Oleh : dr. Filsa Fina (Dokter umum RST Wirasakti Kupang)
PORTALNTT.COM – Saat ini sedang santer terdengar dan menjadi perbincangan di berbagai media massa maupun sosial bahwa terdapat metode persalinan dengan operasi menggunakan teknik ERACS, oleh karena beberapa selebriti tanah air yang memilih teknik ini saat melakukan operasi saecar.
ERACS adalah singkatan dari Enhanced Recovery After Cesarean Section atau percepatan/peningkatan tingkat pemulihan pasca operasi saecar.
ERACS mengkombinasikan berbagai macam aspek yang mengoptimalkan kesehatan ibu sebelum pembedahan (perioperatif), selama pembedahan (intraoperatif) dan sesudah pembedahan ( postoperatif) serta gabungan berbagai jenis disiplin ilmu dengan tujuan untuk mempercepat pemulihan pasien pasca operasi.
Apabila perawatan pasca operasi saecar konvensional dilakukan selama 3-5 hari, dengan ERACS lama perawatan bisa dipersingkat menjadi 1-2 hari.
Tujuan dilakukan metode ini adalah untuk meminimalisir lama waktu rawat pasien di rumah sakit, mempercepat pemulihan pasien pasca operasi oleh karena semua aspek yakni waktu ,teknik, obat-obatan dilakukan seminimal mungkin, dengan hasil akhir yang diharapkan yaitu meningkatnya kepuasan pasien
Pertama kali dipakai oleh Kehlet, seorang dokter bedah usus pada tahun 1997 dan diberi nama ERAS (Enhanced Recovery after Surgery), kemudian berkembang dan dapat digunakan pada beberapa jenis operasi lainnya.
Salah satu jenis operasi yang menggunakan teknik ini yaitu operasi saecar di bidang obstetri, yang diberi nama ERACS. Di Eropa teknik ini pertama kali diperkenalkan tahun 2012, dan mulai mendapatkan popularitas di Amerika pada tahun 2018. Protokol ERACS dikerjakan dengan berpedoman pada Consensus Statement Enhanced Recovery After Cesarean dari Society of Obstetric Anasthesia and Perinatology (SOAP) tahun 2019.
Keuntungan dari teknik ini adalah semua hal diminimalisir sehingga resiko dan komplikasi dapat berkurang. Operasi saecar dengan metode ERACS bertujuan untuk meminimalkan rasa nyeri dengan target nyeri menjadi nyeri ringan. Yang membedakan ERACS dengan operasi saecar konvensioanl adalah waktu puasa yang dipersingkat sebelum dimulai operasi, rasa nyeri pasca operasi lebih minimal, luka bekas operasi lebih cepat sembuh karena teknik pembedahan sudah lebih dikembangkan, serta masa pemulihan pasca operasi menjadi lebih cepat.
Secara garis besar yang boleh menggunakan metode ini adalah wanita hamil usia muda yang sehat, tanpa adanya penyakit penyerta, tidak ada riwayat operasi saecar sebelumnya (masih bisa dipertimbangkan oleh dokter apabila ada riwayat saecar sebelumnya, pada kondisi tertentu) dan pasien yang tidak memiliki gangguan kecemasan tinggi. Penderita anemia berat, tekanan darah dan gula darah tinggi/tidak terkontrol tidak diperbolehkan untuk menggunakan teknik ini.
Mencakup 3 komponen penanganan, yakni komponen preoperatif, intraoperatif dan postoperatif. Pada komponen preoperatif (1)dilakukan edukasi kepada pasien tentang prosedur hingga informasi terkait pemulihan pasca perasi. (2)Waktu puasa pasien sebelum operasi dipersingkat menjadi kurang dari 6 jam tujuannya agar pasien tetap bugar sebelum hingga selesai operasi. (3)Pasien diberikan cairan karbohidrat untuk menutrisi tubuh minimal 2 jam sebelum operasi. (4)Pasien diedukasi mengenai persiapan menyusui. (5)Mengoptimalisasi kondisi pasien agar terhindar dari anemia yang dapat membuat ibu merasa cepat lelah dan penyembuhan menjadi tidak optimal.
Pada komponen intraoperatif, (1)dilakukan dengan teknik pembiusan khusus yang menggunakan jarum berukuran lebih kecil, dosis obat yang dikurangi dan dikombinasikan dengan anti nyeri opioid sehingga pengaruh obat bius dapat lebih cepat menghilang, pasien bisa lebih cepat menggerakan kaki, serta meminimalisir rasa nyeri, dan rendah kemungkinan terjadinya tekanan darah rendah. (2)Mencegah terjadinya penurunan suhu tubuh. (3)Prosedur operasi yang dioptimalkan agar mempercepat penyembuhan luka, dan mengurangi komplikasi pada ibu dan bayi. (4)Pemberian obat-obatan untuk mencegah mual/muntah serta infeksi. (5)Mengoptimalisasi pemberian infus agar tidak terjadi kehilangan cairan tubuh berlebih. (6)Apabila memungkinkan dapat langsung dilakukan inisisasi menyusu dini (IMD) agar lebih cepat terjadi bonding antara ibu dan bayi.
Komponen pascaoperatif, yakni (1)pasien diperbolehkan untuk makan/minum lebih cepat (1-2 jam setelah operasi) berupa makanan ringan seperti biskuit dan air/teh manis untuk merangsang pergerakan usus. (2)Pasien diperbolehkan bergerak/mobilisasi 2-8 jam pasca operasi untuk mempercepat proses metabolisme tubuh. (3)Dilakukan pelepasan kateter urin 6-12 jam setelah operasi. (4)Mengoptimalisasi keadaan pasien dengan cara perbaikan anemia, gula darah rendah dan terapi nyeri . (5)dilakukan IMD serta kolaborasi perawatan bayi bersama dokter anak dan bidan/perawat.
Meskipun begitu, metode ERACS juga dapat menimbulkan komplikasi. Sebagian pasien dapat mengalami mual/muntah, pusing hingga perdarahan. Sangat penting bagi pasien yang ingin menggunakan metode ini, untuk melakukan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu dan disarankan untuk dipersiapkan minimal dari trimester kedua kehamilan. Demi keberhasilan prosedur ERACS ini, perlu dukungan dan kerjasama tim yang dinaungi oleh Rumah Sakit sebagai penyedia jasa layanan kesehatan. Pemilihan metode kelahiran yang tepat akan membawa dampak positif berupa kepuasan pasien, dan petugas yang menanganinya.