PORTALNTT.COM, WAINGAPU – Setelah mengikuti sesi sintesa masalah-masalah pendidikan di Sumba Timur dengan menggunakan pendekatan PDIA, Kadis Pendidikan Sumba Timur, Yusuf Waluwanja sangat tertarik menerapkan pendekatan tersebut pada kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) yang sedang digalakkan oleh Dinas.
Sesi sintesa merupakan salah satu jenjang yang digunakan dalam PDIA (Problem Driven Iterative Adaptation), sebuah pendekatan yang digunakan program pendidikan INOVASI, sebelum merancang sebuah program. Pada jenjang tersebut, semua masalah dan akar masalah, dalam hal ini pendidikan tingkat sekolah, yang sebelumnya sudah diteliti lewat observasi dan wawancara oleh para peneliti INOVASI berusaha divalidasi. Cara validasinya dilakukan dengan mempertemukan semua guru, kepala sekolah, komite dan orang tua murid untuk secara bersama mendiskusikan kembali masalah-masalah yang sebelumnya sudah mereka ungkapkan.
Para peserta sesi sintesa ini, juga diminta untuk memprioritaskan masalah mana yang menurut mereka harus segera diatasi dan dibuatkan program. Program-program tersebut nantinya akan dirancang bersama.
Agar lebih dalam temuan akar masalahnya, sehingga programnya tepat menjawab akar masalah tersebut, dalam sesi sintesa ini para peserta juga diminta untuk menkategorisasi masalah, dan mencari sedalam-dalamnya akar masalahnya dengan berbagai tool, seperti pertanyaan 5 mengapa, penggunaan diagram fish bone dan sebagainya.
Mereka bertemu selama dua hari (14 -15 Februari), berdiskusi sampai sore hari dan akhirnya bersama sama menentukan masalah prioritas dan akar masalahnya yang menurut mereka harus dipecahkan untuk bisa membuat pembelajaran lebih efektif
Di Sumba Timur, pendekatan PDIA dan jenjang-jenjangnya digunakan untuk mencari akar masalah dan membuat solusi dari realita kesulitan anak-anak berbahasa daerah dalam lingkup pengantar pembelajaran di kelas yang memakai Bahasa Indonesia. Pada beberapa sekolah yang diteliti oleh para fasilitator daerah INOVASI, sampai jenjang kelas tiga, para gurunya masih dominan menggunakan bahasa daerah.
Kadis Pendidikan Sumba Timur yang selama seharian mengikuti proses sintesa, mengungkapkan rasa optimismenya pendidikan di Sumba akan lebih baik.
“Kalau kita lakukan aktivitas-aktivitas berdasarkan pendekatan PDIA atau pendekatan menemukan solusi lokal untuk permasalahan lokal ini dengan konsisten, saya yakin solusi masalah pendidikan kita akan kita dapatkan dengan cepat. Dalam dua atau tiga tahun ke depan, kalau dijalankan dengan konsisten progam solusi itu, saya yakin hasilnya sudah juga kelihatan,” ujarnya optimis di hadapan semua peserta sintesa “Program Rintisan Pembelajaran Menggunakan Multi Bahasa Bagi Siswa Penutur Bahasa Daerah” di Hahar, Sumba Timur, Jumat (16/2) kemarin.
Oleh karena itu, Kadis Pendidikan menyarankan sebelum menyusun kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru), aktivitas -aktivitas model pendekatan PDIA juga dilakukan. Para guru bisa mengidentifikasi dulu masalah yang terdapat pada pembelajaran mereka, lalu menyusun agenda KKG berdasarkan masalah tersebut dengan tool-tool seperti pada PDIA.
Kelompok Kerja Guru (KKG) merupakan ajang pertemuan guru untuk meningkatkan kompetensi mereka. Mereka bisa saling belajar dengan membahas materi materi pembelajaran, RPP dan sebagainya. Selama ini banyak kritikan bahwa KKG yang dilaksanakan para guru tidak berjalan efektif karena tidak rutin diadakan dan tidak dirancang dan terstruktur dengan baik.
“Usulan kepala dinas ini sangat baik. Karena berbasis menjawab masalah, sesuai dengan jenjang pendekatan PDIA, program KKG akan lebih bisa menjawab masalah-masalah pembelajaran di sekolah,” ujar Afif, Education Officer Program INOVASI.
Program INOVASI di NTT dimulai pada bulan Juli 2017. Penandatanganan MoUnya dengan pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur dilakukan bulan November 2017. Program ini akan dilaksanakan sampai akhir tahun 2019. (Mus)