PORTALNTT.COM, KUPANG – Roda hidup terus berputar, ibarat pasang surut air yang silih berganti, jarang ada orang yang dilahirkan bisa menikmati hidup enak. Tidak sedikit orang yang nasibnya kurang beruntung, atau sulit bangkit karena terlahir hidup miskin. Nasib setiap orang itu ada di tangan mereka masing-masing. Ketika sepanjang hari hanya mengeluh atas nasibnya itu juga tidak akan mengubah situasi apapun.
Sumarlang Sidin, perempuan cantik kelahiran kupang 1979, lahir dari sebuah keluarga yang ekonominya serba kekurangan. Memiliki seorang ayah yang sehari-harinya bekerja sebagai seorang Nelayan dan ibu yang hanya bekerja mengurus rumah tangga, rupanya menjadi beban bagi keluarga. Penderitaan ini semakin ditambah, setelah beberapa tahun kemudian, diusianya masih sangat kecil, Ona, begitu ia disapa setiap hari, bersama sanak saudaranya harus kehilangan sosok seorang ibu yang mereka cintai. Ketiadaan seorang ibu sebagai tempat curahan kasih sayang membuat penderitaan hidup Ona dan sanak saudaranya bisa dikatakan semakin lengkap, ibarat tersambar petir di siang bolong, mereka tak memiliki lagi sosok seorang ibu, yang senantiasa meneguhkan dan meyakinkan mereka tentang arti kehidupan ini.
Waktu beranjak, Ona bertumbuh menjadi anak perempuan yang tegar tanpa seorang ibu. Bersekolah di SD GMIT Namosain bersama teman-teman seperjuangannya. Karena dihimipit masalah ekonomi, akhirnya Ona harus memutuskan sekolahnya di kelas 6 SD, untuk membantu orangtua mencari nafkah. Sungguh pukulan telak yang harus dihadapi anak seusianya, tapi apa mau dikata, kenyataan pahit ini harus diterima dengan lapang dada.
Ona pun berhenti bersekolah dan dititipkan di rumah kerabat dari ayahnya. Menjalani hidup bersama bapak besarnya, kesehariannya Ona harus bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga, layaknya pembantu rumah tangga. Diperlakukan demikian tidak pernah membuat Ia mundur selangkah pun, karena dalam dirinya memiliki sebuah keyakinan akan sebuah masa depan yang cerah, entah itu kapan. Ia selalu tekun berdoa dan memohon petunjuk Tuhan bagi hidupnya.
Waktu yang diananti-nanti akhirnya terjawab sudah oleh yang Kuasa, Dia dikenalkan dengan seorang perekrut Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang menawarkan pekerjaan di luar negeri (Malaysia). Dengan modal nekat dan atas kemauan sendiri, karena tidak ada bekal ilmu yang cukup maupun kemampuan skill yang terbatas, Ona diam-diam mendaftarkan diri menjadi salah satu calon TKW di PT Karia Makmur dari Surabaya (sekarang sudah tidak ada).
Ketika memberitahukan niatnya itu, Ona mendapatkan penolakan dari sang Ayah, karena pertimbangan usianya masih kecil, namun itu tidak sedikitpun menyurutkan niat Ona untuk bisa merubah nasib dan juga keluarganya.
“Saya mengatakan dalam diri ketika itu, tinggal dan bekerja di rumah saudara tidak akan pernah merubah nasib saya dan keluarga, sementara saya diperlakukan seperti babu dan tidak dihargai. Kalau saya bekerja dengan orang lain, tentu saya akan mendapatkan upah dan rejeki, jerih payah saya dihargai,” ungkap Ona saat dihubungi PortalNTT, melalui sambungan telpon, Sabtu (25/2/2017).
Bersama sang agen, Ona akhirnya berangkat ke Surabaya menggunakan kapal laut. setelah 3 hari di tengah laut, mereka pun sampai di Surabaya. Ona bersama rekan-rekan TKW lainnya ditampung dan siap dikirim ke Malaysia.
“Kami yang berangkat waktu itu ada 20 orang, sesampai di sana, kami lalu dikirim ke majikan kami masing-masing. Alhamdullilah, saya mendapat majikan seorang Dokter. Yang berhasil kami dua orang, saya dan kawan dari jawa tengah, tapi dia sudah meninggal tahun lalu di sini,” kata Ona.
Menurut Ona, menjalankan tugas sebagai pembantu rumah tangga itu tentu hal yang biasa bagi semua orang akan tetapi menjalaninya dengan penuh ketekunan, semangat, dan dilandasi dengan kejujuran maka tidak semua mampu melakukannya. Walaupun akan sangat berbuah kebahagiaan yang luar biasa.
“Saya mengatakan dalam diri bahwa, ketika saya berani meninggalkan orangtua dan keluarga di Kupang maka saya harus bisa kembali dan memberikan sesuatu yang bisa membanggakan mereka. Maka dari itu saya selalu tekun berdoa pada Allah, agar selalu menaungi saya dalam setiap pekerjaan, agar bisa menyenangkan kedua majikan saya. Alhamdullilah, majikan saya begitu puas dan bahagia dengan pekerjaan yang saya lakukan. Saya begitu disayangi majikan, mereka lalu menyuruh saya untuk belajar (home scholling), disitu saya belajar bahasa dan yang lainnya. Sekarang saya sudah bisa berbahasa inggris, Cina, Korea dan bahasa lokal setempat,” jelas ibu satu anak ini.
