri kemuliaan Yesus dan Maria. Kuncup-kuncupnya adalah masa kanak-kanak Yesus dan Maria. Kelopaknya yang terbuka adalah lambang penderitaan mereka. Mawar-mawar yang sudah mekar penuh melambangkan kemenangan serta kemuliaan Yesus dan Maria.
Dengan demikian menjadi jelaslah bahwa nama rosario lebih dipakai dalam arti simbolis. Rosario tidak hanya menjadi sarana doa semata dalam menyatakan iman akan Tuhan dan memperoleh rahmatNya, tetapi juga menimbulkan keagungan dan keharuman pribadi Yesus dan Maria.
Asal Usul Doa Rosario
Ada dua tradisi tentang kisah asal usul doa rosario (New Catholic Encyclopedia 1967, Vol. 12: 667-668). Tradisi pertama bersumber pada pengalaman Santo Dominikus, pendiri Ordo Dominican, pada awal abad XII. Menurut tradisi ini, Bunda Maria menampakkan diri kepada St. Dominikus yang berjuang melawan bidaah Albigensian.
Dalam penampakan itu, Maria memberikan rosario kepada Dominikus dan memintanya untuk mewartakan rosario ini. Bunda Maria berjanji bahwa karya kerasulannya akan berhasil jika Dominikus mendoakan dan mewartakan doa rosario ini.
Adanya tradisi ini kirannya dapat dimengerti. Pertama, Dominikus dan para pengikutnya dari abad XII hinga abad XIV berhasil “mematikan” bidaah Albigensian dengan jalan menggalakkan doa rosario dan merenungkan misteri-misteri penyelamatan. Bentuk doa rosario cara Dominikus ini sesungguhnya sudah ada pada abad-abad sebelumnya. Pada abad V yaitu zaman St. Benedictus, orang sudah mengenal suatu untaian manik-manik yang dipakai untuk menghitung untuk doa vokal yang didaraskan berulang-ulang. Doa ini dalam prakteknya disertai dengan renungan dan meditasi oleh orang-orang kristiani Heremit, atau oleh bapa-bapa padang gurun. Praktek doa ini yang menjadi kekhasan tradisi Timur bahkan sudah mulai dikenal sebelum zaman St. Benediktus. Pada mulanya manik-manik dipakai untuk mendaraskan doa Bapa Kami, kemudian dipakai juga mendoakan doa Salam Maria karena waktu itu doa Rosario mulai berkembang.
Kedua, setelah mapan secara historis, doa rosario mulai mendapat dukungan dari lingkungan Kepausan. Sikap ini bermula dengan dimasukkannya doa rosario menjadi doa perang suci melawan Albigensian dan musuh-musuh Gereja khususnya yang berada di Timur Tengah. Secara umum orang menerima bahwa kemenangan Armada Laut Kristen atas konvoi Turki di Lepanto, di Timur Tengah, 7 Oktober 1571, diperoleh berkat doa rosario. Pada saat perang itu berkobar, Persekutuan Rosario Roma sedang mengadakan pertemuan di Gereja Minerva, markas besar Ordo Dominikan.
Mereka ikut serta menopang umat kala itu mendaraskan rosario dengan intensi khusus yakni agar Gereja menang atas musuh-musuhnya. Begitulah terjadi, Armada Laut Kristen menang secara gemilang atas pasukan Islam Turki. Maka tak heran bahwa Paus Klemens XI (1667-1669) kemudian menentukan hari Minggu pertama bulan Oktober sebagai Pesta Rosario Perawan Maria untuk memperingati kemenangan di Lepanto tersebut. Di samping menjadi doa perang suci, doa rosario juga dimaksukkan dalam bulla. Isi dokumennya adalah memberikan berbagai indulgensi bagi mereka yang berdoa dengan rosario dengan ujud yang tercantum dalam bulla itu. Dukungan kepausan itu memang tidak pertama-tama mengukuhkan kebenaran pengalaman mistik Santo Dominikus sebagai fakta sejarah, tetapi terutama mau mendukung dan mengembangkan devosi kepada Bunda Maria, antara lain berupa doa rosario.
