Penulis: Daniel Timu
Editor: Jefri Tapobali
PORTALNTT.COM, ROTE NDAO – Dalam rangka merayakan pencapaian pembelajaran para guru selama satu tahun, serta untuk memperkuat kolaborasi antar pemangku kepentingan pendidikan, akan diselenggarakan acara “Pesta Pendidikan Rote Malole”.
Acara akbar ini berlangsung pada tanggal 8 hingga 10 Mei 2025 di Auditorium Ti’i Langga, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao.
Pesta Pendidikan Rote Malole merupakan puncak selebrasi dari program pelatihan dan pengembangan kompetensi yang telah diikuti oleh guru-guru dari 148 sekolah dari 10 kecamatan di Kabupaten Rote Ndao. Program pembelajaran intensif selama satu tahun ini terselenggara melalui Kelompok Kerja Guru (KKG), yang merupakan buah kolaborasi antara Dinas PKO (Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga) Rote Ndao dengan Yayasan BGBL (Bantu Guru Belajar Lagi).
Dalam kegiatan tersebut juga digelar seminar bagi para Guru dan Kepala Sekolah yang hadir, salah satunya adalah Seminar terkait pendidikan karakter yang dibawakan langsung oleh Asisten Administrasi Umum Setda Rote Ndao, Jermi Haning, PhD dengan materi bertajuk “STARTing Etika ROTE”, sebuah konsep pendidikan karakter yang di raciknya sendiri dari akar budaya Rote.
Dalam pemaparannya, Jermi Haning yang juga salah satu tokoh pendidikan dan birokrat di Rote Ndao ini menyoroti pentingnya membangun karakter anak didik selaras dengan nilai, etika dan norma dalam adat kebudayaan masyarakat Rote Ndao.
“Kalau mau bangun karakter anak NTT, kita tidak bisa pakai cara instan atau copy-paste dari luar. Kita harus mulai dari budaya kita sendiri,” tegas Jermi Haning, PhD, Asisten Administrasi Umum Setda Rote Ndao.
Dalam materi seminar yang dibawakannya Jermi Haning memaparkan konsep START yang menurutnya bukan sekadar nama keren, tetapi sebagai suatu proses membangun karakter anak lewat lima tahap START ; Sadar, Tahu, Antusias, Responsif, dan Terbiasa. Menurut Jermi, inilah fondasi agar nilai-nilai baik benar hidup dalam diri anak, bukan cuma dihafal, tapi dijalankan dalam kehidupannya. Ia juga menyoroti bahwa saat ini banyak anak kehilangan arah karena tidak punya koneksi dengan identitas budayanya sendiri.
“Kita terlalu sering sibuk mengejar rangking, nilai, lomba ini dan itu, sampai lupa bahwa karakter itu fondasi utama. Apa gunanya pintar kalau tidak punya rasa hormat, jujur, atau peduli ?,” pungkas Jermi Haning pada peserta Seminar Pesta Pendidikan Rote Malole.
Selain itu, Jermi Haning juga menyoroti berbagai permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan anak di NTT, di antaranya masalah Stunting, Pernikahan Anak Usia Dini, hingga pengaruh budaya luar yang membuat anak-anak masa kini kurang terlibat dalam kegiatan adat dan tradisi daerah. Juga pengaruh media sosial yang membuat anak-anak jauh dari nilai-nilai kultur budaya lokal tergantikan dengan nilai individualisme dan konsumtivisme.
Jermi juga mencontohkan berbagai nilai lokal dalam budaya orang Rote yang kaya makna yang mulai jarang terlihat pada anak-anak masa kini, seperti ungkapan “Bo’i Suek” (rasa sayang), “Hara Lilok (kejujuran), madene (gotong royong), dan “Soda Molek” yang adalah ungkapan salam khas Rote bermakna kedamaian dan kasih.
“Kalau anak tahu dia berasal dari mana, maka dia juga akan tahu ke mana harus melangkah,” ujar Jermi Haning, memotivasi para Guru soal pentingnya pendidikan karakter berbasis budaya daerah.
Menutup pemaparan materinya, Jermi Haning, PhD juga mengajak semua guru dan kepala sekolah untuk tetap bersinergi ditengah kuatnya tantangan budaya luar yang makin kuat, minimnya pelatihan bagi guru, orang tua yang makin sibuk, hingga sistem pendidikan yang belum memberi ruang cukup untuk budaya lokal.
Acara Pesta Pendidikan Rote Malole Tahun 2025 ini dibuka secara resmi oleh Bupati Rote Ndao, Paulus Henuk, SH dan Bupati pun sangat berterimakasih dan mengapresiasi kegiatan bagus tersebut.