Waktu terus berlalu, tanpa terasa saat ini, Ona sudah 20 tahun bekerja di Malaysia. Bisa dibayangkan sejak awal hingga saat ini, dirinya tidak pernah berganti majikan seperti yang lainnya. Dia sungguh telah mencintai majikannya seperti keluarganya sendiri. Karena kecintaan majikan terhadap dirinya, Dia sekarag tidak bekerja sebagai pembantu rumah tangga lagi, sebuah kepercayaan besar di percayakan kepadanya.
“Majikan pernah mencoba saya, mereka meninggalkan uang yang cukup banyak di hampir setiap bagian rumah dan mereka ke luar negeri, tapi saya tidak pernah sedikitpun tergiur untuk memiliki uang-uang itu, saya kumpulkan dan ketika mereka kembali, saya serahkan kepada majikan semua uang mereka, mungkin itu yang membuat mereka semakin yakin dan percaya akan kejujuran diri saya. Saat ini, Saya dipercayakan sebagai manager di Lost Paradise Resort, jalan batu Ferringhi, Penang Malaysia. Ini sebuah kepercayaan luar biasa yang terjadi dalam hidup saya, karena saya merasa seharusnya ini tidak bisa saya dapatkan, tapi Allah itu sungguh baik. Dia mengangkat orang-orang seperti saya, dan diberikan kepercayaan seperti ini,” tandas Ona dengan suara terbata-bata, seolah-olah tak percaya Karunia Tuhan yang begitu dahsyat terjadi dalam hidupnya.
Sejak merantau, Dirinya baru tiga kali pulang ke Indonesia, melihat sanak keluarganya di Kupang.
“Puji Tuhan, saya sudah bisa membangun rumah untuk ayah dan saudara-saudaraku. Saya juga bisa membelikan mobil buat ayah saya. Bagi saya, pemberian ini tidak berarti karena kasih sayang orang tau dan sanak keluarga pada saya itu tidak bisa dibalas dengan apapun, jadi pemberian ini semata-mata bukan untuk menghapus segala usaha dan perhatian mereka terhadap saya, tapi wujud bhakti saya sebagai anak pada orangtua,” tegas Ona anak keempat dari lima bersaudara.
Bagi Ona menjadi TKW itu sebuah pekerjaan mulia, tapi janganlah berorentasi pada uang karena jika hanya berorentasi pada uang maka bisa saja melakukan hal-hal yang seharusnya tidak pantas dilakukan.
“Mungkin bagi orang lain menjadi TKW itu kutukan karena tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dikerjakan di negeri sendiri. Bagi saya itu sebuah anggapan yang salah, karena setiap pekerjaan itu tentu punya nilai tersendiri bagi setiap pribadi, asalkan dia mau menjalankan pekerjaan itu dengan baik, jujur, rajin, tidak malu, dan selalu sabar. Ketika jadi TKW lalu hanya berorentasi pada uang, maka kita saja bisa menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang. Saya lihat sendiri kawan-kawan, kesuksesan yang mereka capai, ada yang tidak halal, sementara keluarga mereka tahu klo di sini (malaysia) mereka kirim uang banyak-banyak tapi tidak tahu kalau uang itu dari hasil apa? Saya tidak mau menyalahkan teman-teman yang lain, tapi mungkin itu pilihan mereka, tapi bagi saya ketika menjadi TKW, bukan uang yang pertama-tama ingin saya capai, tapi menanamkan dalam diri rasa cinta pada pekerjaan sehingga pekerjaan yang saya tekuni bisa memberikan hasil yang lebih dari apa yang kita pikirkan,” katanya.
Diakuniya, mimpi menjadi seorang manager sebuah hotel seperti sekarang tidak pernah terlintas sedikitpun dalam benaknya. Yang ada hanya berusaha bekerja secara baik dan dengan demikian mampu membahagiakan majikan dimana Dia bekerja.
“Banyak kejadian, TKW disiksa dan dianiaya oleh majikannya. Saya mau katakan tidak semua majikan seperti itu. Saya ketika pertama sampai di rumah majikannya saya, hal utama yang saya lakukan dalam hati yaitu panjatkan Doa pada Tuhan semoga saya bisa bekerja dengan baik agar bisa kembali ke keluarga saya dengan selamat dengan membawa sedikit rejeki dari pekerjaan ini,” kata Dia.
Ona juga berpesan kepada sesama rekan-rekan TKW dimana saja berada, ketika kita bekerja selalu jalani itu dengan kejujuran. Kalau kejujuran itu dihadapi pasti semua akan jalan dengan baik.
“Saya harap bagi para TKW yang masih mau melanjutkan kejanya khususnya di Malaysia, agar harus kuat, jangan pernah dengar kata orang tapi harus dengar kata hati sendiri, kerja keras jangan pernah pikirkan uang. Kalau kita pikirkan uang maka tidak akan ada habisnya dan bisa membawa kita pada jalan yang salah. Misalnya kita berpikir, oh saya mau kaya, pasti kita akan menempuh jalan yang salah agar bisa cepat kaya, tapi kalau kita kerja keras dengan keringat kita sendiri pasti ada rejekinya yang bisa kita simpan,” pungkasnya. (Jefri Tapobali)