Sampai sekarang doa rosario dipratekkan oleh Gereja khususnya pada bulan Mei dan Oktober. Kebiasaan mendoakan doa rosario diangkat dari kebiasaan di Spanyol yang sejak abad 13 membaktikan bulan Mei kepada Maria. Devosi bulan Mei sebagai bulan Maria semakin dipropagandakan sejak abad 16 oleh Pater-pater Yesuit, dan mulai abad 19 menjadi kebiasaan umum di seluruh Gereja. Kebiasaan mendoakan doa rosario pada bulan Oktober dimulai berkenaan dengan perayaan Maria Ratu Rosario pada 7 Oktober oleh Paus Gregorius XIII sejak tahun 1573. Dari perayaan ini berkembang menjadi kebiasaan menjadikan bulan Oktober sebagai bulan rosario, yaitu sejak 1884 oleh Paus Leo XIII. Dan di tahun 2021, Paus Fransiskus mengajak Gereja seluruhnya mendedikasikan doa rosario di bulan Mei ini untuk segala proses pemulihan keadaan dari bahaya corona virus 19.
Rosario : Mengkontemplasikan Wajah Kristus bersama Maria
Rosario Santa Perawan Maria secara bertahap berkembang dalam abad kedua di bawah bimbingan Roh Allah, merupakan doa yang amat dicintai oleh begitu banyak santo dan mendapatkan banyak dukungan dari Ajaran Resmi Gereja. Sejumlah Paus juga memberi perhatian yang sangat besar terhadap doa rosario. Yang pantas disebutkan di sini adalah Paus Leo XIII, yang menetapkan Ensiklik Supremi Apostolatus Offiicio, 1 September 1883. Dalam dokumen ini Paus menunjukkan bahwa doa rosario merupakan senjata rohani yang ampuh guna menghadapi kejahatan-kejahatan yang menguasai masyarakat.
Di antara para Paus, sejak Konsili Vatikan II, yang terkenal mengembangkan rosasio, adalah Paus Yohanes XXIII dan Paus Paulus VI. Paus Paulus VI dalam seruan apostoliknya, Marialis Cultis, menekankan dalam semangat konsili Vatikan II, ciri khas alkitabiah rosario dan inpirasinya yang berpusat pada Kristus. Di samping itu Paus Yohanes Paulus II pun mengakui dan menegaskan bahwa doa rosario adalah doa favoritnya bahkan doa yang amat mengagumkan, dalam kesederhanaan dan kedalamannya.
Dalam konstitusi dogmatis Lumen Gentium, pada bab terakhir dibicarakan tentang kehadiran Bunda Maria sebagai Bunda Allah yang mengagumkan dari misteri Kristus dan Gereja. Juga dalam Surat Apostolik, Novo Millenio Ineunte, Paus Yohanes Paulus II membagikan refleksinya tentang Rosario. Paus mengajak umat untuk mengkontemplasikan wajah Kristus dalam kesatuan dengan BundaNya yang Mahakudus dan pada sekolah Maria.
Menurut Paus Yohanes Paulus II, mendoakan doa rosario tidak lain adalah mengkontemplasikan wajah Kristus bersama Maria. Dalam rangka memperingati Ensiklik Paus Leo XIII Supremi Apostolatus Officio, Paus Yohanes Paulus II menetapkan Tahun Rosario yang berlangsung sejak Oktober 2002-Oktober 2003. Dasarnya adalah keyakinan bahwa Rosasio menjadi suatu sarana yang paling efektif untuk mengembangkan iman di antara umat beriman terutama mereka yang mempunyai tekad bulat pada kontemplasi tentang misteri Kristen, seperti yang dijelaskan dalam surat apostolis Novo Millenio Ineunte, sebagai suatu olah kesucian sejati. Di samping itu, terdapat sejumlah alasan historis, mengapa perlu dihidupkan kembali dan secara terus-menerus doa rosario. Pertama, karena adanya kebutuhan untuk memohon kepada Allah rahmat perdamaian.
Peristiwa historis yang masih membekas di kala itu adalah serangan 11 September 2001, yang menyajikan pemandangan dunia yang diwarnai korban berdarah dan tindak kekerasan. Gereja diajak untuk mengarahkan hati kepada Kristus yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah meruntuhkan tembok pemisah yaitu perseteruan (Ef. 2:14). Masalah genting lainnya yang perlu ditanggapi dengan Rosario adalah keutuhan keluarga, sebagai sendi utama dari masyarakat. Atau seperti sekarang doa rosario di bulan Mei 2021, sesuai anjuran Paus Fransiskus dimaksudkan untuk mendoakan keselamatan dunia dan manusia dan melepaskannya dari bahaya pandemi corona virus 19.
