Mengenal “Bell’s Palsy” Penyakit Kelumpuhan Saraf

  • Whatsapp

Oleh : dr. Litry Messakh

PORTALNTT.COM, ROTE NDAO – Kebanyakan orang mengaitkan kondisi dimana terjadinya kelumpuhan salah satu sisi wajah (mulut miring ke salah satu sisi) dengan Stroke. Memang benar bahwa salah satu gejala Stroke adalah terjadinya kelumpuhan pada salah satu sisi wajah yang ditandai dengan mulut yang miring ke kiri atau ke kanan, namun tidak selalu kondisi tersebut adalah gejala sakit Stroke.

Masih banyak orang yang belum mengenal Bell’s Palsy, suatu penyakit langka berupa kelumpuhan saraf yang membuat penderitanya tampak seperti terkena stroke, tapi sesungguhnya bukanlah penyakit stroke.

Menurut dr. Litry Y. A Messakh, dokter di Puskesmas Batutua, Kecamatan Rote Barat Daya, menjelaskan bahwa Bell’s Palsy adalah penyakit yang menyebabkan suatu kondisi dimana terjadi kelumpuhan pada salah satu sisi wajah yang ditandai dengan mulut yang miring.

“Bell’s Palsy adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh kelumpuhan saraf wajah yang terjadi secara tiba-tiba tetapi biasanya tidak bersifat permanen (menetap),” jelas dr. Litry Messakh.

“Bell’s Palsy terjadi ketika saraf yang mengendalikan otot wajah mengalami peradangan. Peradangan tersebut yang menyebabkan saraf terhimpit sebagian atau seluruhnya sehingga otot yang tersambung dengan saraf juga berhenti bekerja. Penyebab pasti terjadinya Bell’s Palsy hingga saat ini belum diketahui, namun kondisi ini diduga terjadi akibat infeksi virus,” ujar dr. Litri Messakh.

Lebih lanjut, dr. Litri menjelaskan bahwa Bell’s Palsy dapat terjadi pada siapa saja, akan tetapi terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini yaitu : menderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) seperti flu, memiliki anggota keluarga yang menderita Bell’s Palsy, menderita obesitas (berat badan berlebih), menderita Diabetes Mellitus, terpapar udara dingin, dan lain-lain sebagainya.

“Bell’s Palsy tidak bisa dicegah, namun kita dapat menurunkan risiko terjadinya kondisi ini dengan mengontrol penyakit yang dapat menyebabkan Bell’s Palsy (Diabetes Mellitus, Flu), menjaga berat badan tetap ideal, dan mengindari paparan udara dingin yang berlebihan.” Ungkap dr. Litri Messakh.

Untuk mendiagnosis Bell’s Palsy, dokter akan melakukan pemeriksaan pada kondisi wajah dengan melakukan beberapa gerakan, seperti menutup mata, mengangkat alis, atau mengernyitkan kening untuk mendeteksi kelumpuhan saraf wajah. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan darah, pemeriksaan untuk mendeteksi adanya kerusakan saraf dengan menggunakan Elektromiografi (EMG), dan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada kelainan pada otak yaitu CT-Scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Komentar Anda?

Related posts