PORTALNTT.COM, MAUMERE – Even Tour de Flores (TdF) Tahun 2017 sudah di depan mata, kurang lebih satu bulan lagi. Penyelenggara harus belajar dari kekurangan-kekurangan tahun lalu. Di antaranya yakni memanfaatkan jasa kendaraan lokal sebagai sarana transportasi.
Pengalaman tahun lalu, sejumlah sopir taxi airport yang biasa nongkrong di Bandara Frans Seda Maumere menyesalkan panitia penyelenggara yang sama sekali tidak memanfaatkan satu pun kendaraan yang ada di Maumere. Panitia malah menggunakan kendaraan roda empat dari luar daerah seperti Ende dan Ruteng, dengan alasan sesuai tuntutan merek dan jenis kendaraan.
Akibatnya sejumlah sopir taxi airport pun berulah di Bandara Frans Seda Maumere. Mereka berteriak akan ketidakadilan yang dilakukan oleh panitia penyelenggara. Alasan akan merek dan jenis kendaraan, buat mereka hanya mengada-ada saja, karena merek dan jenis kendaraan yang dipakai pada TdF tahun lalu ternyata armadanya cukup banyak di Maumere.
Masalah sewa jasa transportasi kendaraan untuk TdF 2017 ini menjadi salah satu topik pembahasan yang disinggung pada rapat koordinasi penyelenggaraan TdF di Lantai 2 Kantor Bupati Sikka Jalan Ahmad Yani. Panitia penyelenggara akan mempertimbangkan keadilan untuk menanfaatkan jasa kendaraan lokal pada semua daerah yang terlibat pada TdF.
Untuk TdF 2017 ini, panitia penyelenggara akan menggunakan kurang lebih 106 kendaraan bermotor, terdiri dari kendaraan roda empat jenis Innova dan Avanza, dan kendadaraan roda enam. Ada lagi 5 kendaraan model open cap yang didatangkan dari luar, khusus untuk wasit dan juri.
Soal sewa jasa kendaraan lokal ini mendapat perhatian serius dari Wabup Sikka Paulus Nong Susar. Dia mengingatkan panitia penyelenggara untuk mempertimbangkan keadilan dan pemerataan, khususnya bagi kendaraan-kendaraan yang ada di Maumere juga bisa dilibatkan berpartisipasi.
Paulus Nong Susar mengatakan dengan meliibatkan kendaraan-kendaraan lokal maka biaya TdF sebesar Rp 1 miliar yang dikeluarkan pemerintah daerah setidaknya biar sedikit bisa kembali ke tengah masyarakat setempat.
Menjawab hal ini, Faustinus Wundu, salah seorang panitia penyelenggara dari Alsemat (Alumni Seminari Mataloko) mengatakan untuk tahun ini pihaknya sudah memikirkan keadilan dan pemerataan dalam hal sewa jasa kendaraan. Oleh karenanya, panitia penyelenggara akan melibatkan sejumlah kendaran lokal dari daerah-daerah yang terlibat pada TdF.
Lomba balap sepeda TdF 2017 ini, rencananya akan diikuti oleh 100 pembalap dari 23 negara. Selain para pembalap, peserta pada kegiatan ini diperkirakan sebanyak 600 orang. Etape pertama akan berawal dari Larantuka Kabupaten Flores Timur, dan akan berkahir di Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat. Kabupaten Sikka sendiri telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1 miliar. (*/pn)