Rosario Versi Baru
Isi dari Rosario adalah kita mendoakan Doa Bapa Kami, doa agung yang diajarkan Yesus Kristus sendiri, dan diikuti dengan doa Salam Maria. Isi doa Salam Maria itu memang amat sederhana, bahkan menjadi doa yang mungkin diajarkan atau dipelajari sejak kecil. Doa sederhana itu dibagi menjadi 3 bagian, seperti ditulis oleh C.J. Bohm. Pertama, kita mengulangi kata-kata yang telah diucapkan Malaekat Gabriel ketika mendatangi Maria untuk menyampaikan khabar gembira. Dengan hormat besar, malekat berkata, “Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu”. Dalam doa rosario (Salam Maria) kita pun datang dengan hormat pada Maria untuk memohon perhatiannya. Kedua, kita pun mengulangi kata-kata yang diucapkan Elisabeth ketika Maria datang megunjunginya. Waktu itu Elisabet yang dipenuhi Roh Kudus berkata dengan suara nyaring, “Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah Buah tubuhmu”, yang kemudian ditambakan kata “Yesus”.
Dan ketiga, dalam bagian akhir, kita mengungkapkan permohonan yang paling dasar, yang mencakup segala yang kita inginkan dan kita mohon kepada Maria dengan berkata: “Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan pada waktu kami mati”.
Dengan kata-kata ini, kita mengungkapkan keyakinan bahwa Maria sebagai Bunda Allah, Bunda Sabda Ilahi itu, akan mendoakan kita, meskipun kita yang mendoakan rosario adalah orang berdosa. Secara khusus, satu ujud konkret disebut pada akhir doa itu, yaitu bahwa kita mengharapkan pendampingan Maria pada saat kita meninggal dunia. Serentak kata-kata itu mengungkapkan keyakinan kita bahwa hidup kita ini singkat dan fana. Dan bahwa kita dipanggil untuk meninggalkan hidup kita yang sekarang melalui kematian untuk menerima sukacita abadi bersama Maria, Ratu surga dan dunia.
Dalam doa rosario, sebenarnya Maria memgundang kita untuk ikut bersamanya merenungkan karya-karya Allah dalam usahaNya untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam tradisi devosional, telah berkembang kebiasaan berdoa rosario sambil merenungkan 15 peristiwa yang termasuk peristiwa pokok pembawa keselamatan bagi umat manusia. Secara tradisional kita mengenal rosario dan sudah dikenal umum, yang didasarkan pada jumlah 150, seperti jumlah dari Mazmur dari Kitab Mazmur.
Menurut C.J. Boom, dalam doa rosario, bukannya pertama-tama kita menyadarkan diri akan arti kata-kata yang kita ucapkan, dalam doa Salam Maria itu, namun melalui kata-kata suci itu, kita merenungkan 15 peristiwa, yang dikelompokkan menjadi 5 peristiwa Gembira, 5 peristiwa sedih dan 5 peristiwa mulia.
Namun ketika memasuki 25 tahun masa kepausannya (2002), Paus Yohanes Paulus II membuat tambahan pada yang tradisional itu menjadi rosario versi baru. Paus Yohanes Paulus II percaya bahwa untuk menunjukkan dengan lengkap kedalaman ciri kristologis dari Rosario dan mendorongnya memberi tambahan ke pola tradisional, memperluasnya dengan memasukkan misteri pelayanan Kristus di hadapan publik sejak BaptisanNya sampai sengsara dan wafatNya. Dalam perjalanan seluruh misteri ini, kita dapat mengkontemplasikan aspek penting dari pribadi Kristus sebagai pewahyuan definitif dari Allah. Dengan dinyatakan sebagai Putera terkasih Bapa ketika dibaptis di sungai Yordan, Kristus menjadi Pribadi yang mewartakan kedatangan Kerajaan Allah, memberi kesaksian baginya, melalui hidup dan karyaNya, melalui ajaran dan mujisatNya sambil memaklumkan tuntutan-tuntutanNya. Selama sekitar 3 tahun pelayanan publik inilah menjadi nyata bahwa Misteri Kristus tampak paling nyata menjadi misteri Cahaya. Yesus sendiri menegaskan bahwa “Selama Aku di dalam dunia, Akulah Terang dunia” (Yoh. 9:5).
Dengan demikian rosario kemudian menjadi kurang-lebih “suatu ringkasan dari Injil”. Itulah sebabnya Paus Yohanes Paulus II menambahkan peristiwa terang, sambil mengikuti refleksi tentang Inkarnasi dan kehidupan Yesus yang tersembunyi (misteri-misteri gembira) dan sebelum memusatkan perhatian pada penderitaan dan sengsaraNya (misteri sedih), dan kemenangan kebangkitanNya (misteri mulia), suatu renungan mendalam tentang saat-saat istimewa yang mempunyai makna tertentu dalam pelayanan publikNya (misteri cahaya). Dalam Surat Apostolik Rosarium Virginis Mariae, Paus menegaskan bahwa penambahan peristiwa baru ini, tanpa mengurangi makna setiap aspek pokok bentuk doa tradisional ini, dimaksudkan untuk memberi kepada rosario hidup yang segar dan mengorbarkan minat baru dengan menempatkan rosario dalam spiritualitas kristen sebagai pintu masuk yang benar ke kedalaman Hati Kristus,lautan kegembiraan dan terang, penderitaan dan kemuliaan.
Makna Misteri-misterinya
1. Misteri-misteri Gembira.
Lima puluhan pertama, yaitu misteri-misteri gembira, ditandai dengan kegembiraan yang memancar dari peristiwa Inkarnasi. Kata Malaekat Gabriel ketika datang membawa khabar sukacita kepada Maria: “Salam hai engkau, yang dirahmati, Tuhan menyertai engkau”, atau secara tradisional, “Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu”.
Dalam misteri pertama ini, Maria menerima khabar gembira di mana salam Malaekat Gabriel kepada Perawan dari Nasareth dihubungkan dengan undangan menuju kegembiraan mesianis. Seluruh sejarah keselamatan dan seluruh sejarah dunia, mengarah ke salam ini. Bila Allah berkehendak menyatukan segala sesuatu dalam Kristus (Ef. 1:10), maka seluruh dunia dan alam semesta dalam cara tertentu disentuh oleh rahmat ilahi yang dengan rahmat ilahi ini, Allah berkenan pada Maria dan menjadikannya sebagai Bunda PuteraNya. Sebaliknya, seluruh kemanusiaan dirangkul oleh fiat Maria, sebagai simbol kerelaannya untuk menerima kehendak Allah dan mengambil bagian dalam rencana keselamatanNya.
Khabar gembira kepada Maria ini dapat dipandang sebagai awal Perjanjian Baru, antara Allah dengan manusia. Perjanjian Baru pun terwujud karena persetujuan Maria lewat fiatnya, “Jadilah padaku menurut kehendakmu”. Di dalamnya, malaekat berbicara atas nama Allah dan Maria menjawab mewakili umat manusia.
Dalam dialog Malaekat dengan Maria terdapat tiga tahap, sesuai dengan tiga diri dari Allah Tritunggal. Pertama, Allah Bapa menyalami Maria dan menyatakan bahwa Allah berkenan padanya dan karenanya Maria terkejut waktu mendengar salam itu. Allah Putera hendak menjadi manusia dalam rahim Maria. Sebagai manusia Maria dapat mengajukan keberatan atau meminta waktu untuk mengambil keputusan. Hanya ada satu pertanyaan dari Maria, “Bagaimana hal itu dapat terjadi, karena aku belum bersuami”.
Dalam jawaban malaekat atas pertanyaan Maria, nampaklah bagi kita peranan Roh Kudus. “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau. Peristiwa agung ini kita rayakan pada tanggal 25 Maret: penjelmaan Allah Putera menjadi Manusia dalam rahim Maria. Maka dengan sangat tepat pada awal doa rosario, kita biasanya menyalami Maria dengan tiga gelarnya yang amat indah: Salam Puteri Allah Bapa, Salam Bunda Allah Putera dan Salam Mempelai Allah Roh Kudus.
Maria ingin membagikan kegembiraan atas anugerah besar Allah bagi dirinya dan demi manusia seluruhnya. Maka Maria mempercayakan rahasia keterpilihan ini kepada sanaknya, Elisabeth. Mengapa Elisabeth? Tentang sanaknya itu, malaekat pun sudah memberikan khabar, “Elisabeth sanakmu itu pun sedang mengandung pada masa tuanya ini”. Dengan mengunjungi Elisabeth, Maria ingin memenuhi kewajiban menyaksikan kebesaran Allah, yang membuat Elisabat yang sudah tua dan mandul itu pun mengandung. Kedua saudara itu sama-sama didatangi Tuhan. Itulah yang mendorong Maria bergegas ke pegunungan untuk mengunjungi Elisabeth. Ketika menerima salam Maria, Elisabeth terkejut dan bertanya diri: “Siapakah akku ini sampai Ibu Tuhanku datang mengunjungi aku”. Elisabeth mengundang kita menyebut Maria sebagai Ibu Tuhan. Dan melalui rosario kita terus-menerus mengulangi kata-kata Elisabeth: Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah Buah tubuhmu”.
Kerinduan Maria untuk menjadi Ibu Tuhan tergenapi ketika Ia melahirkan Yesus di Betlehem, meski dalam kemiskinan duniawi. Namun Dia yang dilahirkan Maria di Betlehem itu melebihi apa yang diharapkan, dinantikan dan didoakan. Yesus bukan lahir sebagai Mesias politik melainkan sebagai Juruselamat, yang membawa kemerdekaan sejati, mematahkan kuasa maut dan setan dan menghadirkan Kerajaan Allah di dunia.
Maria sadar sungguh bahwa Anaknya yang dilahirkannya bukanlah miliknya sendiri, melainkan milik Allah demi misi penyelamatan. Maka Maria meletakkan Anaknya itu ke dalam tangan Simeon, yang sudah tua. Simeon, orang saleh itu, sebagai simbol kehadiran Allah menerima persembahan Maria sebagai kurban yang berkenan di hadapan Allah. Dalam Roh Kudus pula, Simeon bernubuat tentang Maria: “Sebuah pedang akan menembus jiwamu”. Nubuat Simeon itu menjelaskan kembali nubuat Yesaya. Maria akan mengerti bahwa sengsara Yesus nanti akan menjadi deritanya juga.
Ramalan Simeon bahwa sebuah pedang akan menembus jiwa Maria, kini mulai terasa. Namun tetap saja bahwa ada segi-segi tertentu pada diri Yesus yang belum ia mengerti, yang perlu ia pikirkan. Maria hanya menyimpan semua perkara itu dalam hatinya dan merenungkannya.
Dalam peristiwa kelima ini, Maria bertanya: “Anakku, mengapa engkau meninggalkan kami? AyahMu dan aku cemas mencari engkau”. Namun pada saat menemukan Yesus, cinta keibuan Maria diuji, seolah Yesus membenarkan diri di hadapan orangtuanya, tanpa peduli pada kecemasan dan derita batin Maria dan Yosep. Maria tetap merenungkan dan menyimpan semuanya dalam hatinya.
2. Misteri Cahaya
Sesudah menjalani hidup tersembunyi di Nasareth dengan belajar sebagai anak tukang kayu, Yesus bergerak menuju kehidupan publikNya, yang sekarang disebut misteri-misteri cahaya.
Misteri ini dimulai dengan peristiwa pembaptisan di sungai Yordan, sebagai misteri utama. Namun sebenarnya setiap misteri merupakan pewahyuan Kerajaan Allah yang kini hadir dalam diri dan diwartakan oleh Yesus. Dalam peristiwa ini Yesus turun ke dalam air di sungai Yordan, sebagai pribadi yang tidak bernoda yang menjadi dosa demi kita manusia (bdk. 2Kor..5:21). Pada saat ini Roh Kudus turun dalam wujud Merpati dan Allah memaklumkan Dia sebagai Yang terkasih dan siap melakukan kehendak Bapa.
Misteri cahaya lainnya adalah yang pertama dari Tanda yang menghadirkan Kerajaan Allah. Dalam pesta Nikah di Kana, Yesus dan para muridNya diundang juga. Persediaan anggur habis sementara jamuan nikah masih berlangsung. Terjadilah mujizat air menjadi anggur dan membuka hati para muridNya untuk percaya dan memberi tempat pada campur tangan Maria. Dari Maria kita belajar cara menghadapkan permohonan kepada Tuhan, melalui kalimat, “Mereka kehabisan anggur” dan atas cara itu meletakkan seluruh kepeduliannya terhadap keluarga tuan pesta. Seakan Yesus menolak permintaan ibuNya, “SaatKu belum tiba..”. Namun Maria menyiapkan segala-galanya dengan mengerahkan para pelayan untuk melakukan apa yang diperintahkanNya.
Misteri cahaya berikutnya adalah Yesus mewartakan Kerajaan Allah dan syarat menerima Kerajaan Allah yang dihadirkan dan diwartakan Yesus adalah dengan bertobat. Ia menghadirkan Kerajaan Allah itu melalui sabda dan ajaranNya dan perbuatan-perbuatan baik, terutama MujizatNya. Melalui berbagai ajaran dan gaya cerita perumpamaan serta mujisatNya Yesus memperkenalkan Allah sebagai Bapa yang Mahabaik dan menghendaki pertobatan manusia agar bisa menerima keselamatan.
Akhir dari hidup dan karya pelayananNya di hadapan publik adalah misteri sengsara dan wafatNya. Penderitaan dan salib adalah bayang-bayang yang menyertai karya Yesus. Kisah transfigurasi di atas gunung Tabor yang memancar dari wajah Kristus disertai seruan bagi para murid untuk “mendengarkan Dia”. Pengalaman kemuliaan inilah yang menjadi kekuatan dasar untuk turun dari gunung Tabor dan terus berjalan menyambut salib. Para murid dilibatkan untuk menikmati pengalaman kemuliaan yang sama agar bersemangat meski menghadapi salib.
Dalam misteri cahaya terakhir, Yesus mendirikan Ekaristi, sebagai simbol penyerahan diriNya di salib, dan dinyataka secara simbolis dalam rupa roti dan anggur. Inilah kekuatan bagi mereka untuk memberi kesaksian sampai kepada kesudahannya, karena cintaNya bagi manusia dan bagi keselamatan dunia yang akan ditawarkan olehNya melalui pengorbanan DiriNya.
Tampak bahwa dalam misteri-misteri ini, terpisah dari kisah mujisat di Kana, Maria hadir dan berada di latar. Meskipun demikian peran Maria di Kana itu dalam arti tertentu menyertai Kristus melalui seluruh pelayananNya.
3. Misteri Sedih
Injil memberikan perhatian yang besar pada misteri-misteri sedih dalam hidup Yesus. Seperti tampak dalam devosi Jalan Salib, nampak bahwa kesedihan Yesus berpuncak pada saat-saat sengsara Yesus. Ia berada dalam kesendirian, namun dalam kesendirian ini Ia mengalami puncak penyertaan BapaNya. Misteri-misteri sedih dalam rosario mengundang kaum beriman untuk mengkontemplasikan saat-saat itu dalam hati mereka, terutama puncak pergumulan Yesus di Getsemani. Ada pergulatan untuk melaksanakan kehendak Bapa dan kelemahan daging yang memberontak dan ingin lari. Namun Yesus membulatkan tekad untuk meminum cawan yang disediakan BapaNya demi keselamatan manusia. Keyakinan akan penyertaan BapaNya dan cintaNya bagi manusia itulah yang menjadi kekuatan bagiNya untuk menyelesaikan rangkaian peristiwa salib. Di sinilah terjadi perbedaan mencolok: ketidaksetiaan Adam lama diganti dengan ketaatan Adam Baru demi menyelamatkan manusia. Salib menjadi titik hubung antara Allah dan manusia. Pada jalan salib ini Maria hadir, turut mengalami kesepian dan sengsara Puteranya dan sampai akhirnya menerima PuteraNya dalam wujud tak bernyawa.
4. Misteri Mulia
Kontemplasi wajah Kristus tidak berhenti pada gambaran Yesus yang tersalib. Karena ketaatanNya kepada kehendak BapaNya dan cintaNya bagi manusia berdosa, maka Allah membangkitkan Dia. Misteri-misteri mulia mengundang kita untuk melewati kegelapan salib dan sengsara untuk menatap kemuliaan Kristus dalam kebangkitan dan kenaikanNya ke surga.
Dengan kontemplasi wajah Kristus pada misteri-misteri mulia, umat beriman diajak untuk mengalami kembali kegembiraan, tidak hanya dari mereka yang kepadaNya Kristus menampakkan diri, para Rasul, Maria Magdalena dan murid di jalan ke Emaus, tetapi juga kegembiraan Maria sendiri, yang mempunyai pengalaman mendalam yang sama terhadap kehidupan baru dari Puteranya yang dimuliakan.
Dalam kenaikan Kristus diangkat dalam kemuliaan dan bertahta di sisi kanan Bapa, dan Maria sendiri diangkat dalam kemuliaan yang sama pada misteri pengangkatannya ke surga. Maria sendiri dimahkotai dalam kemuliaan, seperti ketika ia tampil dalam misteri mulia terakhir. Maria tampak bersinar sebagai ratu para malaekat dan para kudus, sekaligus menjadi antisipasi dan realisasi tertinggi dari keadaan eskatologis Gereja semesta. Semuanya berlangsung dalam satu keluarga yang berhimpun bersama Maria, yang dihidupi dengan pencurahan Roh Kudus pada misteri mulia ketiga.
Semua kontemplasi pada misteri mulia ini seharusnya menghantar kita kepada penghargaan yang lebih besar dari kehidupan baru dalam Kristus, hidup dalam jantung Gereja, suatu kehidupan yang darinya adegan Pentakosta sendiri menjadi ikon-gambar suci yang besar.
Singkatnya, misteri-misteri mulia menuntun kita kepada harapan yang lebih besar untuk tujuan eskatologis, dan sekaligus mendorong kita umat beriman untuk memberikan kesaksian dengan berani pada khabar gembira itu yang memberikan makna kepada seluruh keberadaan mereka.
Yang lain tentang Maria
Di samping penghormatan dan devosi kepada Maria, terdapat juga kebiasaan lima hari Sabtu pertama dalam bulan. Kebaktian 5 hari sabtu pertama dalam bulan dimulai di Fatima oleh Lucia. Kebaktian ini didasarkan pada kata-kata Maria di Fatima: “Yesus ingin menetapkan di dunia kebaktian pada Hatiku yang tak bernoda; siapa yang merangkulnya, padanya kujanjikan keselamatan” Kata-kata Maria kepada Lucia menegaskan bahwa hati tak bernoda Maria akan menjadi tempat berlari dan berlindung dan sekaligus jalan yang akan menuntun kepada Allah.
Juga Maria berkata kepada 3 anak kecil: “Kamu telah melihat di mana jiwa para pendosa yang miskin itu berakhir. Untuk keselamatan mereka Allah telah menetapkan di dunia kebaktian pada Hatiku yang tak bernoda”.
Masih terdapat lagi kebiasaan hari Sabtu untuk Maria. Gereja mengkhususkan satu hari dalam minggu untuk menghormati Maria baik dalam Ekaristi pun dalam ibadat harian. Untuk menyebutkan beberapa orang kudus yang mempraktekkan kebaktian ini: St. Caterina dari Siena, St. Fransiskus dari Sales, St. Alfonsus de’ Liguori adalah santo-santo yang dikenal dengan kebaktian ini.
Di samping itu muncul pula dalam Gereja berbagai gerakan dan kegiatan devosional lain, seperti Legio Mariae. Di berbagai tempat dibangunlah berbagai tempat ziarah dan gua Maria yang mengundang berbagai orang datang untuk berdoa, memohon dan meminta pertolongan Maria. Dan Maria memperlakukan dan mendengarkan doa dan permohonan anak-anaknya sebagai ibu yang baik hati dan berbelas kasihan. Berbagai pengalaman orang baik secara pribadi maupun secara bersama sebagai Gereja memperlihatkan ampuhnya doa rosario. Masih lagi ditambahkan sejumlah tanggal dan pesta khusus yang ditetapkan sebagai penghormatan kepada Maria. Di samping kebiasaan lain umat yang masih hidup dan bertahan adalah melakukan Doa Angelus (pagi, siang dan sore), sembayang tiga kali Salam Maria sebelum dan sesudah bangun dari tidur, mendoakan Litani Santa Perawan Maria.
Segala kebaktian iman kepada Maria ini bukannya diperintahkan tetapi sangat dianjurkan untuk dilakukan atas dorongan hati. Jalan terbaik untuk menghormati Maria adalah meneladaninya dalam hal iman, ketaatan, keutamaan kerendahan hati dan perhatiannya. Keprihatian dan bela rasa terhadap sesama seperti ditunjukkan Maria adalah bagian dari iman itu. Dan iman akan kerahiman dan rahmat Allah harus dinyatakan juga dalam kasih dan bela rasa.
Menyaksikan perkembangan pesat devosi kepada Bunda Maria ini dan menyikapi kemungkinan perkembangnan yang keliru: Maria menjadi lebih penting dari anakNya, Yesus, Konsili Vatikan II menegaskan: “Menganjurkan dengan sangat, supaya dalam memandang martabat Bunda Allah yang istimewa dengan sungguh-sungguh mencegah segala ungkapan berlebihan yang palsu, seperti juga kepicikan sikap batin, hendaklah kaum beriman mengingat, bahwa bakti yang sejati tidak terdiri dari perasaan yang mandul dan yang bersifat sementara, tidak pula dari sikap mudah percaya tanpa dasar. Bakti itu bersumber pada iman yang sejati, yang mengajak kita mengakui keunggulan Bunda Allah, dan mendorong kita sebagai putera-puteraNya mencintai bunda kita dan meneladan keutamaan-keutamaannya” (LG. 67).
Dengan penegasan ini dimaksudkan bahwa penghormatan kepada Maria diarahkan agar kita sebagai anggota Gereja, putera-puterinya, belajar meneladan dia dalam keutamaan iman dan cinta kasih dan belajar semakin menjadi murid Yesus yang sejati.
Doa Penutup untuk Rosario di Bulan Mei 2021
Di bawah perlindunganMu, kami mencari perlindungan, Bunda Allah yang Suci. Dalam situasi dramatis saat ini, penuh dengan penderitaan dan kesedihan yang mencengkeram seluruh dunia, kami bergegas kepadaMu, Bunda Allah dan Bunda kami, dan mencari perlindungan di bawah perlindunganmu.
O Perawan Maria, arahkan matamu yang penuh belas kasih kepada kami di tengah pandemi virus Corona ini, dan hibur mereka yang bingung dan menangis karena orang-orang yang mereka cintai meninggal dan yang kadang dikuburkan dengan cara yang melukai hati. Rangkulah mereka yang cemas akan orang sakit, yang demi mencegah penularan, mereka tidak bisa berada dekat satu sama lain. Tanamkanlah kepercayaan pada mereka yang bingung akan masa depan yang tidak pasti dan akan konsekuensi-konsekuensinya secara ekonomis dan bagi kelanjutan pekerjaan mereka.
Bunda Allah dan Bunda kami, mohonkanlah bagi kami dari Allah, Bapa yang penuh belas kasih, agar pencobaan berat ini segera berakhir dan semoga segera kembalilah cakrawala harapan dan damai. Seperti di Kana, mohonkanlah campur tangan Putra ilahimu, dengan meminta Dia untuk menghibur keluarga-keluarga dari mereka yang sakit dan yang telah menjadi korban dan untuk membuka hati mereka agar tetap percaya.
Lindungilah para dokter, perawat, tenaga kesehatan, relawan yang berada di garis depan dalam masa darurat ini dan yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan nyawa orang lain. Sertailah kerja keras mereka dan berilah mereka kekuatan, kebaikan hati, dan kesehatan.
Dekatlah dengan mereka yang siang dan malam membantu mereka yang sakit dan dengan para imam yang, dengan perhatian pastoral dan komitmen injili, berusaha membantu dan mendukung semua orang.
Perawan tersuci, cerahilah pikiran para ilmuwan, agar mereka menemukan penyelesaian-penyelesaian yang tepat untuk mengatasi virus corona ini. Bantulah para pemimpin bangsa untuk bekerja dengan bijaksana, penuh perhatian dan murah hati, membantu mereka berkekurangan akan kebutuhan pokok dengan merencanakan solusi-solusi sosial dan ekonomis dengan cakrawala pandang yang luas dan dalam semangat solidaritas.
Santa Maria, sentuhlah hati nurani para pengambil kebijakan agar dana besar
yang disiapkan untuk menambah dan memutahirkan persenjataan, semoga diarahkan untuk memajukan penelitian-penelitian yang memadai untuk mencegah terjadinya bencana serupa di masa depan.
Bunda tercinta, tumbuhkanlah di dalam dunia rasa memiliki sebagai satu keluarga besar, dalam kesadaran akan hubungan-hubungan yang mempersatukan semua agar dengan semangat persaudaraan dan kekeluargaan membantu banyak orang yang hidup dalam kemiskinan dan kemelaratan. Semangatilah kami dalam keteguhan iman, ketekunan dalam melayani dan keteguhan dalam doa.
Bahan Bacaan:
Daia, Willem Pr., Rosario, Sejarah dan Misteri Kuasanya, Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta, 2000
Dokumentasi dan Penerangan KWI, Dokumen Konsili Vatikan II, Obor, Jakarta, 1993
E, Bifet, Maria Model Gereja dalam Tugas Perutusan, Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia, 1988
Embuiru, Herman, Aku Percaya, Nusa Indah, Ende, 1979
Groenen, C., Mariologi, Teologi dan Devosi, Kanisius, Yogyakarta, 1989
C.J. Bohm, Bersua Sang Bunda,Kanisius, Yogyakarta, 2002
Martino Suhardi dan Willem Daia Pr, (terj) Rosario Santa Perawan Maria Versi Terbaru. Yayasan Pustaka Nusatama, 2003
Bakker, Anton, Ajaran Iman Katolik 2, Kanisius, Yogyakarta, 2002